Share

6. Dasar Perempuan Matre!

Bagaikan dihujani hujatan tanpa henti, hati Yuvika benar-benar hancur mendengar penjelasan panjang lebar dari Elsaki. Ia mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja diungkapkan oleh suaminya sendiri. Di balik sikap tenang yang ia tampilkan, tersimpan luka yang dalam dan perasaan terhina. Bagaimana bisa ada manusia yang berdedikasi tinggi bicara seperti ini?

Namun, di dalam hatinya muncul tekad yang kuat untuk tidak menyerah dengan keadaan. Hidupnya sudah dipenuhi derita, ia yakin sanggup melewati semuanya. Ia menatap Elsaki dengan tatapan yang penuh keteguhan, menyembunyikan semua keraguan dan kepedihan yang sebenarnya ia rasakan.

Baginya, pernikahan adalah sebuah janji suci dengan Tuhan yang tidak bisa dibuat lelucon seperti yang Elsaki katakan. Yuvika berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadikan Elsaki miliknya seutuhnya, apa pun yang terjadi. Bukan karena cinta, tapi lebih kepada menepati janji pada Tuhan-nya.

"Aku tidak semurah itu, Elsaki."

"Benar, kau memang mahal. Aku harus mengeluarkan lima milyar hanya untuk mahar. Jadi, jangan sia-siakan uangku dengan melakukan laranganku."

Elsaki maju selangkah membuat jarak mereka terkikis. Dengan gerakan cepat, ia memutar badan Yuvika dan menempelkannya di dinding. Tak lupa kedua tangannya ia gunakan untuk mengunci tubuh wanita itu.

"Laranganku hanya satu. Jangan buka mulut, jangan lakukan apa pun terhadap wanitaku jika nanti kau bertemu dengannya. Intinya, kau tidak  aku beri hak untuk mengurusi urusanku."

Yuvika dengan tangan yang sedikit bergetar mendorong tubuh Elsaki. "Aku bukan anak kecil. Kau tidak perlu ulang-ulang apa yang kau mau. Sekarang pergi dari sini, aku mau istirahat. Apa kau beniat tidur di sini denganku?"

"Aku suka keberanianmu."

Elsaki meninggalkan kamar tamu dengan senyum tipis. Ia sadar jika sepertinya ia salah pilih istri. Bukannya menuruti apa yang ia minta, yang ada perang mulut setiap hari.

"Akan aku pastikan kau tidak hanya suka dengan keberanianku," gumam Yuvika tersenyum smirk.

°°°

Yuvika terbangun pukul lima pagi. Ia memulai aktivitas dengan membersihkan diri. Ia akan melakukan aktivitas seperti biasa sebelum ia menikah. Memasak adalah bagian dari hidupnya. Ia sangat mencintai kegiatan di dapur, entah itu membuat kue atau memasak makanan untuk ibunya. Sekarang, ia tidak lagi memasak untuk wanita yang sudah membawanya ke dunia, tapi kali ini kelincahannya di dapur akan ia tujukan untuk sang suami.

"Bi, biar saya yang masak. Bibir ngerjain yang lain aja, apa makanan kesukaan Elsaki?"

"Jangan, Non. Saya takut Tuan marah."

"Nggak akan. Bilang sama saya kalau dia marah. Jadi, dia biasa makan apa?"

"Tuan tidak terbiasa makan nasi di pagi hari, hanya roti dan susu hangat."

"Oke baiklah, itu gampang. Biar saya yang urus dapur."

Bibi mengangguk dan pergi dari dapur meski ia ragu. Sementara Yuvika mulai memasak untuk dirinya sendiri. Ia tak terbiasa sarapan hanya dengan roti, makanan itu tidak akan membuatnya kenyang.

Sementara itu, Elsaki yang masih terlelap dalam tidurnya terbangun lantaran hidungnya mencium bau makanan yang menguar dengan lancang.

"Bau masakan siapa? Bibi nggak pernah masak sepagi ini," gumamnya malas.

Rasa malas yang ada pada dirinya seperti tidak sinkron dengan pergerakan tubuhnya. Ia mengatakan malas, tetapi langkah kakinya ia bawa menuju dapur. Ia terdiam di saat berada di dekat pintu dapur. Melihat Yuvika dengan rambut basah dan tegerai, dress rumahan sederhana yang sangat serasi dengan warna kulitnya, lekuk tubuh yang baru ia sadari begitu sempurna membuatnya tanpa sadar menatap wanita itu tanpa berkedip.

"Duduklah, aku akan buatkan roti bakar untukmu," kata Yuvika tiba-tiba. Ia bicara tanpa menoleh ke belakang. Seakan ja menyadari bahwa Elsaki mengawasinya dari belakang.

"Selain pemberani kau juga cenayang?"

"Tentu saja bukan. Bau badanmu tercium hingga hidungku. Makan!" titahnya seperti menyuruh seorang anak kecil.

Yuvika duduk di depan Elsaki. Ia menikmati nasi goreng panasnya dengan nikmat seolah tak terbebani dengan nasibnya yang tak lebih beruntung dari sebelumnya.

"Kau mau coba nasi gorengku? Cobalah, kalau enak aku mau minta uangmu untuk buat restoran biar aku nggak bosan di rumah," katanya menyodorkan satu sendok nasi goreng.

Elsaki yang sedang mengunyah roti tiba-tiba tersedak mendengar permintaan Yuvika. Ia terbatuk-batuk keras, berusaha mengatasi rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul di tenggorokannya. Yuvika segera bangkit dari tempat duduknya dan memberikan segelas air kepada Elsaki.

"Dasar perempuan matre!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status