Share

Tidak Usah Dihitung

Penulis: Ovvpie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 01:28:45

Adira berusaha keras menormalkan ekspresinya meski wajahnya masih terasa panas. Dia kembali ke wastafel, melanjutkan mencuci piring dengan gerakan cepat seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, dalam hati, dia sudah ingin ikut pergi mengalir bersama busa pencuci piring wangi jeruk nipis itu.

“Ya ampun... bisa-bisanya malah kayak tadi...” batinnya, mencoba mengendalikan detak jantung yang masih menggila.

Erna, yang jelas-jelas kalah telak, berdiri sebentar di pintu dapur dengan tatapan penuh rasa sebal. Setelah mendengus dengan kasar, dia akhirnya pergi tanpa sepatah kata.

Tedja, di sisi lain, masih berdiri di tempatnya. Dia juga merasakan canggung yang sama, tapi senyuman kecil mulai muncul di sudut bibirnya. “Ternyata ciuman sama dia gak terlalu menyebalkan,” pikirnya dalam hati.

Setelah beberapa saat, Tedja membersihkan tenggorokannya dengan pelan, “Aku duluan, ya. Kalau selesai, langsung susul aja.”

Adira mengangguk tanpa menoleh, pura-pura sibuk membilas piring terakhir. “Iya,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Konfrontasi Gina

    Ruangan tempat mereka berada tidak terlalu luas, hanya ada dua bunk bed dan sofa abu-abu panjang dengan meja kayu di tengahnya. Di sudut ruangan terdapat dispenser dan rak kecil yang penuh dengan mie cup, kotak teh serta kopi instan. Meski suasananya seharusnya nyaman, bagi Adira ruangan itu terasa seperti ruang interogasi. Gina mengangkat satu alis. “Jangan pura-pura bodoh, Ra. Kamu pikir aku nggak lihat apa yang terjadi kemarin? Aku tahu ada yang nggak beres antara kalian!” “Gak beres gimana sih, Gin? Perasaan aku sama dr. Tedja biasa-biasa aja,” Adira berdalih. Kemudian, Gina mengeluarkan ponselnya dari saku jas dokter. Dia menunjukkan sebuah foto di layar, sebuah potret Adira dengan daster floral sederhana sedang berdiri di lobi hotel tempat penthouse Tedja berada. “Ini apa? Jangan bilang kamu lupa!” Adira menatap layar itu dengan wajah datar. “Kamu gak tinggal bareng bosmu kan?” Gina menyelidik. Temannya ini kalau menebak hampir selalu tepat. Meski pikirannya panik, Adira

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Nyi Roro Kidul dan Nyi Blorong

    Rapat persiapan acara ulang tahun Grup Rumah Sakit Alaric Medika berlangsung singkat tapi padat. Adira dengan rapi mempresentasikan laporan terbarunya: semua undangan telah disebar, tempat acara sudah siap, katering dipastikan datang tepat waktu, dan susunan acara telah dikonfirmasi dengan MC. Semua berjalan sesuai rencana. "Jadi, ini jadwal acara resminya, Dok. Cek terakhir dari tim protokol sudah selesai. Tinggal memastikan semuanya lancar di hari H," ujar Adira sambil menyerahkan dokumen kepada Tedja. Tedja membuka dokumen itu sekilas. "Bagus. Kamu memang bisa diandalkan." Adira hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Dia tahu pujian dari Tedja yang biasanya santai itu adalah bentuk penghargaan yang tulus. Setelah rapat selesai dan staf lainnya meninggalkan ruangan, Tedja memanggil Adira untuk tetap tinggal. "Ra, kamu udah punya gaun buat nanti malam?" tanya Tedja sambil menutup foldernya. Adira menoleh, sedikit bingung. "Gaun? Ada sih beberapa. Mungkin saya pakai yang udah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Drama di Pesta

    Ballroom hotel mewah itu penuh dengan gemerlap lampu kristal dan alunan musik lembut yang mengisi suasana. Para tamu undangan, mulai dari petinggi rumah sakit hingga kolega bisnis Grup RS Alaric Medika, tampak berbincang santai dengan senyum yang terjaga rapi. Adira berdiri di samping Tedja, menyapa tamu-tamu dengan sikap profesional seperti biasa. Namun, kesibukannya sejenak terhenti ketika sebuah tangan menepuk pundaknya. Adira menoleh dan mendapati Gina, yang tersenyum lebar dengan Giovanni di sebelahnya. “Gina, Kak Gio? Akhirnya kalian datang juga,” Adira tampak terkejut sekaligus senang. “Kamu cantik sekali. Gaunnya cocok,” puji Giovanni. Sambil tersenyum Adira menjawab, “Makasih, Dok. Dokter juga tampan.” “Aku? Aku gimana, Dir?” tanya Gina seraya memutar badan menunjukkan gaun biru mudanya yang menjuntai cantik di lantai. Sejenak Adira memikirkan jawaban yang tepat, lalu berkata, “Cantik. Tapi bakal lebih cantik kalau sambil bawa boneka Olaf.” Gina mendengus, “Kalau itu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Sok Suci

    Adira menatap gelas anggur merah yang disodorkan Zia. Jarinya hampir menyentuh pinggiran gelas, tetapi sesuatu di dalam dirinya menahan langkahnya. Matanya sedikit menyipit, memperhatikan Zia yang berdiri di hadapannya dengan wajah penuh penyesalan. Situasi ini terasa aneh, dan dia tahu ada sesuatu yang lebih besar di balik gestur "permintaan maaf" ini. Namun, sebelum Adira sempat memutuskan, Giovanni yang berdiri di sebelahnya tiba-tiba bersuara, “Adira, bukannya kamu nggak bisa minum alkohol?” Adira merasa seperti mendapat penyelamat tak terduga. Dalam hati dia bersorak, “Good job, Kak Gio!” Dia mengangguk cepat, menoleh ke Zia, dan menjelaskan dengan nada sesopan mungkin, “Iya, Dr. Zia. Saya nggak bisa minum alkohol. Penyakit lambung saya lumayan parah, soalnya. Maaf banget, saya benar-benar nggak bisa.” Zia memasang ekspresi terkejut yang tampak begitu meyakinkan. “Beneran? Ya ampun, aku nggak tahu. Aku minta maaf, Adira.” Suaranya penuh nada iba, seolah dia benar-benar meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Akting Juga Butuh Latihan

    Tedja membuka pintu ruangan istirahat dengan gerakan terburu-buru. Dengan Adira yang masih dalam gendongannya, ia berjalan menuju sofa besar di tengah ruangan. Tapi, ketika kakinya hanya beberapa langkah lagi, tubuhnya mulai goyah. “Berat juga ya kamu!” gerutunya sembari berusaha menjaga keseimbangan. Adira yang mendengar itu merasa tersinggung. “Berat dari mananya, Dok? Berat badanku aja nggak sampai 50 kilogram!” Tedja menurunkan Adira dengan hati-hati. Lebih cocok disebut menjatuhkannya ke sofa, sih. Dia menatap Adira dengan ekspresi campuran antara kelelahan dan rasa bersalah. Dalam hati, Tedja bergumam, “Berarti ini aku yang kurang fit. Kapan terakhir kali nge-gym, ya?” Adira sibuk merapikan gaunnya yang sedikit kusut. “Kak Edwin aja sering bilang kalau saya kerempeng,” katanya lagi. Entah kenapa Tedja merasa disindir. Tetapi, itu membuat Tedja semakin termotivasi. Dalam hati, ia bersumpah akan lebih sering ke gym setelah ini. Namun, tatapan Tedja kemudian menangkap sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Luka Palsu

    Setelah insiden yang mengguncang pesta tadi, suasana di ballroom perlahan kembali terkendali. Musik mulai mengalun lembut, memecah keheningan yang sebelumnya terisi bisikan-bisikan penuh spekulasi. Namun, di sudut-sudut ruangan, percakapan tentang Adira, Tedja, dan Zia masih bergaung. Di salah satu sudut, Indah mencoba menenangkan Zia, yang terlihat begitu terpukul. Mata Zia yang biasanya penuh percaya diri kini berkaca-kaca. Dia menggelengkan kepala berulang kali, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. “Tante... aku nggak mendorong dia. Aku nggak akan pernah melakukan hal seperti itu. Adira salah paham... semuanya salah paham,” bisiknya dengan nada penuh kepedihan. Indah, yang memandang Zia dengan mata penuh kasih sayang, meletakkan tangan di pundak wanita muda itu. “Tante percaya sama kamu. Kamu bukan orang yang seperti itu. Tenang, ya.” Namun, di dalam hatinya, Indah merasa goyah. Satu sisi, dia tahu Zia sebagai wanita lembut yang penuh kasih sayang. Tapi, sisi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Trik Dewi

    Setelah berhasil menghindari kerumunan tamu yang terus bertanya tentang insiden dengan Zia, Adira akhirnya bisa menarik napas sejenak. Namun, sebelum benar-benar bisa beristirahat, suara familiar menyapanya. "Adira, lama nggak ketemu," suara itu terdengar ramah, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang membuat Adira menegang seketika. Dia menoleh, dan mendapati Dewi berdiri di hadapannya dengan senyum manis yang sudah sangat ia kenal sejak dulu. “Dewi?” Adira berkedip, sedikit terkejut melihat sosok itu di acara sebesar ini. Dewi mengangguk dengan anggun. “Kaget, ya? Aku nggak diundang langsung, tapi nemenin bosku ke acara ini.” Adira mencoba tetap tenang, meski dalam pikirannya ia bertanya-tanya. “Bosnya? Oh! Maksudnya Bu Nia yang dari asuransi Happy Life kali ya?” Dewi tampaknya menangkap kebingungan Adira, dan tanpa diminta, dia melanjutkan, “Bosku kebetulan kenal sama beberapa petinggi rumah sakit. Aku ikut sebagai pendamping, ya sekalian networking juga.” Adira mengangguk pelan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kecurigaan Tedja

    Chapter 29 – Tanda-Tanda Masalah Setelah pesta berakhir tanpa gangguan lebih lanjut, kehidupan kembali berjalan seperti biasa di Alaric Medika. Adira dan Tedja kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan, terutama karena banyak evaluasi yang harus dilakukan pasca acara besar peringatan hari jadi rumah sakit. Siang itu, Adira dan Tedja baru saja turun dari lantai atas setelah pertemuan dengan beberapa kepala departemen. Saat mereka berjalan menuju parkiran, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasa. Di sudut area parkir, Gina dan Dewi tampak tengah berdebat. Gina memegang sebuah amplop coklat besar, sementara Dewi berusaha merebutnya dengan ekspresi kesal. Tedja melirik Adira. "Bukannya itu teman kamu yang di pesta kemarin? Yang minta cariin lowongan?" Adira mengangguk. "Iya." Tedja menyipitkan mata, memperhatikan interaksi keduanya. "Dia kayaknya lagi bertengkar sama Gina." Adira mendesah kecil. "Biasa itu, Dok. Dari SMA mereka memang nggak pernah akur. Tapi mereka tet

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Jebakan

    Chapter XX: Undangan Makan Malam di Grand Orchid Setelah insiden beberapa waktu lalu, Dewi tampak lebih kalem. Dia tidak lagi terlalu agresif saat menyapa Giovanni, tidak sok akrab dengan staf lainnya, dan yang paling penting bagi Adira, Dewi akhirnya bekerja dengan cukup baik—atau setidaknya berusaha terlihat baik. Namun, bagi sebagian besar staf di front office, perubahan Dewi ini terasa janggal. Baru saja seminggu lalu dia membuat kesalahan fatal, tetapi sekarang dia bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Di area resepsionis, beberapa pegawai sedang membahas perubahan sikap Dewi. "Kamu sadar gak sih? Dewi sekarang beda banget," ujar Rina, salah satu pegawai administrasi, dengan nada berbisik. "Iya, biasanya dia langsung sok akrab tiap lihat dr. Giovanni. Sekarang, malah kalem," timpal Feri, pegawai front office lainnya. "Mungkin dia kapok gara-gara kena teguran dr. Tedja," celetuk Rina lagi. Feri menggeleng. "Ya kapok sih kapok, tapi tetep aja. Dia kan baru kerja beberap

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Tipu Daya Dewi

    Hari reuni yang dinanti-nanti oleh teman-teman SMA Adira akhirnya tiba. Namun, seperti yang sudah direncanakan, Adira sama sekali tidak berniat untuk menghadirinya. Hari ini dia harus pergi ke luar kota bersama Dokter Tedja untuk survei lokasi klinik baru. Pagi itu, langit masih sedikit mendung ketika Adira dan Dokter Tedja sudah berada di dalam mobil. Perjalanan mereka ke Kota Y memakan waktu beberapa jam, jadi sejak awal mereka sudah bersiap untuk perjalanan panjang. Dokter Tedja yang menyetir tampak santai, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung hingga siku. Sementara Adira duduk di kursi penumpang, sibuk dengan tabletnya, mengecek kembali daftar lokasi yang akan mereka survei hari ini. "Jadi, kita langsung ke lokasi pertama begitu sampai?" tanya Dokter Tedja, membelokkan mobil keluar dari parkiran basement rumah sakit. "Iya," jawab Adira tanpa mengalihkan pandangan dari layarnya. "Saya sudah mengatur jadwalnya. Tempat pertama yang kita survei ada di area perumahan eli

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Terabaikan

    Sejak pertama kali Adira menginjakkan kaki di kantor pagi ini, suasana di sekitar berubah drastis. Para staf yang biasanya sibuk mengobrol di dekat pantry atau berkumpul di meja kerja masing-masing langsung membubarkan diri begitu melihat ekspresi Adira yang gelap. Langkahnya cepat, hak sepatunya berdetak tegas di lantai, dan raut wajahnya penuh dengan aura ‘jangan ganggu aku kalau tidak ingin mati’. Bagi yang sudah mengenal Adira cukup lama, mereka tahu ada dua hal yang bisa membuatnya segalak ini: pekerjaan yang berantakan atau sesuatu yang berhubungan dengan Tedja. Dan pagi ini, tampaknya bukan masalah pekerjaan. “Permisi, Mbak Adira...” suara seorang staf bagian keuangan bergetar saat menyerahkan dokumen laporan keuangan mingguan. Biasanya, Adira akan menerima dengan tenang, mungkin menambahkan sedikit candaan atau komentar santai. Tapi kali ini, dia hanya menatap sekilas sebelum mengambil dokumen itu dengan sedikit hentakan. “Ada yang salah dalam laporan ini?” tanya staf itu h

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Cewek Tuh Serem Pas PMS

    Pagi itu, Gina berdiri di dekat mesin absen pegawai dengan tatapan tajam. Matanya terus mengawasi setiap pegawai yang masuk, tapi fokusnya hanya pada satu orang, yakni Adira. Dia sengaja datang lebih awal demi satu tujuan: menginterogasi Adira soal kejadian semalam. Masih jelas di ingatannya bagaimana suara Tedja terdengar dari telepon. Kenapa malam-malam Tedja bisa ada di tempat Adira? Kenapa Adira terdengar begitu panik ketika ketahuan? Tapi, saat akhirnya Adira dan Tedja muncul dari dari arah parkiran, Gina langsung merasa ada sesuatu yang janggal. Tapi, saat akhirnya Adira dan Tedja muncul dari arah parkiran, Gina langsung merasa ada sesuatu yang janggal. Adira berjalan lebih cepat beberapa langkah di depan Tedja, wajahnya masam, seperti seseorang yang sedang menahan kekesalan. Gerak-geriknya kaku, bibirnya terkatup rapat, dan ada aura jengkel yang terpancar jelas darinya. Sementara itu, Tedja justru tampak sangat santai di belakangnya. Ada sedikit seringai di bibirnya, seaka

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Undangan Reuni

    Dewi duduk di meja resepsionis, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak beraturan. Dia berusaha terlihat sibuk membaca berkas di depannya, tetapi pikirannya terus berputar pada satu hal, yaitu pemandangan yang baru saja dia lihat di rumah sakit tadi siang. Adira dan Giovanni. Mereka bercanda dengan akrab, tertawa dengan begitu alami seolah tidak ada orang lain di sekitar mereka. Giovanni bahkan menyentuh kepala Adira, membenarkan helaian rambut yang hampir masuk ke mulutnya saat tertawa. Dewi mengepalkan tangannya di bawah meja untuk menahan rasa kesalnya. Dulu, saat SMA, dia pernah melihat hal yang sama. Dewi sering memperhatikan Adira yang sedang berbicara dengan Giovanni. Mereka berdiri di dekat klinik sekolah, tampak asyik mengobrol. Giovanni saat itu adalah dokter muda yang baru mulai praktik di sekolah mereka, sementara Adira adalah murid beasiswa yang sering mengunjungi klinik karena sering begadang demi nilai sempurna. Dewi menggigit bibir. Dia bisa meliha

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Hasutan

    Tedja menatap Dewi dengan ekspresi tajam, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Suasana di ruangan itu terasa dingin, hampir seperti udara di kamar operasi sebelum tindakan besar dilakukan. “Saya tidak bisa terus menoleransi kesalahan seperti ini, Dewi,” katanya dengan nada dingin dan tegas. Dewi, yang sedari tadi bisa berbicara banyak, kali ini benar-benar panik. Matanya sedikit berkaca-kaca saat dia meremas ujung bajunya dengan gugup. “Saya benar-benar minta maaf, Dok... Saya butuh pekerjaan ini... Saya janji tidak akan mengulangi kesalahan lagi. Mohon jangan pecat saya,” suaranya bergetar, jelas terdengar nada ketakutan. Tedja tidak langsung menjawab. Ia melirik Adira yang berdiri di sampingnya, menatap Dewi dengan ekspresi sulit diartikan. Dia tahu Adira mulai ragu. Dari ekspresinya, dia bisa melihat Adira bergumul dengan pikirannya sendiri. Entah mana yang akan dia pilih antara mengikuti perasaannya yang masih percaya pada Dewi, atau menerima fakta bahwa Dewi memang berm

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kesalahan Beruntun

    Adira duduk di kursi kerjanya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan gelisah. Laporan tentang Dewi mulai menumpuk, dan ini bukan pertama kalinya dia menerima komplain. Masalahnya, setiap kali ada staf yang melapor, mereka selalu menyebut satu hal yang sama: Dewi menggunakan nama Adira untuk menekan orang lain. Adira menghela napas panjang. Dia ingin percaya bahwa Dewi hanya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun, nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Akhirnya, setelah jam makan siang, Adira memutuskan untuk bicara langsung dengan Dewi. Dia menghampiri meja resepsionis di bagian front office, tempat Dewi bekerja. Wanita itu tampak asyik berbincang dengan seorang perawat, seolah tidak ada beban sama sekali. "Dewi, bisa bicara sebentar?" suara Adira terdengar tenang, tapi ada ketegasan di baliknya. Dewi menoleh, tersenyum lebar. "Tentu dong, Ra." Mereka berjalan ke ruangan kosong di dekat front office. Begitu pintu tertutup, Adira langsung menatap

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kecurigaan Tedja

    Chapter 29 – Tanda-Tanda Masalah Setelah pesta berakhir tanpa gangguan lebih lanjut, kehidupan kembali berjalan seperti biasa di Alaric Medika. Adira dan Tedja kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan, terutama karena banyak evaluasi yang harus dilakukan pasca acara besar peringatan hari jadi rumah sakit. Siang itu, Adira dan Tedja baru saja turun dari lantai atas setelah pertemuan dengan beberapa kepala departemen. Saat mereka berjalan menuju parkiran, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasa. Di sudut area parkir, Gina dan Dewi tampak tengah berdebat. Gina memegang sebuah amplop coklat besar, sementara Dewi berusaha merebutnya dengan ekspresi kesal. Tedja melirik Adira. "Bukannya itu teman kamu yang di pesta kemarin? Yang minta cariin lowongan?" Adira mengangguk. "Iya." Tedja menyipitkan mata, memperhatikan interaksi keduanya. "Dia kayaknya lagi bertengkar sama Gina." Adira mendesah kecil. "Biasa itu, Dok. Dari SMA mereka memang nggak pernah akur. Tapi mereka tet

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Trik Dewi

    Setelah berhasil menghindari kerumunan tamu yang terus bertanya tentang insiden dengan Zia, Adira akhirnya bisa menarik napas sejenak. Namun, sebelum benar-benar bisa beristirahat, suara familiar menyapanya. "Adira, lama nggak ketemu," suara itu terdengar ramah, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang membuat Adira menegang seketika. Dia menoleh, dan mendapati Dewi berdiri di hadapannya dengan senyum manis yang sudah sangat ia kenal sejak dulu. “Dewi?” Adira berkedip, sedikit terkejut melihat sosok itu di acara sebesar ini. Dewi mengangguk dengan anggun. “Kaget, ya? Aku nggak diundang langsung, tapi nemenin bosku ke acara ini.” Adira mencoba tetap tenang, meski dalam pikirannya ia bertanya-tanya. “Bosnya? Oh! Maksudnya Bu Nia yang dari asuransi Happy Life kali ya?” Dewi tampaknya menangkap kebingungan Adira, dan tanpa diminta, dia melanjutkan, “Bosku kebetulan kenal sama beberapa petinggi rumah sakit. Aku ikut sebagai pendamping, ya sekalian networking juga.” Adira mengangguk pelan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status