Share

8. Ini Baru Permulaan

Bibi yang akrab disapa Bi Sum itu seketika menganggukkan kepala. Sangat terlihat bahwa wanita itu tak ingin bercerita banyak tentang Tisya. Hal itu terbukti dari pergerakannya yang tiba-tiba saja merogoh saku celana dan menyerahkan sebuah kartu ATM.

"Sebelum pergi, Tuan menitipkan ini ke saya, katanya buat Non Yuvika. Tadi juga Tuan berpesan kalau Non mau ke mana-mana suruh antar supir aja."

Yuvika menerima benda itu. Awalnya ia acuh dan merasa tak butuh. Namun, sejurus kemudian ia tahu harus dipergunakan untuk apa nafkah dari suaminya ini. Ia pamit dan berlalu dari taman mini itu. Ia melangkah masuk rumah, tak lama kemudian ia kembali ke luar dengan tas selempang kecil yang ia sampirkan di bahu.

Alih-alih memikirkan nasibnya, lagi-lagi Yuvika bertingkah sebaliknya. Ia memilih untuk menikmati fasilitas dari suaminya. Hidup hanya sekali, selagi ia bisa menikmati, maka ia akan melakukannya.

"Untuk menarik perhatian Elsaki, aku harus cantik, pakaian yang bagus menarik, dan tampilan yang memesona," pikir Yuvika sambil tersenyum tipis. Ia tahu bahwa ia harus memperbaiki dirinya sendiri dan menunjukkan kepada Elsaki bahwa ia bukanlah perempuan yang bisa diremehkan.

Setibanya di pusat perbelanjaan, Yuvika langsung menuju butik-butik ternama. Ia memilih beberapa gaun indah, sepatu berkelas, dan tas mewah. Di setiap toko, ia memastikan untuk memilih barang-barang yang terbaik. Setelah itu, ia pergi ke salon untuk merapikan rambut, melakukan perawatan wajah, dan berdandan.

Ia menghabiskan waktu seharian untuk keperluan dirinya. Bahkan, bukan hanya dirinya saja yang ia manjakan. Para pekerja di rumah Elsaki pun ia beri hadiah untuk pengabdian mereka pada sang suami. Tidak banyak dan terkesan barang sederhana, tapi ia yakin mereka akan senang dengan hadiah yang mungkin saja tak pernah diberikan oleh majikannya. Ia yakin Elsaki tidak memikirkan hal sekecil itu.

Ketika semuanya selesai, Yuvika melihat bayangannya di cermin dan merasa puas. Penampilan barunya memberikan kepercayaan diri yang luar biasa. Ia menyadari bahwa ini bukan hanya soal penampilan, tetapi juga tentang bagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri dengan lebih baik.

"Ini baru permulaan," bisik Yuvika pada dirinya sendiri saat ia melangkah keluar dari salon dengan penuh percaya diri.

"Kita makan, yuk, Pak. Berhenti di restoran mana pun yang makanannya enak."

Sang supir hanya menggangguk patuh dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah makan yang cukup mewah. Bangunan dua lantai itu tampak ramai pengunjung.

"Ayo kita makan, Pak. Lapar, kan, antar saya ke mana-mana dari pagi."

"Saya makan di rumah saja, Non."

"Nggak boleh nolak rezeki, nanti yang lain juga saya belikan kok. Nanti Bapak sakit dan nggak bisa antar saya ke mana-mana. Saya nggak bisa bawa mobil."

"Tapi, Non–"

"Nggak ada tapi-tapi, ayo temani saya."

"Non Yuvika nggak malu makan sama supir?"

"Haish, kenapa harus malu? Bapak pakai baju. Lagian kenapa kalau supir? Asal Bapak tahu, saya dulunya juga kuli pabrik. Nggak penting itu semua buat saya. Kita semua sama di mata Tuhan."

Akhirnya setelah petuah singkat dari Yuvika, keduanya berjalan masuk. Ia memilih duduk di dekat pintu masuk, karena memang hanya tempat itu yang kosong. Tak disadari oleh Yuvika, sejak masuk ke bangunan itu ia diperhatikan oleh beberapa pria. Dan salah satunya adalah Elsaki yang juga berada di sana, tentu saja ia bersama dengan Tisya.

"Sayang, liatin apa sih? Dari tadi diajak ngomong juga."

"Ha? Gimana Sayang? Kamu ngomong apa?"

"Udah nggak mood," jawab Tisya kesal.

Kekesalan Tisya itu akhirnya membawa keduanya pulang. Sudah seharian mereka berada di luar rumah menghabiskan waktu bersama. Kepergian Veer ke luar kota adalah surga bagi Tisya. Dahulu, ia sangat mempermasalahkan Veer yang kerap meninggalkannya seorang diri. Ia merasa kesepian dan akhirnya mencari kebahagiaan di bahu laki-laki lain. Dan akhirnya ini yang terjadi sekarang. Meski ia seringkali ditinggal juga oleh Elsaki lantaran pekerjaannya yang terkadang menerima panggilan dadakan.

°°°

"Pak, ini kasih ke yang lain dulu, abis itu Bapak ke sini lagi, ya, bantu saya bawain belanjaan."

"Baik, Non."

Yuvika membuka pintu bagian belakang. Ia membeli banyak baju, tas, dan berbagai macam sepatu bermerk. Ia mengambil beberapa paper bag sebisanya dan berjalan menuju dalam rumah. Belum sampai ia masuk, langkah kakinya terhenti lantaran Elsaki tiba-tiba muncul di tengah pintu dengan bersedekap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status