Beranda / Pernikahan / Pesona Istri Dadakan CEO / Bab 3: Kamu Mengancamku?

Share

Bab 3: Kamu Mengancamku?

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Sungguh hadiah yang benar-benar tidak terduga.'

Pesawat komersil yang ditumpangi Cal telah mendarat di Bandara Barajas, Madrid, tempat ia 'dibuang' oleh orang tuanya.

Seorang keturuanan Keluarga Caldwell yang terbiasa hidup mewah, bekerja di perusahaan besar berskala internasional kini dipindahkan ke sebuah perusahaan kecil yang masih menjadi rekanan mereka.

Belum lagi, tidak satu pun salam perpisahan ia dapatkan. Tidak dari ayahnya, ibunya, apalagi kembarannya.

'Bukankah aku bagian dari keluarga juga?' gumamnya disertai gelengan kepala.

Tanpa penjemputan dan hanya menggunakan taksi dari bandara, Cal bergegas menuju kantor barunya.

Seharusnya, kedatangannya ke sini serupa dengan karyawan baru yang tanpa cela. Namun, entah mengapa, begitu sampai di perusahaan, Cal merasa kerdil karena terus ditatap sinis oleh rekan kerjanya. Beberapa bahkan bergunjing pelan.

Beruntung seorang pria berperawakan tinggi, rambut klimis dan kacamata tebal menghampiri Cal di tengah lobi luas tak bertepi. Cal kemudian diantar menuju divisi pemasaran, tempat barunya di sini.

Tatapan sinis tak kunjung hilang, terlebih saat mengetahui Cal menempati kubikel besar yang setara dengan senior-senior. Namun, lagi-lagi Cal memilik tidak peduli. Tugasnya yang sudah menumpuk lebih penting untuk diperhatikan.

Hingga hari menjelang petang, Cal baru tersadar jika ia melewatkan istirahat makan siang ... Hingga nyaris jam pulang, di mana rekannya yang lain sudah lebih dulu menghilang.

"Pantas saja perutku memberontak!" Ia memegangi perutnya yang mulai bergejolak.

Rasa mual mulai tidak tertahankan. Namun, mengingat ia harus memberikan pekerjaannya pada manajer, ia pun buru-buru merapikan berkas dan berjalan menuju ruang atasan.

Tepat di depan ruangan manajer, mendadak penglihatannya berputar, kepalanya bagai tertusuk puluhan jarum.

Cal memegangi dan meremas kepala dengan kuat. Map tebal dalam pelukannya pun terjatuh, membuat lembaran kertas di dalamnya berhamburan.

Seketika, tubuh wanita itu limbung. Ia sudah bersiap untuk menghantam kerasnya lantai, tetapi samar-samar ia melihat seorang pria dengan iris abu-abunya menatap Cal dengan pandangan khawatir.

“Ayah??” lirih Cal sebelum kemudian tidak sadarkan diri.

**

“Kepalaku sakit sekali,” gumam Cal.

Ia mengerjap, kemudian membuka lebar kedua kelopak matanya, mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan bernuansa putih khas rumah sakit.

Namun, keningnya lantas mengerut, bertanya-tanya siapa orang baik hati yang membawanya ke rumah sakit?

Tepat saat itu, suara dingin seorang pria membuat lamunan Cal terputus. “Sudah bangun? Ternyata badanmu lemah juga.”

Spontan Cal merubah posisi, ia duduk dan memandang waspada pada seorang pria yang berdiri di samping jendela. Tiba-tiba dadanya bergemuruh, ia enggan melihat mantan tunangan kembarannya.

“Kenapa kamu di sini?!” desak Cal dengan intonasi naik beberapa oktaf.

“Kamu pikir orang pingsan bisa berjalan sendiri ke rumah sakit?” sarkas Al menyeringai, kemudian melangkah mendekati ranjang pasien.

“Oh, terima kasih.” Cal menggeser pandangan, mengalihkan fokus dari sosok rupawan di depannya.

Menyadari hari telah berganti, kening Cal lantas mengerut dalam, 'Berapa lama aku pingsan?'

Tanpa diperintah oleh Cal, Al kemudian duduk di sofa dekat ranjang rawatnya sembari membuka segel makanan. Pria itu lantas meletakkan makanan tersebut ke atas kasur, tepat di hadapan Cal.

“Makanlah. Kata dokter, asam lambungmu meningkat. Berapa lama kamu menahan lapar?”

Pria itu tersenyum samar, Al mengenal Cal lebih dari lima belas tahun. Mereka bahkan berteman dekat, sebelum sesuatu menghancurkan segalanya. Jadi, praktis, Al tahu kebiasan wanita itu.

Cal mendengus kasar, “Siapa bilang aku tidak makan?! Jangan percaya kata dokter!” Namun tidak lama kemudian, nyanyian dari lambungnya mengkhianati.

Pria itu berdecak. “Jangan gengsi, makanlah!” Al mendorong nampan lebih dekat dengan Cal. “Setelah badanmu membaik, ikut aku ke catatan sipil, kita menikah.”

Hampir saja Cal tersedak mendengar celotehan Al. Ia menggeleng dengan cepat, sorot matanya menatap tajam pada pria itu.

“Bukan aku yang harusnya kamu nikahi! Nikahi Clair, dia calon istrimu!” tegas Cal. “Lagi pula kalau alasanmu karena kejadian beberapa hari lalu, lupakan saja. Tidak perlu tanggung jawab.” Cal menaruh sendok di atas piring, nafsu makannya sudah menghilang.

“Lalu, bagaimana kalau kamu hamil?” Sebelah sudut bibir Al tertarik.

“Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak akan hamil. Jadi … menjauh dari hidupku!” Cal menyibak selimut hendak turun dari ranjang—berusaha menghindari Al.

Sayangnya, upaya Cal melarikan diri tidak berhasil, dengan cepat Al menggendong tubuhnya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?! TURUNKAN AKU!"

Al tidak menghiraukan teriakan nyaring wanita itu serta pukulan bertubi yang diarahkan Cal ke dada bidang pria itu.

Hingga sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka berdua sampai di kantor catatan sipil, dengan Cal yang masih terhubung dengan botol infusnya.

Sebelum memasuki ruang pencatatan pernikahan, Al menurunkan Cal dan menatapnya tajam. Kedua telapak tangan kekar pria itu mencengkeram kuat bahu Cal.

“Dengarkan aku baik-baik, Calantha," ujarnya dengan suara dalam yang membuat Cal terhipnotis. "Saat ini, tidak ada orang yang bisa menolongmu selain aku. Untuk itu ... Jalan satu-satunya adalah menikah denganku."

Mata Cal kemudian mengerjap. Tatapan yang semula terhipnotis pada paras Al, kini kembali berubah sinis. “Kamu mengancamku? Keterlaluan!”

“Katakanlah begitu. Tapi, lihatlah ini.” Al menyerahkan ponsel ke depan wajah Cal.

Layar ponsel itu berisi deretan kalimat yang kemudian dibaca Cal dengan saksama.

Tubuh wanita itu bergetar, tangannya mengepal dan wajah yang sebelumnya pucat kini berubah memerah. Deru napas Cal pun terdengar lebih memburu.

“Bagaiamana?" tanya Al yang melihat perubahan Cal. Pria itu kemudian mendekat, dan berbisik lembut di telinga wanita itu, "Aku bisa memulihkan nama baikmu dan membantumu mencapai semua yang kamu inginkan."

Jantung Cal seketika mencelos. Ia kembali dihadapkan oleh dua pilihan. Cal mundur satu langkah, ia tampak menimbang-nimbang, membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Hingga akhirnya wanita itu sampai pada suatu keputusan. “Baiklah, aku bersedia menikah," ujar Cal. "Tapi, pastikan kamu menepati janjimu!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Penasaran apa isi di hp Al
goodnovel comment avatar
Ases Nawita
ingin tau isi pesan di HP si AL
goodnovel comment avatar
CitraAurora
kepo ma isi pesannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 4: Menikahi Calon Iparku

    “Aku tidak menyangka, kehidupanku akan sedramatis ini!"Setelah mengucap ikrar dan menandatangani sejumlah dokumen pernikahan, Cal duduk seorang diri di bawa pohon rindang, sementara Al masih berkutat dengan pemberkasan di gedung catatan sipil.Ia menatap jari manisnya, di mana cincin kawinnya dengan Al tersemat.Seketika, Cal merasa hidupnya begitu dramatis. Takdir seolah berubah cepat, membuat dunianya jungkir balik.Kini, usai menyandang gelar Nyonya Torres, perasaan dilema kembali dirasakannya. Namun ia pun tidak menampik jika ada secuil rasa bahagia di antara tumpukan perasaan bersalah itu.“Kata orang tidak baik melamun di bawah pohon. Cepat pulang!”Cal berjengit, kaget dengan kedatangan Al yang tidak diketahuinya.“Aku kira seorang pengusaha hebat tidak percaya pada takhayul,” sarkas Cal. Wanita itu bangkit dari duduk seraya menatap sepasang iris biru safir milik Al. “Ah, satu lagi. Aku memang sudah berniat pulang. Hanya saja, aku mengalami sedikit masalah. Aku—"Seolah tahu k

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 5: Wanita Lain

    "Aku ingin menyentuhmu malam ini."Suara parau itu terdengar tidak lama setelah pintu kamar tertutup. Cal yang sudah nyaris terbuai dalam alam mimpi sontak membuka lagi matanya lebar-lebar."Kamu mabuk?" Cal merengut, merasa tidak nyaman dengan posisi Al yang kini sudah mengungkungnya dengan bau alkohol yang menyengat.Namun, pria itu justru tersenyum dan merapikan rambut Cal yang menutupi ujung mata. "Aku tidak mabuk. Aku hanya minum sedikit." Tatapan Al yang sayu itu semakin mendekat. Pria itu kembali berbisik, "Aku menginginkanmu malam ini."“Tapi aku …" tolak Cal memejamkan mata dengan rapat. Seiring dengan wajah Al yang semakin mendekat, kepalan tangan Cal yang gemetar semakin kuat. "Jangan! Aku mohon....”Suara Cal yang ketakutan, dan bergetar itu membuat Al seketika berhasil menguasai pikirannya. Pria itu menatap Cal, di mana bulir keringat mulai berjatuhan dengan wajah memucat dan napas yang memburu.“Calantha?” panggil Al dengan lembut.Merasakan cengkeraman di pergelangan ta

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 6: Apa Alasannya?

    “Astaga ada apa ini?!”Keriuhan terdengar dari luar ruangan CEO. Gegas, Al dan Cal keluar memeriksa situasi.Kelopak mata Cal melebar, saat melihat saudarinya tergolek lemah. Wanita itu pun refleks berlari ke arah kembarannya.“Aku bantu—““Biar aku saja.” Cal membeku di tempatnya berdiri. Al menyerobot dirinya, menghampiri Clair dengan ekspresi khawatir. “Bertahan, Clair. Aku akan membawamu ke rumah sakit!”Cal sontak membeku mendengar ucapan pria itu. Sikap tidak acuh Al padanya barusan sungguh berkebalikan dengan raut kepanikan di wajah pria itu ketika melihat Clair.“Ke-kepalaku sakit, Al,” rintih Clair. Wanita itu kemudian meletakkan kepalanya di ceruk leher Al. Diam-diam, wanita itu tersenyum tipis di balik pundak Al, terlebih ketika ia melihat raut wajah Cal yang memerah menahan kesal.Sedangkan, Cal masih mematung di ujung pintu ruangan tersenyum ironi melihat kedua orang itu. Bisa-bisanya pria yang kini menjadi suaminya meninggalkan ia sendirian, sementara pria itu justru mengkhawat

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 7: Permintaan Maaf Semalam

    Pagi harinya, Cal terbangun lebih dulu. Sementara Al masih terlelap di sampingnya dengan tangan yang memeluk tubuhnya hangat.Sesaat, Cal terlena memperhatikan figur Al yang harus ia akui memang memesona.'Dia bahkan lebih tampan saat tertidur,' batin Cal mengomentari sosok Al yang lebih menusiawi saat ini.Tidak ingin mengganggu Al, Cal dengan hati-hati bangkit dari kasur. Bersamaan dengan itu, ponselnya bergetar.Pesan singkat bernada perintah itu datang dari Clair. Kembarannya itu memintanya untuk segera ke rumah sakit.Tidak membuang-buang waktu, dan tanpa berpamitan pada sang suami, Cal langsung bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Cal mengetuk pintu tempat Clair dirawat. Sambutan kurang bersahabat justru terlihat dari mata Clair yang menyala, seolah siap membakar Cal hidup-hidup.Sambil berjalan mendekati ranjang pasien, Cal bertanya dengan lembut, “Bagaimana keadaanmu?”“Matamu masih berfungsi, kan?! Lihat saja sendiri!” sentak wanita dari atas pembaringan.Cal menelan

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 8: Tidak Merasa Memiliki Suami

    “Kenapa diam?! Benar ‘kan kalian sengaja menutupinya dariku?” geram Cal.Kedua kelopak mata berbulu lentik tidak berkedip, demi menghalau turunnya lelehan bening yang sangat dibenci Cal. Wanita itu enggan dipandang lemah dan manja, meskipun kenyataan memang benar.“Jawab Al! Sebenarnya ada apa? Permainan apa yang kalian lakukan?” desak Cal, kedua bola matanya tak teralihkan dari wajah pria di depannya.Al berdeham, pria itu meraih pergelangan tangan Cal, mentap jejak kemerahan yang kini hampir memudar. Ia teringat sesuatu, membuat dunianya jungkir balik.Kemarin, ketika mengantar Clair ke rumah sakit, tidak lama mantan tunangan siuman. Kalimat pertama yang diucapkan Clair tentu saja menyebabkan Al gelisah bukan main.“Aku tahu rahasiamu. Bagaimana kalau Cal mengetahuinya?”Al berusaha menghempas ingatan dari ancaman besar yang mengintai. Pria itu tersenyum kecut, lantas menarik Cal untuk mengikuti langkah kaki keluar dari tempat uji nyali ini.“Kamu belum menjawab pertanyaanku Al!” u

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 9: Memaksakan Diri

    Seberapa kuat pun Cal membuat jarak, nyatanya Al selalu berhasil menemukan cara untuk membuat mereka kembali terikat.Al yang juga bosnya di kantor itu memerintahkan Cal untuk mengikuti agenda rapat beberapa divisi. Ponsel Cal yang kemarin disita pria itu pun telah diganti yang baru, tanpa wanita itu tahu … ponsel barunya telah terkoneksi kepada Al.Anehnya, di hari ini saja … sudah lima kali sang CEO menolak hasil pekerjaannya.“Dia benar-benar kejam!” Cal berjongkok memunguti kertas yang berserakkan. Dari ruang istirahat pegawai, Cal beranjak tertatih sambil membawa kertas dalam pelukan. Tiba di depan ruang CEO, ia tidak perlu lagi mengetuk pintu, sebab suami menyebalkannya membuat ruang kerja mereka menjadi satu ruangan. Ketika pintu terbuka, terdengar Al sedang bicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Cal melangkah dengan enggan.“Iya, tidak apa, Clair.” Suara pria itu terdengar begitu lembut, membuat sebuah perasaan asing dalam hati Cal berdenyut. “Kalau kamu membutu

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 10: Tidak Suka Kamu Bersamanya!

    “Kepalaku berat sekali,” lirih Cal sembari mengerjap, perlahan membuka kelopak matanya.Detik itu juga ia mengetahui berada di dalam mobil seseorang. Akan tetapi, kendaraan ini tampak asing, bukan milik Al atau operasional kantor Torres Inc.“Kamu sudah siuman? Syukurlah.” Suara seorang lelaki berhasil merebut atensi Cal.Cal tertegun melihat sosok di balik kemudi. Tangannya terangkat setingi dada, jari telunjuknya menunjuk orang itu. Ia menggeleng pelan merasa semua hanya halusinasi.“Kamu ‘kan—“Lelaki itu menimpali, “Iya ini aku, Lionel. Aku pikir setelah hubungaan kita berakhir, hidupmu jauh lebih baik, ternyata kamu … semakin menderita.”Di sela rasa sakit, Cal terkekeh-kekeh mendengar penuturan mantan kekasih.“Bagaimana bisa kamu ada di sini?” tanya Cal, karena seingatnya pria itu tinggal di benua berbeda.“Aku membantu Pamanku, dan hari ini beliau ada rapat bersama ….” Lionel mendengus kasar. “Pria itu,” sambungnya.Seketika Cal teringat materi rapat yang telah ia susun. Di sa

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 11: Menantu Tak Dianggap

    Dua hari berlalu, baik Al dan Cal seolah menganggap masalah kemarin telah selesai. Mereka sama-sama enggan membahas lebih lanjut, dan bersikap normal.“Ini ringkasan rapat pagi tadi,” Cal meletakkan tab di atas meja, tepatnya di depan Al.Pria itu manggut-manggut, menggeser setiap layar menggunakan jari telunjuk. Kemudian mengembalikannya pada Cal.Bersikap normal di sini tentu hanya berlaku untuk Cal. Sebab pada Al ... Pria itu jadi jauh lebih protektif paska mendapati Cal bersama pria lain. Di dalam gedung saja memerintah beberapa orang menguntit ke mana pun Cal melangkahkan kaki.Al khawatir, Lionel mendadak datang seperti waktu itu. Perusahan mereka sedang bekerja sama, hal itu praktis memungkinkan pimpinan dua perusahaan saling berkunjung, berdiskusi demi tercapainya target pasar.“Lalu apa jadwalku sore ini?” tanya Al sambil mengusap-usap dagu.“Kosong Pak,” jawab wanita itu, kemudian memutar tubuh, hendak kembali ke meja kerjanya.“Calantha?”Seketika Cal menghentikan langkah, s

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 133: Aku Beruntung

    “Selamat Tuan Hofer, bayinya lahir dengan sehat.” Dokter mengulurkan tangan kanan sambil tersenyum lebar. Liam berkaca-kaca mendengar kabar menggembirakan. Ia gegas menghubungi ibunya dan beberapa kerabat terdekat untuk menjenguk anggota keluarga baru. Setelah itu Liam memasuki ruang pemulihan. Ia melihat dua bayi menelungkup di atas dada sang istri. “Claira ….” Liam sesenggukan. Ia mengekspresikan diri karena memiliki buah cinta dari gadis pujaannya di masa sekolah. Bahkan tangan Liam tidak sanggup menyentuh kulit tipis nan lembut miliik bayinya. “Kamu memiliki dua anak laki-laki.” Claira tersenyum merekah melihat dua bayi itu sibuk mencari puncak nutrisi. “Kita. Kita memiliki dua putra. Dan kamu satu-satunya perempuan cantik diantara kami.” Liam setengah tertawa dan menangis ketika mengatakannya. Sedangkan Claira tergelak membuat kedua bayi di atas tubuhnya terkejut lalu merengek. Pasangan itu saling menatap satu sama lain kemudian tertawa bersama-sama melihat tingkah mengge

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 132:Kehidupan Para Ipar

    “Hamil?” Clair tercengang. Reaksi pasangan itu sangat berbanding terbalik. Liam selalu menebar senyum bahkan berbagi kebahagiaan bersama pegawai rumah sakit. Ia mentraktir makan. Sedangkan Clair tampak terpukul.“Istriku kenapa sedih? Seharusnya kamu senang.” Liam merangkul bahu Claira.Wanita itu menunduk menatap perutnya. “Kenapa aku bisa hamil? Liam aku … belum siap menjadi ibu.”Seketika senyum manis di wajah Liam menghilang. Kini pria bermata sipit itu mengetahui Claira enggan mengandung anaknya.“Kita sudah menikah, bercinta dan melakukan berulang kali. Kita tidak menunda kehamilan. Jadi … kamu menolak?” tanya Liam dengan perasaan kecewa.Clair tersadar dari pikirannya. Ia menatap wajah sendu sang suami. Kedua tangan mulus wanita itu menangkup pipi Liam.“Maksudnya bukan begitu. Liam … aku ini seorang pendosa. A-aku tidak menyangka hamil dalam waktu dekat. A-aku juga … merasa bukan ibu yang baik.” Claira melepaskan tangan dari rahang Liam lalu menunduk dalam.Liam tersenyum kec

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 131: Benci Tapi Rindu

    “Aku bingung bagaimana cara mengatakannya,” gumam Claira. Raut wajah wanita itu terlihat sedih.Calantha mengernyit dan menopang dagunya. [Maksudmu?] “Aku ingin pindah rumah, tapi ibu mertuaku melarang. Alasannya kesepian, karena sebelumnya Liam sibuk bekerja.” Claira cemberut. “Kami tidak punya waktu berdua.” Calantha manggut-manggut. Ia mengerti keinginan kakak kembarnya. Istri Alessandro Javier itu tersenyum penuh arti lantas mendekatkan kepala dengan layar ponsel.[Bilang saja langsung kalau kamu ingin pacaran bersama Liam.] Calantha menaik-turunkan alisnya.“Mana bisa seperti itu!” sentak Claira.Setelah satu bulan tinggal di rumah mertua, Claira kehilangan figure Liam. Pria itu lebih sering pulang malam dan pergi pagi-pagi sekali. Bahkan satu minggu ini keduanya tidak berhubungan intim.Claira mengakhiri panggilan video bersama Cal. Ia bergegas menemui ibu mertua di lantai satu. Ia melihat wanita paruh baya itu sedang kesulitan berjalan. Buru-buru Clair membantu.“Hati-hati B

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 130: Setelah Tujuh Hari

    Malam pertama yang seharusnya berujung menyenangkan dengan suasana romantis, justru sebaliknya. Kini, vila pribadi Keluarga Hofer dikunjungi dokter serta perawat yang mengobati Liam. Pria itu mendadak demam paska berenang.“Bagaimana kondisinya? Perlu dirawat inap?” berondong Clair kepada dokter. Ia memperhatikan wajah pucat sang suami.Sedangkan Liam menahan malu sekaligus gundah. Pria itu merasa bersalah gagal menjadi sosok suami idaman bagi pujaan hati. Dokter berkata dengan cemas, “Demamnya cukup tinggi mencapai empat puluh derajat. Tapi Tuan Liam menolak.”Clair mendengus, lantas berjalan mendekati suaminya yang sedang berbaring tidak berdaya.“Kamu masih mau hidup?” tegas wanita itu membuat mata sipit Liam membelalak.Clair bertolak pinggang dan menatap tajam suaminya. “Kita baru menikah satu hari, kamu mau menjadikan aku janda?” Liam meneguk saliva dan menggeleng pelan. Ia tahu istrinya memang galak, tetapi tidak menyangka mulut Claira sangatlah tajam.“Jangan bilang begitu.

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 129: Pengganggu Kemesraan

    Satu tahun berlalu sangat cepat, kesabaran Liam membuahkan hasil. Pagi ini, Liam dan Claira telah resmi menjadi sepasang suami istri. Keduanya sedang menandatangani akta pernikahan. Calantha bersama keempat anaknya duduk di kursi paling depan. Ia menangis haru karena Clair mendapatkan belahan jiwa. Ia juga tahu Clair belum sepenuhnya melupakan Alessandro. Wanita itu beranjak mendekati kembarannya. “Haruskah aku memanggilmu Nyonya Hofer?” goda Calantha. Liam menyambar, “Tentu saja! Dia istriku, dan kamu harus memanggilku kakak meskipun kita seumuran.” Tawa pria itu. Tiba-tiba Alessandro memukul kepala Liam. Ia berkata dengan tegas, “Tidak boleh memanggil kakak! Panggil nama saja.” Seketika altar pernikahan dihiasi gelak tawa dari semua orang. Mereka melihat kedekatan putri Caldwell dan kekompakan para menantu. “Sudah seharusnya aku patuh kepada yang lebih dewasa.” Liam menyengir, menjadikan mata sipitnya tak terlihat. Alessandro memelotot karena secara tidak langsung Liam menge

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 128: Kehidupan Baru

    Claira melempar kerikil kecil ke sembarang arah. Pikiran gadis itu dilanda gundah gulana. Ia ketakutan Alessandro memberitahu keluarga besarnya tentang sebuah kebenaran. Clair menelan ludah. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Calantha mengetahui kenangan bersama Al diambil alih olehnya.Ketika wanita itu melepar kerikil cukup besar, seseorang memekik. “Aw!”“Ya ampun!” Claira sigap menghampiri sumber suara. Ia ternganga mendapati Liam sedang mengelus kening.Sialnya, kening pria tampan itu berubah merah.“Liam, maaf. Aku tidak bermaksud—““Apa yang kamu pikirkan?” Liam meringis karena lemparan Clair sangat bertenaga.“Tidak ada!” tegas Clair. Ia tersenyum kaku.Padahal Liam sengaja meluangkan waktu setelah berminggu-minggu demi Clair. Pria itu tahu calon istrinya sedang gelisah. Hanya saja Liam pandai menutupi rahasia. Ia tidak mau ikut campur, cukup membeberkannya kepada Alessandro.Liam juga tahu Alessandro berniat mengubur masalah ini. Clair menoleh kepada Lia

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 127: Bukan Claira Tapi Calantha

    “Bodoh!” teriak Alessandro di tengah hutan. Pria itu mengepalkan tangan dengan kuat hingga bagian telapak sakit dan urat-urat pada lengan menonjol. Ia memukuli udara yang tidak bersalah. Kemudian Alessandro terjatuh dengan posisi kedua lutut di atas tanah lembab.Alessandro kian tercabik ketika memeriksa ponsel dan mendapati istrinya sedang menelepon. Ia tidak kuasa menerima panggilan suara. Pria itu tenggelam jauh bersama perasaannya saat ini.Beberapa jam kemudian, Alessandro berhasil menguasai rasa sakit dalam dada. Ia bergegas menemui Claira di Mansion Caldwell. Karena hubungan sudah membaik, kedatangan Alessandro disambut oleh para pelayan. “Di mana Nona Muda Clair?”Pelayan menunduk. “Nona di perpustakaan, Tuan.” Alessandro langsung menghampiri iparnya.Claira terkejut karena sebelumnya Al tidak membuat janji. Sekarang pria itu datang dengan ekspresi dingin dan aura mencekam seketika menyelimuti ruangan.“Hi Al. A-ada a-apa?” gugup Claira. Perasaan sebagai wanita sangat peka,

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 126: Masa Lalu Wanitaku

    Alessandro mendengus sebal lantaran Liam menguasai keempat anaknya. Sebagai ayah, ia hanya bisa mengawasi dari jarak jauh. Al juga tidak bisa berbuat apa-apa selain mengamati, sebab Calantha telah memberi izin. Liam mengambil banyak swafoto bersama ABCD. Pria itu tersenyum kecil melihat hasil jepretan kamera. Liam mengirim pesan teks dan gambar dirinya bersama Anaya kepada Clair. “Anaya semakin lucu.” Ketika Liam masih tersenyum sendirian, Alessandro berdiri tepat di belakang pria itu. “Ide brilian menggunakan anakku sebagai alibi menggoda wanita.” Alessandro langsung mengambil alih keempat bayinya. Ia tidak suka wajah polos bayinya dimanfaatkan oleh Liam. ** Satu minggu ini Liam rajin mengunjungi kediaman Alessandro. Pria itu membawa beraneka buah tangan untuk Calantha dan empat bayinya, tidak ketinggalan Liam menemani Al bermain catur. Semua dilakukan sebagai permohonan maaf. “Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Claira?” Wajah Alessandro tampak serius memandang papan

  • Pesona Istri Dadakan CEO   Bab 125: Persaingan 

    “Ajari aku caranya.” Clair menunjuk popok dan pakaian bayi. Seketika Calantha dan Lorraine menoleh ke arah wanita itu. Kening kedua ibu muda mengerut karena tidak biasanya seorang gadis belajar merawat bayi.“Kalian tidak perlu menatapku seperti itu. A-aku mau tau bagaimana melakukannya.” Clair menelan ludah karena gugup diperhatikan oleh dua pasang mata.Lorraine mengalihkan pandangan kepada Calantha untuk meminta izin. Istri kesayangan Alessandro Javier itu mengangguk. Jujur, perasaan Cal campur aduk. Ia takut kakaknya ini kelak mencari simpati di depan Al. Sungguh Calantha tidak mau rumah tangganya hancur. Apalagi sekarang keempat anak sangat membutuhkan orang tua utuh.Saat mengganti popok Anaya, wajah Claira berseri-seri. Gadis itu teringat ketika Liam mempertanyakan kesiapannya menjadi seorang ibu. Namun, waktu itu Claira diam saja karena malu. Sekarang hatinya bersorak riang.**Dua hari kemudian, Liam mengantar Clair ke bandar udara. Gadis itu harus pulang ke Zurich karena b

DMCA.com Protection Status