"Kak, aku ikut kalian," ucap Erina menyusul langkah Ethan dan Nada.Ethan dan Nada tercengang. Keduanya menghentikan langkah, lalu saling beradu pandang mendengar permintaan Erina saat mereka hendak pulang. Apa yang dipikirkan Ethan tidak jauh beda dengan apa yang dipikirkan Nada. Mereka sama-sama geram dengan tingkah Erina selama mereka makan."Apa aku tidak salah dengar?" Ethan mencondongkan tubuh ke arah Erina."Tidak, Kak." Erina kembali mendekati Ethan dan lagi-lagi melingkarkan tangannya pada lengan Ethan, padahal sudah ada tangan Nada di sana, tetapi Erina menyingkirkan tangan Nada dan mengganti dengan tangannya."Aku ingin menginap di rumahmu," sambungnya dengan ekspresi manja.Ethan segera menepis dan melepaskan tangannya. Kembali meraih tangan Nada dan menggenggamnya."Apa kamu tidak memandang istriku?" tanyanya sembari melihat Nada dan tersenyum tipis."Hanya menginap saja. Bukankah kita adik kakak? Kenapa aku harus izin padanya?" Erina menunjukkan ekspresi tidak suka pada
"Ethan, buruan bangun!" Nada mengguncang tubuh Ethan."Bentar lagi, Sayang.""Ethan, ini sudah siang. Kita harus segera pulang. Aku harus kerja." Nada merasa tidak tenang karena hari sudah mulai siang dan dia akan terlambat datang ke perusahaan.Ethan yang masih meringkuk dalam selimut tebal membuka mata mendengar alasan Nada atas kecemasannya, lalu memandangi wajah istrinya dengan beku. Sesaat kemudian senyum manis mengembang pada bibirnya. Tanpa berkata-kata, Ethan mengulurkan tangan dan menarik Nada hingga jatuh di atas tubuhnya. Dengan erat Ethan memeluk dan mengunci pinggang Nada."Ethan, lepaskan!" Nada memberontak."Sayang, hari ini tidak perlu bekerja," ucap Ethan dengan suara lembut."Tidak bisa, Ethan. Kalau aku tidak bekerja, maka perusahaan akan memotong gajiku."Mata Ethan membuka lebar mendengar jawaban istrinya. Memang benar apa yang dikatakan Nada, di perusahaannya memang menerapkan aturan itu. Setiap karyawan yang tidak masuk kerja dadakan atau izin tidak jelas di lua
"Kak! Kakak!" panggil Erina sembari mengetuk pintu kamar di mana Ethan membawa pergi Nada.Erina kesal dan geram karena dua sejoli itu meninggalkannya tanpa memberitahu di mana dia harus tidur. Terlebih dia tidak membawa pakaian ganti. Tidak mungkin dia tidur menggunakan pakaiannya saat ini. Pakaian itu terlalu mini dan terbuka untuk dipakai tidur malam."Kak, aku tidur di mana?" Suaranya kembali terdengar nyaring bercampur kesal.Bukan jawaban yang dia dapat, melainkan suara syahdu dan merdu dua sejoli memadu kasih. Bahkan sesekali Erina mendengar suara manja Nada untuk Ethan. Mendengar hal itu, bukan hanya telinga yang terasa panas, melainkan hatinya juga ikut terbakar."Dasar wanita murahan!" makinya sembari memukul pintu kamar. "Licik sekali wanita itu! Hanya mendesah seperti itu, aku juga seharusnya bisa." Erina kesal. Dia pikir dengan datang ke rumah Ethan, dia dapat mencari perhatian Ethan dan merayunya agar mau kembali pulang dan tinggal bersama keluarganya, bersamanya. Terny
"Erina, kenapa matamu?" Ethan kaget saat pagi-pagi melihat ada lingkaran hitam tebal pada mata Erina. Sorot matanya pun sayu dan terlihat masih mengantuk berat, tapi dipaksakan untuk terbangun. Sembari bertanya pada Erina, Ethan mengarahkan ekor matanya pada Nada. Saat tatap mereka beradu, keduanya sama-sama menahan tawa dalam hati. Cepat-cepat Nada menghindari tatapan Ethan dan kembali mempersibuk diri menyelesaikan hidangan sarapan pagi di atas meja. Dia takut tidak bisa menahan tawa bila terus melihat wajah Erina yang kurang tidur.Melihat Ethan dan Nada memberikan gerak-gerik menyebalkan, Erina langsung menjatuhkan diri dan duduk dengan kesal di depan Ethan. Wajahnya cemberut dengan bibir manyun, bola matanya beredar antara Ethan dan Nada, namun saat melihat Nada, sorot mata itu tampak sinis penuh kebencian.Bagaimana tidak kesal? Semalam mereka tidak memberinya kamar untuk tidur sehingga harus tidur di sofa. Saat malam Nada mendekatinya, dia pikir akan memintanya pindah ke kama
Dengan rasa penasaran, Nada berjalan dan pergi ke ruang tamu perusahaan. Karena merasa tidak memiliki janji dengan siapa pun, dia pun melambatkan langkahnya ketika telah mendekati ruang tamu itu. Ada keraguan dalam dirinya yang datang secara tiba-tiba.Tanpa berniat masuk dan menemuinya, Nada menghentikan langkah tepat di depan pintu yang tidak tertutup rapat sehingga dia dapat melihat ke dalam dan memastikan siapa yang mencarinya. Mengintai seperti ingin mencuri, Nada menajamkan pandangnya ke arah dalam. Jantungnya berdetak lebih cepat dengan sudut bibir berkedut setelah melihat siapa yang mencarinya. Sejak awal tidak berniat menemui tamunya, setelah mengetahui siapa yang mencarinya, niat itu masih belum ada. Bahkan sama sekali tidak akan menemuinya.Nada berputar dengan cepat dan berbalik, lalu berjalan pergi dan berniat kembali ke ruang kerjanya. Hanya saja sebelum benar-benar pergi, terlebih dahulu dia mampir ke bagian informasi perusahaan dan memberikan pesan pada petugas."Non
Seperti tidak ingin melepaskan targetnya, Danica masih berdiri di tempatnya dan masih menunggu siapa gerangan yang ada di dalam mobil mewah itu. Sembari menunggu, angannya melayang. Danica membayangkan andai pria yang ada di dalam mobil itu menjemputnya dan dia adalah ratunya.Sementara Danica masih terus menunggu, tiba-tiba pintu mobil terbuka. Inilah moment yang ditunggu oleh Danica. Dia akan segera mengetahui siapa pemilik mobil mewah itu."Ethan?" Matanya membulat sempurna ketika melihat Ethan keluar dari dalam mobil mewah itu.Meski berharap pria yang ada di dalam mobil itu adalah pria lain yang lebih kaya atau palinmg tidak setara dengan Ethan, namun melihat Ethan yang keluar, Nada tetap senang.Senyumnya jelas saja mengembang bahagia karena ternyata pria yang selama ini dijodohkan dengannya adalah benar-benar pria kaya dan sekarang juga dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Ethan keluar dari mobil mewah. Meski berita siapa Ethan sebenarnya telah tersebar, tapi baru ini Dani
"Ethan, kita mau ke mana?" Nada heran melihat Ethan terus melajukan kendaraannya tanpa henti, bahkan malah melaju ke arah bandara."Bukankah setelah kita menikah belum melakukan bulan madu?" jawab Ethan. Tubuhnya sedikit condong ke arah Nada dengan senyum dan kedipan mata menggoda, genit."Ethan." Nada tersipu malu melihat cara Ethan menggoda genit.Ethan sendiri tertawa kecil dan gemas melihat Nada menyembunyikan wajah menggunakan kedua tangan untuk menutupi wajahnya. Rasanya dia ingin langsung mendekap dan memeluknya erat andai saja dia tidak sedang mengendalikan lingkaran kemudinya. Ada rasa sesal kenapa tidak membiarkan sopir mengantar mereka sehingga dia dapat melakukan apa pun pada istrinya.Sesampainya di bandara, kedatangan mereka sudah ditunggu oleh anak buah Ethan, termasuk Serly, wanita yang ditugaskan Ethan untuk menjaga istrinya. Mereka menunggu sesuai dengan perintah Ethan."Apa semua sudah kalian persiapkan?" tanya Ethan sembari menggandeng tangan Nada."Sudah, Tuan. Pa
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya Nada saat itu. Ethan memanjakan dengan membawanya ke tempat yang selama ini diimpikan dan menurutnya tidak akan mungkin didatangi."Sayang, bagaimana? Apa kamu suka?" tanya Ethan masih menggenggam dan menggandeng tangan Nada saat mereka keluar dan meninggalkan Starry Cafe."Suka banget!" jawab Nada sembari menatap penuh cinta pria yang telah memberinya kebahagiaan itu.Ethan membalas dengan senyum bahagia. Dengan lembut mencubit ujung hidung Nada sebagai ungkapan rasa cintanya yang tak terkira. Dia pun merasa bahagia melihat istrinya bahagia. Meski pernikahannya digelar secara sederhana, tapi bulan madu mereka harus terkesan dan tidak terlupakan."Ethan, sekarang kita mau ke mana?" tanya Nada ketagihan untuk kembali melihat keindahan lain yang dimiliki kota itu."Hotel," jawab Ethan sembari mengedarkan pandang sebentar, lalu melihatnya lagi."Kok, ke hotel?" Wajah Nada menunjukkan tidak suka. Rasanya tidak rela bila harus l
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber