Nada langsung merebahkan diri di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Rasanya hari ini sangat melelahkan, apalagi dia bertemu dengan Danica di tempat umum dan Danica menghinanya. Untung Nada bukan tipe wanita yang rela dihina dan dia juga memiliki senjata untuk balik menjatuhkan Danica."Dasar keluarga aneh!" gumamnya masih dengan mata tertutup.Nada tidak tau saat berbicara seperti itu, ada Ethan yang beberapa detik lalu telah berdiri di dekatnya sembari memandangi wajahnya. Ethan memang tidak menguntit Nada masuk ke dalam kamarnya, tetapi dia pun masuk ke dalam kamarnya sendiri. Hanya saja setelah duduk dan memikirkan apa yang terjadi di restauran dan bagaimana cara James melihat Nada, pikiran Ethan tidak tenang. Hingga akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar Nada.Mendengar Nada bergumam dan berkeluh tentang keluarganya yang aneh, kecurigaan Ethan semakin tidak mengerti. Beberapa saat menunggu untuk mendengar hal lain lagi dari Nada, tetapi tidak ada. Hingga akhirnya ...."Ehe
"Apa yang bisa saya bantu, Nona?" Seorang pria berkumis berdiri di hadapannya.Nada memperhatikan ke sekitar tempatnya berdiri saat ini. Ada banyak barang di sana. Dia merasa tidak yakin datang ke sana, tapi di sisi lain dia merasa tempat itu yang paling cocok dan bisa didatangi yang bisa membantunya."Nona," sapa pria itu lagi karena Nada masih mengabaikannya."Iya," sahut Nada mengarahkan pandangnya pada pria itu, lalu berjalan mendekatinya."Ada yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda?" tanya pria itu lagi."Tentu saja," jawab Nada. "Aku ingin menjual barang-barang ini," ucap Nada.Nada menunjukkan barang-barang yang ingin dia jual dan meletakkan di atas meja. Barang-barang itu hasil dia merampas milik Danica saat itu. Dia tau barang-barang milik Danica memiliki harga yang mahal. Dengan menjualnya, Nada berharap bisa menambah biaya pengobatan Bethany."Apa ini milik Anda sendiri?" Pria itu menatap Nada dengan sorot mata menyelidik."Tentu saja. Semua barang ini milikku," bohong
"Aku tidak menjualnya. Nih!" Nada menunjukkan cincin yang masih melingkar di jari manisnya dengan sangat apik dan tampak mengkilap.Mata Ethan semakin membulat dan terbelalak karena kaget. Ethan segera meraih dan memaksa Nada melepaskan cincin dari jari manis Nada dengan sedikit kasar tanpa mempedulikan rasa kaget dan sedikit sakit.Nada tercengang dan merasa bingung dengan apa yang dilakukan dan respon Ethan terhadap jawabannya, terlebih saat Ethan melepaskan cincin itu dengan kasar dari jarinya yang membuat jarinya sakit. Nada memilin kecil jari manisnya.Ethan langsung memperhatikan cincin yang kini telah berada di tangannya. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Ethan sudah dapat memastikan bila cincin yang sekarang dilihatnya bukanlah cincin yang dia berikan pada Nada.Wajah Ethan tampak gelap, lalu mengarahkan mata tajamnya pada Nada."Ini bukan cincin yang aku berikan padamu," ucapnya dengan suara dingin.Nada kembali tercengang dengan mata sedikit terbelalak membulat, lalu menger
"Sial!"Ethan memutar tubuh cepat dan langsung mengepalkan tinju dan menghantam dinding di depannya dengan kuat untuk menumpahkan segala kemarahan yang ditekan saat menghadapi Nada. Hingga jari-jarinya terluka dan mengeluarkan sedikit darah.Bukan hanya kemarahannya saja yang ditekan, namun dia sendiri merasa tertekan atas kejadian ini. Di satu sisi, cincin peninggalan mendiang ibunya itu sangat berharga untuknya dan berharap memberikan pada orang yang tepat yang akan menjadi pendamping selamanya dalam menjalani hidup.Di sisi lain, Ethan sangat marah karena Nada yang dia pikir tidak seperti rumor yang dia dengar, bahkan Ethan telah merasakan benih-benih cinta dalam hatinya harus menelan rasa kecewa karena Nada telah menjual cincinnya dan mengelabuhinya dengan cincin palsu.Ini yang Ethan khawatirkan di awal dan sebenarnya yang pertama dulu pernah dia harapkan. Membuat Nada jengah dengan kehidupannya yang miskin dan akhirnya meminta bercerai darinya. Dengan begitu, dia telah memenuhi
"Aku tidak tertarik lagi," tolak pemilik toko dengan tenang.Nada tersenyum miris mendengar jawaban pria itu. Dengan jawaban itu, dia semakin yakin kalau pria itu telah menukar cincinnya dengan cincin yang palsu."Kenapa? Bukankah kemarin kamu sangat menginginkan cincin ini dan berani membayar mahal? Kenapa sekarang tidak mau?" Nada memberikan tatapan tajam menusuk dan mengintimidasi atas penolakan pria itu."Karena aku sudah tidak menginginkannya lagi. Bukankah kamu sendiri yang tidak mau menjualnya padaku?" kelitnya."Sekarang aku ingin menjualnya, kenapa tidak mau? Oh ... jangan-jangan memang cincin ini palsu karena memang kamu telah menukarnya kemarin dan menyembunyikan yang asli?" Nada terus mendesak pria itu.Mendengar perkataan Nada, wajah pria itu berubah menjadi geram menutupi rasa gugup dan kagetnya."Satpam!" Panggilnya. "Bawa wanita gila ini pergi dari tokoku!"Pria itu memanggil satpam dan memintanya membawa Nada pergi. Dia menyuruh satpam mengusir Nada dari tokonya kare
"Duduklah!" Dengan lembut Ethan menyentuh kedua sisi pundak Nada dan memintanya duduk di tepi tempat tidur di kamarnya sendiri.Setelah marah, Ethan membawa pulang Nada tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Setelah sampai rumah, Ethan baru membuka mulut. Itupun hanya menyuruh Nada duduk di tempat tidur. Sama halnya dengan Ethan, Nada juga diam seribu bahasa. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya.Keduanya sama-sama tidak berkata hingga membuat susasana antara mereka menjadi dingin dan senyap.Setelah mendudukkan Nada, Ethan pergi ke luar kamar. Tidak berapa lama dia telah kembali. Di tangannya membawa baskom kecil berisi air es dan waslap. Dia juga membawa salep. Ethan duduk di samping Nada dan masih tidak mengucap apa pun sampai semua yang dibawa diletakkan di samping Nada.Rupanya Ethan membawa air es yang akan dia gunakan untuk mengompres lengan Nada. Karena satpam menarik paksa dan menyeretnya kasar sehingga bekas cengkeraman satpam toko meninggalkan memar me
"Pak, tolong Anda cek lagi!" minta Nada.Nada pergi ke kantor kepolisian untuk mencari pria pemilik toko yang katanya dibawa pergi oleh rombongan pria berseragam hitam yang dia pikir akan dibawa dan diserahkan ke kantor polisi karena kasus penipuan yang selama ini dilakukan, termasuk menipu dirinya."Tidak ada, Nona. Sejak kemarin pagi sampai saat ini kantor kami tidak mendapat laporan kasus penipuan seperti yang kamu katakan.""Tapi, Pak. Mereka bilang pria itu akan diserahkan pada pihak yang berwenang." Nada masih bertahan dan mengira kalau pihak berwenang dalam menangani kasus seperti ini adalah polisi sehingga dia meminta petugas polisi yang ditemuinya untuk kembali memeriksa laporan kasus hari kemarin sampai pagi ini."Maaf, Nona. Sampai sekarang tidak ada laporan masuk ke kami untuk kasus yang kamu katakan. Mungkin kamu salah dengar," ucap polisi itu mulai jengah karena Nada terus memaksanya.Setelah mendapatkan penjelasan berkali-kali, akhirnya dengan berat hati Nada meninggal
"Siapa di sana?" serunya setengah berteriak dan membuat suaranya bulat agar terdengar berani.Karena tidak ada jawaban, Nada berjalan perlahan dan sangat hati-hati. Penuh rasa was-was, langkah kakinya berjinjit agar tidak menimbulkan suara agar bayangan yang melintas tadi tidak mengetahuinya. Selama tinggal di rumah itu, baru kali ini Nada merasa was-was dan sedikit takut.Sembari membawa sapu dan menggenggamnya dengan posisi siap memukul, Nada memeriksa semua ruang dalam rumahnya. Setelah memeriksa semua ruang, Nada tidak menemukan siapa pun. Hanya tinggal satu ruang lagi yang belum dia periksa, kamar Ethan.Nada berdiri sembari memikirkan apakah dia harus memeriksa kamar Ethan juga atau tidak. Pintu kamar itu masih tertutup dengan rapat. Sejak kejadian itu dan Ethan jarang pulang, kamar itu selalu terkunci rapat dan Nada tidak pernah masuk.Ada helaan napas panjang hingga akhirnya Nada memutuskan memeriksa kamar Ethan. Dia berjalan masih dengan sangat hati-hati. Sesampainya di depan