Seperti tidak ingin melepaskan targetnya, Danica masih berdiri di tempatnya dan masih menunggu siapa gerangan yang ada di dalam mobil mewah itu. Sembari menunggu, angannya melayang. Danica membayangkan andai pria yang ada di dalam mobil itu menjemputnya dan dia adalah ratunya.Sementara Danica masih terus menunggu, tiba-tiba pintu mobil terbuka. Inilah moment yang ditunggu oleh Danica. Dia akan segera mengetahui siapa pemilik mobil mewah itu."Ethan?" Matanya membulat sempurna ketika melihat Ethan keluar dari dalam mobil mewah itu.Meski berharap pria yang ada di dalam mobil itu adalah pria lain yang lebih kaya atau palinmg tidak setara dengan Ethan, namun melihat Ethan yang keluar, Nada tetap senang.Senyumnya jelas saja mengembang bahagia karena ternyata pria yang selama ini dijodohkan dengannya adalah benar-benar pria kaya dan sekarang juga dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Ethan keluar dari mobil mewah. Meski berita siapa Ethan sebenarnya telah tersebar, tapi baru ini Dani
"Ethan, kita mau ke mana?" Nada heran melihat Ethan terus melajukan kendaraannya tanpa henti, bahkan malah melaju ke arah bandara."Bukankah setelah kita menikah belum melakukan bulan madu?" jawab Ethan. Tubuhnya sedikit condong ke arah Nada dengan senyum dan kedipan mata menggoda, genit."Ethan." Nada tersipu malu melihat cara Ethan menggoda genit.Ethan sendiri tertawa kecil dan gemas melihat Nada menyembunyikan wajah menggunakan kedua tangan untuk menutupi wajahnya. Rasanya dia ingin langsung mendekap dan memeluknya erat andai saja dia tidak sedang mengendalikan lingkaran kemudinya. Ada rasa sesal kenapa tidak membiarkan sopir mengantar mereka sehingga dia dapat melakukan apa pun pada istrinya.Sesampainya di bandara, kedatangan mereka sudah ditunggu oleh anak buah Ethan, termasuk Serly, wanita yang ditugaskan Ethan untuk menjaga istrinya. Mereka menunggu sesuai dengan perintah Ethan."Apa semua sudah kalian persiapkan?" tanya Ethan sembari menggandeng tangan Nada."Sudah, Tuan. Pa
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya Nada saat itu. Ethan memanjakan dengan membawanya ke tempat yang selama ini diimpikan dan menurutnya tidak akan mungkin didatangi."Sayang, bagaimana? Apa kamu suka?" tanya Ethan masih menggenggam dan menggandeng tangan Nada saat mereka keluar dan meninggalkan Starry Cafe."Suka banget!" jawab Nada sembari menatap penuh cinta pria yang telah memberinya kebahagiaan itu.Ethan membalas dengan senyum bahagia. Dengan lembut mencubit ujung hidung Nada sebagai ungkapan rasa cintanya yang tak terkira. Dia pun merasa bahagia melihat istrinya bahagia. Meski pernikahannya digelar secara sederhana, tapi bulan madu mereka harus terkesan dan tidak terlupakan."Ethan, sekarang kita mau ke mana?" tanya Nada ketagihan untuk kembali melihat keindahan lain yang dimiliki kota itu."Hotel," jawab Ethan sembari mengedarkan pandang sebentar, lalu melihatnya lagi."Kok, ke hotel?" Wajah Nada menunjukkan tidak suka. Rasanya tidak rela bila harus l
"Apa istriku ini cemburu pada adik tiri?" Ethan menggoda Nada. Bahkan sampai mengangkat kepala dan menyangga dengan tengannya hanya untuk dapat melihat wajah Nada dengan sempurna dan utuh."Tidak. Siapa yang cemburu?" Nada jual mahal dan mengelak dikatakan cemburu pada Erina. "Untuk apa aku cemburu pada Erina? Dia hanya adik tirimu, bukan? Sedangkan aku istri sahmu. Masih menang aku," sambungnya memberi alasan yang logis dan menunjukkan wajah sombong. Meski begitu, Nada tidak bisa menutupi rasa cemburunya.Ethan tersenyum mendengar jawaban dan pembelaan istrinya. Apa yang dikatakan Nada memang benar, bagaimanapun Nada tetap menang banyak dalam hatinya. Masih dengan posisi yang sama, sorot mata penuh cinta Ethan terus menatap lekat Nada. Hatinya berbunga melihat kecantikan dan wajah imut Nada di kala istrinya itu sedang kesal karena dibakar api cemburu.Cara Ethan diam dan terus menatapnya membuat Nada semakin tersipu malu dan salah tingkah. Sorot matanya membuat degup jantung semak
Entah sejak kapan Nada memiliki hobi baru saat bangun tidur. Memandangangi dan mengagumi wajah tampan Ethan saat mata suaminya itu masih terpejam. Dan entah dari kapan Ethan juga mempunyai hobi baru juga, memeluk Nada erat sepanjang malam. Pagi-pagi di antara dinginnya udara pagi, Nada telah membuka mata dan langsung dihadapkan pemandangan indah mempesona wajah Ethan. Pahatan Sang Maha Karya itu sangat indah dan sejuk dipandang mata. Garis wajah yang tegas membuat pesona Ethan tidak diragukan lagi."Tampan sekali!" lirih Nada memuji ketampanan suaminya. Lelaki yang telah menikahinya dengan kedok pria miskin itu telah membuatnya jatuh cinta.Dengan ujung jemarinya, Nada mulai membelai wajah indah Ethan. Sangat lembut dan halus sekali pergerakan jarinya menelusuri wajah Ethan, hingga akhirnya ujung jari lentiknya berada di atas puncak tertinggi hidung bangir Ethan. Sebenarnya Nada tidak ingin mengganggu tidur suaminya, namun tangannya tidak dapat dikendalikan dan hasrat untuk membelain
"Siapa?" tanya Nada ketika Ethan selesai meletakkan ponselnya."Hanya tikus pengerat saja," jawab Ethan sembari mengeratkan pelukannya kembali dan tentunya memberikan kecupan lembut pada pucuk kepala Nada."Bukan Danica?" Nada mengangkat wajah tengadah untuk melihat wajah Ethan."Apa kamu berpikir saudaramu itu tikus pengerat?" Ethan malah balik bertanya dengan kerlingan dahinya."Bukan. Dia bukan tikus pengerat, tapi rubah betina," jawab Nada kembali menyandarkan kepala pada dada bidang Ethan.Aldo tersenyum mendengar julukan istrinya untuk Danica. Menurutnya Danica memang bukan tikus pengerat, tapi lebih dari itu dan dia setuju dengan sebutan Nada untuk Danica."Kalau bukan Danica, apakah itu Erina, adik tirimu yang sok kecentilan dan sok cantik itu?" Nada kembali melihat Ethan dengan posisi yang sama sebelumnya.Rasanya tidak tahan bibir Nada ingin mengumpat Erina yang mulai memberi kesan mengganggu kehidupan rumah tangga mereka. Bahkan gadis itu menggunakan kecantikan dan kecentil
"Nada!" panggil Ethan.Matanya membulat lebar, jantungnya berdebar hebat. Ethan kaget setengah mati ketika menoleh ke arah di mana istrinya tadi berada ternyata tempat itu kosong. Tidak ada Nada di sana, juga tidak ada siapa pun.Masih dengan ponsel di telinga karena masih berbicara dengan Vidor, Ethan mengedarkan mata mencari sosok istrinya. Sayangnya, sampai seluruh sudut diamatinya, tidak ada bayangan Nada di sekitar tempat itu. Tidak ada juga bayangan siapa pun di sana.Suasana menjadi sunyi senyap dan sepi, padahal sebelum dia menerima telepon dari Vidor, di tempatnya berdiri dan di tempat istrinya menunggu ada beberapa pengunjung, ada juga becak berlalu-lalang di sana mengantar pengunjung."Vidor, nanti aku hubungi lagi," ucap Ethan segera memutus hubungan teleponnya.Ethan segera melangkah dan bergegas mencari Nada. Langkahnya cepat, namun tidak secepat detak jantungnya yang mulai menunjukkan irama tidak normal. Ada rasa cemas, khawatir, takut dan segala rasa dalam hatinya ket
"Ethan, cukup! Bagaimana aku bisa siap-siap kalau kamu tidak melepaskan aku?" Nada geram, namun senang juga saat Ethan terus memeluk tanpa mau melepaskannya. Padahal hari ini mereka akan kembali karena waktu bulan madu mereka telah habis. Ternyata saat Nada hendak pergi merapikan pakaiannya, Ethan memeluk pinggangnya dari belakang dan langsung meletakkan dagu di atas pundaknya."Sayang, bagaimana kalau kita tambah lagi harinya? Aku belum puas. Aku ingin kita begini terus," ucap Ethan tidak mau melepaskan pelukannya.Nada tersenyum, lalu melonggarkan tangan Ethan dan memutar tubuhnya sendiri. Kali ini mereka saling berhadapan dengan netra saling memandang penuh cinta. Melihat wajah merajuk Ethan membuat Nada merasa iba dan kasihan."Sayang." Nada menyentuh dan mendekap kedua sisi wajah Ethan. "Bukankah sudah kita undur dua hari? Kalau kita undur terus, bagaimana dengan pekerjaanku? Pekerjaanmu pun akan terbengkalai," ucap Nada memberi pengertian.Biasanya Ethan yang pengertian dan me