Food court, Mall Xxx.Renata menghubungi Bam orang kepercayaannya. Dia sengaja mengajak pria itu bertemu agar tidak ketahuan Alex. Saat ini Renata sedang kesal karena putrinya berani melawannya, bahkan restoran yang telah beberapa bulan dia kelola diambil alih oleh bocah itu."Kenapa bos memintaku untuk bertemu di luar?""Di rumah ada Alex, aku nggak mau dia curiga kalau kita sering bertemu. Aku mau kamu melakukan satu hal lagi untukku,""Melakukan apa?""Beri Cantika sedikit pelajaran,""Apa anda yakin Bos? Bagaimanapun dia putri anda,""Aku hanya memintamu sedikit pelajaran saja, bukan untuk menghabisinya,""Emh, baik. Sebagai bawahan, aku hanya bisa mematuhi perintah anda."Renata menoleh ke kanan dan ke kiri, dia mencari tau apakah situasi sekitar aman dan tidak ada yang mengawasi mereka berdua. Renata merogoh tasnya, dia mengambil amplop berisi sejumlah uang dan memberikannya pada Bam."Ambil ini, lakukan tugasmu dengan baik dan hati-hati,""Siap, Bos."***Bam menguntit Cantika
Bam dan Renata kembali mengatur janji temu, kali ini di taman kota yang sedang ramai pengunjung karena weekend. Hal ini dinilai Renata lebih efektif dan terhindar dari kecurigaan orang terdekatnya."Kamu ada paspor?" tanya Renata pada Bam."Ada, kenapa memangnya? Kamu mau aku kabur ke luar negri?""Bersembunyilah di sana sampai semuanya aman,""Tapi ongkos dan biaya hidupku?""Aku akan menanggungnya. Lebih baik aku keluar biaya banyak daripada masuk penjara,"Bam tertawa. Mana ada orang yang tidak mau masuk penjara tapi berani melakukan tindak kejahatan? Bam rasa hanya Renata saja. Ternyata watak dan kelakuan mereka sama, wajar jika mereka bisa menjadi partner kerja yang baik."Oke, aku akan pergi ke luar negri." ucap Bam. Dia menyalipkan anak rambut Renata yang terbang tertiup angin ke telinganya.Dari jauh, Sonia memotret kebersamaan Bam dan Renata. Kemudian, dia mengirim foto itu pada Alex dan Yudi. Sonia tersenyum miring, sebentar lagi kelakuan busuk Renata akan terbongkar.Selama
Hari demi hari berlalu, keadaan Cantika mulai membaik. Kini kemanapun dia pergi, ada seorang pengawal perempuan yang selalu mengawasi. Namanya Tantri, dia orang suruhan Alex. Kebetulan, Tantri masih saudari sepupu Alex.Sementara itu Alex mengurung Renata di dalam kamar seperti burung dalam sangkar. Dia tidak memperbolehkan Renata keluar sebelum mendapat informasi dimana Bam berada. Alex berencana menghukum Bam dan Alex bersamaan.Sampai detik itu, rasa suka Alex pada Renata masih ada. Hanya saja sedikit berkurang karena muak dengan kebohongan dan kejahatan yang telah Renata lakukan. Alex ingin bercerai, tapi bayi yang sedang Renata kandung menjadi pertimbangan berat untuknya.Klak....Pintu kamar Renata terbuka, Alex masuk membawa piring makanan dan beberapa botol vitamin kehamilan yang harus Renata rutin konsumsi."Sarapan dulu, setelah itu minum obatmu," Alex menyodorkan piring dan vitamin yang dibawanya kepada Renata. Sayang, wanita itu malah mengabaikannya."Lepaskan aku, biarkan
Usai melaksanakan ijab qobul, Cantika dan Yudi menyalami tamu undangan yang datang. Teman, kerabat dan rekan kerja. Acara pernikahan itu di adakan secara sederhana, disebuah hotel bintang lima.Alex datang seorang diri, Renata masih terkurung di dalam kamarnya. Alex sengaja melakukan hal itu karena dia tidak mau Renata membuat keributan di hari bahagia Cantika dan Yudi."Ayah," Cantika memeluk Alex. Tangis haru pecah, Alex teringat pada mendiang orangtua Cantika."Selamat berbahagia nak, semoga pernikahanmu langgeng dan dikaruniai banyak anak," doa Alex."Terimakasih," Cantika menyeka air matanya."Terimakasih karena sudah menyayangiku dan menganggapku sebagai putri sendiri."Selesai acara, Yudi langsung membawa Cantika ke kamar pengantin. Kamar yang telah di dekor sedemikian rupa agar mirip dengan kamar seorang putri. Hiasan bunga ada di mana-mana, menebarkan bau harum yang menggugah hasrat tersembunyi dalam jiwa.Jantung Cantika berdebar membayangkan apa yang akan mereka berdua laku
Cinta itu seperti udaraTak bisa dilihat, tapi bisa dirasaCinta itu seperti genangan airBisa disentuh, tapi tak bisa digenggamCinta itu seperti makanan yang membangkitkan stamina dalam tubuh,Cinta itu bisa membuat orang bahagia, begitu juga sebaliknyaJadi bagaimanakah cinta yang sebenarnya?Cinta itu tergantung bagaimana kamu memandang dan menilainyaAuthorTidak ada hari yang membahagiakan di dunia ini selain hari ini bagi Cantika. Dia akan merekam tiap memori yang dilalui bersama Yudi dan menyimpannya sebagai kenangan berharga dalam jiwanya.Lelah bermain di air terjun, Cantika mengajak Yudi untuk turun dan kembali ke hotel. Tapi sebelum pulang ke hotel, Cantika ingin makan makanan lokal yang biasa di jual dipinggir jalan. Yaitu nasi pecel dan tempe mendoan yang masih hangat.Yudi menuruti kemauan sang istri tanpa banyak protes, karena membahagiakan wanita itu menjadi satu-satunya tujuannya dalam hidup."Kita perlu membeli rumah baru, apartemen yang aku sewa lumayan sempit," uc
Anda memasuki area season tiga dari novel ini, semoga suka dengan ceritanya ya. Kali ini Author mau bikin story tentang Dion, kasian dia kalo nggak dapat jodoh, pria baik pantang dapat cerita sad ending.😂✌️***Beberapa bulan berlalu pasca pernikahan Cantika dan Yudi, Dion belum juga bisa move on. Bayang cinta pertamanya itu masih saja mengikuti matanya kemanapun dia berada. Berbagai cara telah Dion lakukan untuk menyibukkan diri, agar otaknya tidak selalu mengingat nama Cantika. Tapi hasilnya tetap nihil.Lulus kuliah, Dion memutuskan untuk membuka dealer sepeda motor dengan bantuan modal dari Ayahnya. Dia menjual berbagai merek sepeda motor dari berbagai negara, dia memang lebih tertarik menekuni dunia bisnis jual beli daripada menjadi guru sesuai dengan jurusan perkuliahannya.Pagi itu, langit terlihat mendung tapi hujan tak juga turun. Dua karyawan Dion bernama Toni dan Tomy tengah bersiap mengantarkan pesanan sepeda motor berwarna pink ke sebuah alamat. Dion meminta Tomi untuk t
Siang hari, Dion pergi ke sebuah cafe untuk makan siang sekaligus bersantai. Dia tak sengaja melihat Icha dan beberapa temannya di sana sedang makan sambil berfoto selfie.Gadis itu nampak lebih menonjol dari yang lainnya, cantik, ceria dan berisik. Jika disatukan dengan adiknya pasti akan seru, apa jangan jangan Icha dan adik Dion satu sekolah? Seragam mereka sekilas terlihat sama."Cha, kamu kenapa nolak si Felix? Dia tampan, baik lagi," ucap Fani salah seorang teman Icha."Kalo kamu suka ambil aja, dia bukan tipeku!""Terus tipemu yang seperti apa?" Fani penasaran."Aku suka pria mapan yang matang. Umurnya di atas dua puluh limaan,""Seleramu yang lebih tua ya?""Yang tua yang lebih berpengalaman gaes. Ha... Ha.... Ha...""Idih, dasar!" Fani merinding sekujur badan.Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba seorang pria berseragam sama muncul dengan wajah merah. Dia menarik tangan Icha dan memaksanya untuk berdiri dari kursi. Pria itu nampak marah, matanya melotot sampai mau keluar dari te
Icha merasa senang, berkat Dion mengaku sebagai kekasihnya, Felix si pembuat onar tidak pernah mengganggunya lagi. Hari-hari Icha di sekolah terasa damai dan sejahtera, seperti para siswi lainnya. Hari itu, pulang sekolah. Icha tidak mampir kemanapun, dia langsung pulang ke rumah dan berganti pakaian. Tiba-tiba saja pintu rumahnya di ketuk, dia bergegas untuk membukanya. "ibumu ada de?" ucap pria berpakaian hitam-hitam itu. "Bapak siapa?" tanya Icha curiga "Tinggal jawab saja Ibumu ada nggak?" bentaknya "Dia sedang bekerja, pulangnya nanti malam," Icha sedikit gemetaran karena takut. "Katakan padanya untuk segera melunasi hutang-hutangnya atau rumah ini akan Pak Johan ambil," "Hutang? maaf Pak, kalau boleh tau berapa jumlah uang yang di pinjam ibuku dari pak Johan?" "Dua ratus juta, belum dengan bunganya," Icha melongo, uang sebanyak itu ibu gunakan untuk apa? bukannya kata sang ibu, gaji bulanan yang dia dapat lebih dari cukup untuk mencukupi biaya hidup mereka? I
Ruang istirahat khusus pegawai.Tomy duduk menyendiri, dia memikirkan tentang Agatha yang belum juga memberinya kabar setelah menerima pengakuan cinta darinya. Apakah gadis itu marah padanya? Atau, dia bersikap acuh karena ingin menjauhi Tomy dan menolak Tomy secara halus?"Bang, kok melamun?" suara Toni, adik Tomy, membuyarkan lamunannya. Toni duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan penasaran. "Keliatannya serius banget. Ada masalah?"Tomy menggeleng cepat. "Nggak, cuma lagi capek aja."Toni mengernyit, jelas tidak percaya. "Yakin? Soalnya dari tadi mukamu kayak orang lagi galau. Habis di tolak cewek ya?"Tomy tertawa kecil, berusaha menutupi kegundahannya. "Nggak ada apa-apa. Udahlah, jangan banyak tanya."Toni menatap kakaknya dengan penuh selidik, tapi akhirnya memilih untuk tidak memaksa. "Yaudah, kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini." Tomy hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sampai kapan ia harus menunggu jawaban dari Agatha? Apakah perasa
Dion menatap tunangannya, Icha, dengan senyum hangat. Hari ini adalah akhir pekan yang telah ia rencanakan sejak lama, sebuah kencan yang seharusnya hanya untuk mereka berdua. Namun, ide spontan muncul di benaknya, dan ia memutuskan untuk mengajak serta adiknya, Agatha, serta pegawainya, Tomi."Seru, kan? Kita bisa jalan bareng," kata Dion riang saat mereka berkumpul di depan mal.Agatha mengangguk senang. "Iya, setidaknya aku nggak merasa mengganggu kencan kalian."Tomi yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum malu-malu. Sejak lama ia memendam perasaan terhadap Agatha, dan kesempatan ini adalah momen langka baginya untuk lebih dekat dengannya.Mereka memulai hari dengan makan siang di sebuah restoran favorit Icha. Sambil menyantap hidangan, obrolan mengalir dengan santai. Dion dan Icha sesekali bercanda mesra, sementara Agatha dan Tomi lebih banyak mendengar dan sesekali bertukar pandang canggung."Kamu nggak banyak bicara, Tom," kata Dion sambil menepuk pundak pegawainya. "Biasany
Acara pertunangan Icha dan Dion selesai, keduanya nampak bahagia, begitu juga dengan keluarga besar mereka. Tamu undangan mengucapkan selamat, terutama Cantika dan Yudi. Yudi menarik nafas lega karena akhirnya Dion menemukan pengganti Cantika di hatinya. Pria itu sempat khawatir suatu saat nanti Dion akan berusaha merebut Cantika kembali dari sisinya. "Jadi, kalian harus menunggu sampai berapa tahun lagi untuk menikah?" Tomi menyenggol lengan Dion pelan. "Segera setelah Icha lulus SMA kami akan menikah," sahut Dion. "Tapi aku ingin kuliah dan mengambil beberapa kursus lagi," keluh Icha. "Tenanglah, setelah menikah aku mengizinkanmu untuk kuliah dan ambil kursus," "Terimakasih, kamu baik sekali," "Baru tau kalau abangku baik?" Agatha menggoda Icha. "Dia baik karena ikut mendiang Ibuku, kalau dia ikut Ayahku hem..... Dia akan jadi seorang pemain," lanjut Icha. Hendri yang mendengar hal itu lngsung berjalan menghampiri putrinya dan menjewer telinganya pelan. Agatha mema
Jam istirahat sekolah, kantin. Icha dan agatha bertemu, Icha terus berkata belum siap untuk dilamar pada Agatha walaupun sebenarnya Icha telah cinta mati pada Dion. Bukan karena belum yakin, melainkan karena dia belum lulus sekolah SMA. "Jangan sekali-kali menolak tawaran baik dari abangku Icha, kamu tau kan? abangku itu banyak yang naksir. Kalau kamu kalah cepat nanti dia digoda sama cewek lain," "Iya juga sih, tapi...." Icha masih sedikit ragu. "Hanya lamaran saja kok, belum lulus juga nggak apa-apa," Agatha terus mengompori Icha agar mau dilamar oleh kakaknya.Fani dan Clarissa berjalan mendekati Icha, mereka duduk mengapit Icha di sebelah kanan dan kiri. Mereka sedikit bingung, akhir akhir ini Icha sering sekali bergaul dengan agatha. Sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka berdua?Parahnya, Icha tidak pernah mengajak Fani dan Clarissa bergabung saat sedang bersama. Seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang rahasia."Icha sombong sekarang ya, lunga teman baru lupa sam
Hendri dan Agatha baru saja pulang dari jalan-jalan. Mereka membeli banyak barang belanjaan, hingga harus meminta bantuan supir untuk mengangkutnya. "Ayah pulang. Eh.... Ada siapa ini?" Hendri bertanya pada Dion yang sedang mengobrol dengan Icha berdua di ruang tv. Dia memperhatikan Icha dengan seksama, muda, cantik, rupanya Dion memiliki selera yang bagus. "Dia calon menantimu," sahut Agatha. "Oh, jadi ini yang namanya Icha?" "Iya, Om. Hallo, saya Icha," Icha memperkenalkan diri. "Hallo, saya Ayahnya Dion. Silahkan kalian berdua mengobrol, santai saja, anggap rumah sendiri," ujar Hendri. Dia membawa Agatha pergi dari ruangan itu agar tidak mengganggu momen bagus kakaknya. Icha menunduk malu, omongan Agatha tadi terngiang di telinganya. bisa bisanya icha dibilang calon mantu, padahal lamaran saja belum. Tapi dalam hati Icha merasa senang, itu artinya Icha di terima dengan baik oleh keluarga Dion. "Nanti aku antar pulang ya," ujar Dion. "Jangan, katanya kamu lagi sakit. Aku pul
Hari minggu tiba, Dion mengajak Icha pergi ke suatu tempat untuk makan siang bersama. Gadis itu tampil sangat imut dengan dres bunga yang memiliki banyak hiasan renda di bagian roknya. Dion tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah gadis itu, membuat Icha salah tingkah karena di tatap secara berlebihan di tempat umum. Beberapa gadis di sekitar icha merasa cemburu, karena Dion memperlakukannya dengan sangat manis. "Jangan menatapku seperti itu kak, aku malu!" bisik Icha sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kenapa harus malu? seharusnya kamu merasa beruntung karena di tatap dan di perhatikan oleh pria tampan sepertiku," seloroh Dion. "Heleh, kambuh lagi narsisnya," keluh Icha. Dion memesan banyak makanan, dia juga memesan empat gelas juice buah dan empat botol air mineral. Sementara di meja itu hanya duduk dua orang saja, Dion dan Icha. Icha sedikit bingung, sampai sepasang suami istri datang menghampiri meja mereka. Dia wanita yang pernah Icha lihat tempo hari sedang be
Dion baru saja membeli sebuah bunga untuk Icha, di dalam toko dia tak sengaja bertemu dengan Cantika. Alhasil, Dion mengajak Cantika duduk cantik di cafe sekitar untuk mengobrol dan bertukar kisah sebentar. Cantika terlihat lebih cantik, lebih gemuk dari biasanya. Wajahnya cerah, ceria, suaminya benar-benar mengurusnya dengan baik. Dion ikut bahagia, karena teman sekaligus cinta pertamanya nampak sangat bahagia dengan kehidupannya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Dion. "Baik. Kamu sendiri bagaimana?" "Baik juga," "Siapa nama bocah SMA yang kamu kencani itu hem?" goda Cantika. "Namanya Icha, dia manis, imut dan lucu," "Seleramu sudah berubah ternyata," "Ha.... Ha.... Ha.... Tidak ada yang tau tentang nasib orang kedepannya bukan?" Dion dan Cantika asyik berbincang, mereka menceritakan tentang kehidupan masing-masing. Cantika yang telah jadi IRT lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, sementara dion yang jadi pebisnis lebih sering ada di luar daripada ada di rumah. Tanpa
Agatha keluar dari kelas, dia berjalan mengendap-endap mengikuti ke arah Icha pergi. Agatha ingin menangkap basah Kakaknya yang masih meluangkan waktu untuk antar jemput Icha walaupun pekerjaannya banyak. Tapi pria itu selalu menolak kalau Agatha yang minta diantar jemput. Sepertinya Dion lebih sayang dan perhatian pada kekasihnya daripada Agatha, hal itu membuat Agatha cemburu, iri dan dengki. Dion membuka pintu mobil, saat Icha hendak masuk tiba tiba Agatha muncul. Dia menahan Icha dan mendorongnya menjauh, kemudian Agatha masuk dan duduk di kursi mobil paling depan. "Agatha, kamu apa apaan si?" omel Dion. "Biar dia duduk di kursi belakang," seloroh Agatha. "Heh, kamu itu sudah punya supir pribadi. Kenapa juga harus ikut nyempil di sini? Abang mau pacaran tau tidak? Ganggu saja! Cepat keluar dari sini!" usir Dion. "Sudah lah kak, jangan ribut. Malu dilihat orang, biar aku duduk di belakang saja," Icha menengahi. Agatha tersenyum, dia senang karena Icha mau mengalah untukn
Agatha mendekati Kakaknya yang sedang makan sambil main ponsel di dapur. Dia mengendap seperti maling karena ingin membuat pria itu terkejut tapi gagal. "Aku tau kamu mau membuatku terkejut, Agatha," "Kok bisa tau?" "Parfummu bisa kucium dari jarak lima puluh kilo meter," "Alah, lebay!" Agatha menyeret kursi, dia duduk tepat di hadapan Dion. Berita Dion telah memiliki pacar tersebar luas, Tomi pelaku gosip itu menyebar hingga seantero kota X. "Siapa gadis itu?" "Apa maksudmu Agatha?" Dion keluar dari game dan meletakan ponselnya. "Siapa gadis bodoh yang mau menjadi pacarmu itu?" "Dia teman sekolahmu, juga teman les karate mu," Kemarin saat menjemput Icha, dia tak sengaja melihat Icha dan agatha tengah berbincang di taman sekolah. Keduanya tampak akur dan dekat, seolah olah sudah menjadi teman lama. "Siapa namanya?" "icha," "Hah? dia adik kelasku dan umurnya belum genap tujuh belas tahun? kakak mengencani anak di bawah umur?" Agatha sedikit terkejut. Tapi itula