"Aku tidak tertarik lagi," tolak pemilik toko dengan tenang.Nada tersenyum miris mendengar jawaban pria itu. Dengan jawaban itu, dia semakin yakin kalau pria itu telah menukar cincinnya dengan cincin yang palsu."Kenapa? Bukankah kemarin kamu sangat menginginkan cincin ini dan berani membayar mahal? Kenapa sekarang tidak mau?" Nada memberikan tatapan tajam menusuk dan mengintimidasi atas penolakan pria itu."Karena aku sudah tidak menginginkannya lagi. Bukankah kamu sendiri yang tidak mau menjualnya padaku?" kelitnya."Sekarang aku ingin menjualnya, kenapa tidak mau? Oh ... jangan-jangan memang cincin ini palsu karena memang kamu telah menukarnya kemarin dan menyembunyikan yang asli?" Nada terus mendesak pria itu.Mendengar perkataan Nada, wajah pria itu berubah menjadi geram menutupi rasa gugup dan kagetnya."Satpam!" Panggilnya. "Bawa wanita gila ini pergi dari tokoku!"Pria itu memanggil satpam dan memintanya membawa Nada pergi. Dia menyuruh satpam mengusir Nada dari tokonya kare
"Duduklah!" Dengan lembut Ethan menyentuh kedua sisi pundak Nada dan memintanya duduk di tepi tempat tidur di kamarnya sendiri.Setelah marah, Ethan membawa pulang Nada tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Setelah sampai rumah, Ethan baru membuka mulut. Itupun hanya menyuruh Nada duduk di tempat tidur. Sama halnya dengan Ethan, Nada juga diam seribu bahasa. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya.Keduanya sama-sama tidak berkata hingga membuat susasana antara mereka menjadi dingin dan senyap.Setelah mendudukkan Nada, Ethan pergi ke luar kamar. Tidak berapa lama dia telah kembali. Di tangannya membawa baskom kecil berisi air es dan waslap. Dia juga membawa salep. Ethan duduk di samping Nada dan masih tidak mengucap apa pun sampai semua yang dibawa diletakkan di samping Nada.Rupanya Ethan membawa air es yang akan dia gunakan untuk mengompres lengan Nada. Karena satpam menarik paksa dan menyeretnya kasar sehingga bekas cengkeraman satpam toko meninggalkan memar me
"Pak, tolong Anda cek lagi!" minta Nada.Nada pergi ke kantor kepolisian untuk mencari pria pemilik toko yang katanya dibawa pergi oleh rombongan pria berseragam hitam yang dia pikir akan dibawa dan diserahkan ke kantor polisi karena kasus penipuan yang selama ini dilakukan, termasuk menipu dirinya."Tidak ada, Nona. Sejak kemarin pagi sampai saat ini kantor kami tidak mendapat laporan kasus penipuan seperti yang kamu katakan.""Tapi, Pak. Mereka bilang pria itu akan diserahkan pada pihak yang berwenang." Nada masih bertahan dan mengira kalau pihak berwenang dalam menangani kasus seperti ini adalah polisi sehingga dia meminta petugas polisi yang ditemuinya untuk kembali memeriksa laporan kasus hari kemarin sampai pagi ini."Maaf, Nona. Sampai sekarang tidak ada laporan masuk ke kami untuk kasus yang kamu katakan. Mungkin kamu salah dengar," ucap polisi itu mulai jengah karena Nada terus memaksanya.Setelah mendapatkan penjelasan berkali-kali, akhirnya dengan berat hati Nada meninggal
"Siapa di sana?" serunya setengah berteriak dan membuat suaranya bulat agar terdengar berani.Karena tidak ada jawaban, Nada berjalan perlahan dan sangat hati-hati. Penuh rasa was-was, langkah kakinya berjinjit agar tidak menimbulkan suara agar bayangan yang melintas tadi tidak mengetahuinya. Selama tinggal di rumah itu, baru kali ini Nada merasa was-was dan sedikit takut.Sembari membawa sapu dan menggenggamnya dengan posisi siap memukul, Nada memeriksa semua ruang dalam rumahnya. Setelah memeriksa semua ruang, Nada tidak menemukan siapa pun. Hanya tinggal satu ruang lagi yang belum dia periksa, kamar Ethan.Nada berdiri sembari memikirkan apakah dia harus memeriksa kamar Ethan juga atau tidak. Pintu kamar itu masih tertutup dengan rapat. Sejak kejadian itu dan Ethan jarang pulang, kamar itu selalu terkunci rapat dan Nada tidak pernah masuk.Ada helaan napas panjang hingga akhirnya Nada memutuskan memeriksa kamar Ethan. Dia berjalan masih dengan sangat hati-hati. Sesampainya di depan
"Sungguh tidak disangka," gumam Ethan setelah memeriksa file yang dikirim oleh Vidor, asistennya.Ethan kembali bangkit dari tempat tidurnya dan kembali berjalan ke kamar Nada. Perlahan langkahnya mendekati ranjang Nada di mana Nada masih tidur dengan nyenyak. Bahkan wajah lelahnya masih terlihat jelas meski tidurnya sangat nyenyak. Buktinya kedatangan Ethan sama sekali tidak bisa membuat tidur Nada terganggu.Ethan duduk di tepi ranjang, di samping Nada. Perhatiannya terpatri pada wajah Nada yang lelap. Tampak ragu, Ethan mengulurkan tangan dan secara hati-hati membelai rambut Nada. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Nada."Apa yang kamu sembunyikan dariku? Kenapa menanggungnya sendiri? Bukankah kita suami istri?" gumam Ethan lirih.Cukup lama Ethan duduk di ranjang Nada dengan memandangi wajahnya. Ada pikiran yang terselip tentang wanita yang sudah beberapa bulan menjadi istrinya. Mengingat apa yang dikirimkan Vidor padanya beberapa menit lalu, Ethan merasa kesal
“Sudahlah, tidak apa-apa. Sebaiknya kamu cepat mandi! Bukankah kamu harus bekerja?” Ethan menepis tangan Nada.Nada terdiam dengan tatapan merasa bersalah dan sedih mendapati sikap Ethan masih dingin dan acuh tak acuh padanya. Dia pun menarik kembali tubuhnya sendiri untuk kembali duduk bersandar pada tempat tidur. Kini wajah Nada tertunduk menahan kesedihan. Dia pikir Ethan masih marah padanya karena cincin itu.Ethan sudah bangkit dan berdiri. Melihat Nada tertunduk dan sedih, langkahnya pun terhenti dan niat untuk meninggalkan kamar Nada juga tertahan. Ethan kembali memutar tubuh menghadap Nada. Ada rasa sakit yang dia rasakan ketika melihat wajah sedih istrinya itu.“Nada, aku-““Aku akan menyiapkan sarapan,” ucap Nada memotong perkataan Ethan. Dia juga langsung bangkit dan merangkak turun dari tempat tidurnya tanpa melihat Ethan, apalagi mendengarkan apa yang akan dikatakan Ethan.Ethan terdiam melihat Nada berlalu begitu saja melintas di hadapannya dan meninggalkannya sendiri de
"Aku akan mencoba membuat desain sama persis dengan cincin itu," jawab Nada sedikit gugup.Dia tidak yakin Ethan setuju dengan idenya ini. Hanya saja tidak ada cara lain untuk menebus kesalahannya dan menggantikan cincin yang telah ia hilangkan. Meski dia yakin Ethan pasti tidak setuju, tapi menurutnya tidak ada salahnya mencoba. Nada tidak berani melihat wajah Ethan. Dia takut pria di sampingnya itu akan menertawakannya atau semakin marah padanya setelah mendengar janjinya."Mungkin kamu bisa membuat desain yang sama persis, tapi bagaimana dengan bahan dan juga caramu bisa mendapatkan cincin itu?" tanya Ethan menatap lekat Nada."Aku akan bekerja lebih giat lagi untuk mengumpulkan uang. Bila perlu aku akan mencari pekerjaan tambahan untuk mengumpulkan uang meski itu sangat sulit dan membutuhkan waktu lama, tapi aku akan mencarinya," ucap Nada dengan keyakinan penuh.Ethan tersenyum, bahkan senyumnya itu hampir menjadi tawa. Dia bukan mencibir semua perkataan Nada, hanya saja menurun
"Apa yang akan kita lakukan di sini?" tanya Vidor setelah menerima pesan Ethan dan menemuinya."Aku pernah melihat Nada datang ke rumah sakit ini," jawab Ethan.Ethan memperhatikan bangunan besar dengan tulisan besar pula. Bangunan itu adalah rumah sakit yang pernah didatangi Nada dan beberapa kali Ethan melihat istrinya itu datang ke sana. Dia pikir akan menemukan bukti atau kejutan yang lain yang akan memperjelas dan meyakinkan siapa Nada sebenarnya."Apa hubungannya dengan rumah sakit ini? Apa kamu pikir istrimu memiliki penyakit yang dia sembunyikan darimu?" Vidor masih belum mengerti."Entahlah, aku juga tidak tau, makanya aku mengajakmu ke sini untuk mencari tau," jawab Ethan. Dia juga tidak yakin apa yang ingin dia cari di rumah sakit itu."Tapi istrimu terlihat segar. Tidak ada tanda-tanda bila dia sakit," ucap Vidor mengomentari Nada."Aku harap begitu. Aku hanya tidak ingin terlambat mengetahui untuk kedua kalinya," balas Ethan.Tanpa dijelaskan, Vidor sudah mengerti apa art