Malam ini udara malam cukup dingin. Angin yang berhembus terdengar berbisik di antara kisi-kisi jendela kamar, dua orang yang sedang mencari kehangatan diri. Hanya kehangatan yang semakin naik yang dinikmati oleh sepasang manusia itu.
Suara desahan bergantian dengan erangan, menyusup ke luar, menyatu bersama angin malam. Mengalun berirama membentuk nada cinta bagi yang memadu, tetapi tidak untuk yang tersakiti oleh mereka. Danica mengerang di bawah kungkungan Xavier. Pria berbobot lebih berat darinya itu memberi sentuhan tanpa henti yang membuat Danica merasa lemas, tetapi sepertinya Xavier malah menikmatinya karena deru napas Xavier terdengar sangat keras. "Ah ... Xavier, sshh ... ke-kenapa kau ... tidak putus saja ... dengan Nada?"Danica bertanya terengah-engah karena desakan Xavier tidak berhenti dan mengamati gerakannya. Saat melihat pertanyaan Danica, Xavier justru mendorong aksinya, menyelesaikan keinginan yang tengah bergejolak dan membuncah agar segera memintanya. Keduanya terlalu hanyut dalam gelora panas yang mengisi hasrat mereka dan tidak menyadari jika di depan pintu seorang wanita bernama Nada, sudah berdiri selama beberapa menit. Mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar didiskusikan juga ide yang dihasilkan dalam hati.Nada baru saja pulang dari rumah sakit karena pembantu sekaligus pengasuhnya yang begitu dia sayangi baru saja didiagnosa mengalami gagal ginjal akut. Hal itu membuat Nada harus mencari biaya tambahan lebih banyak lagi, bahkan sangat banyak untuk mengobati Bethany, pembantu yang telah mengasuhnya selama ini. Sementara pikirannya sedang dipenuhi masalah biaya Bethany, telinga Nada lagi-lagi mendengar permintaan dari wanita yang suaranya sangat familiar dengan disertai desahan yang belum juga berhenti. "Sebaiknya k-kau ... segera mencampakkan wanita itu! Ahh ... Xavier ...." Suara itu sangat membuat Nada muak dan tidak mampu bertahan untuk berdiri lebih lama di depan pintu tersebut ."Pengkhianat! Benar-benar menjengkelkan!" teriak Nada tegas, seraya menendang daun pintu di hadapannya dengan tenaga. BRAK! Dalam hitungan detik, setelah pintu terbuka lebar, kedua netra Nada harus berhadapan dengan dua orang yang berada di atas ranjang dengan tubuh polos mereka. Rasa pahit menjalari kerongkongan Nada. Namun, mata wanita itu malah menyorot tajam pada orang kedua yang segera mendekati tubuh mereka dengan kain terdekat yang bisa mereka raih. Xavier turun dari ranjang terburu-buru, lalu meraih sebuah handuk yang diletakkan di atas lantai. "Rupanya ini yang kamu lakukan di belakangku, Xavier? Sebuah pengkhianatan untukku?" pekik Nada tanpa menunjukkan wajah terluka.Namun Xavier malah membalasnya dengan amarah yang lebih tinggi. "Beraninya kamu mengganggu kesenanganku!" balas Xavier tanpa rasa bersalah sama sekali. Untuk sekali waktu Nada dan tak bisa menahan ingatannya akan kenangan manis kebersamaan dengan Xavier. Di mana hari-hari emas yang manis pernah dia rasakan bersama lelaki itu. Namun, matanya tetap mengungkapkan ke arah Xavier, seolah-olah semua kenangan yang sempat melintas tadi, kini hanya butiran debu yang dengan cepat terbang ditiup angin, hilang tak berbekas. Sejurus Nada melihat wajah Xavier yang telah diperbaiki dengan ekspresi berbeda, kemudian pada bagian bawah tubuhnya, lalu berjalan mendekatinya dengan wajah penuh amarah.Dengan gerakan cepat tanpa terlupakan, Xavier melayangkan sebuah tamparan ke wajah Nada dengan keras membuat wajah wanita itu terhempas ke samping. Untuk sekali waktu leher Nada bergoyang keras ke arah samping. Namun beberapa detik kemudian, Nada telah berusaha kembali untuk menyorot lurus ke depan. Hatinya sakit sekali! Namun Xavier tampak sangat menarik bagi mereka. Nada tidak akan menunjukan apa yang dirasakannya di depan pria pengkhianat itu. Terlalu berharga bila dia harus meneteskan air mata untuk mereka, para bajingan yang tidak tau malu. Dengan mengeraskan hati, Nada mengangkat tinggi-tinggi wajahnya, kemudian dengan tenaga dia membalas tamparan Xavier. "Hubungan kita putus dari detik ini," seru Nada dengan wajah sedingin es ke wajah Xavier.Kepala lelaki itu hanya sedikit terhempas. Sama seperti Nada, kepala itu telah kembali terarah ke depan, mencengkeram tangan Nada dan menatap dengan tajam. Sementara itu, Danica yang tidak mendapat perhatian dari adik tirinya itu, mengungkapkan penuh kebencian ke arah Nada. Namun, Nada tidak peduli padanya. "Lepaskan tangan kotormu dari tanganku!" sentak Nada sambil menarik tangannya dari cengkeraman Xavier yang menyeringai padanya. Tak mau kalah dengan Xavier, Nada mengukir wajah sinis kepada lelaki itu, lalu memutar tubuhnya untuk pergi dari tempat itu. Derap langkah kaki terdengar menaiki tangga menuju kamar atas, di mana keributan antara Xavier dan Nada berlangsung.Mereka adalah orang tua angkat Nada, yang datang ke kamar itu karena melihat apa yang terjadi. Mereka berpapasan dengan Nada yang berjalan tergesa meninggalkan ruangan atas, namun mereka tetap melanjutkan langkahnya menuju ruangan itu. "Apa yang kamu lakukan Danica? Kamu akan menikah dengan Ethan, tapi kamu malah berselingkuh dengan Xavier?" Tepat ketika sampai di ambang pintu kamar, Vincent terkejut saat melihat keadaan Xavier dan Danica dengan tubuh sebagian tidak berpakaian, hanya tertutupi kain saja. Apa yang dilihatnya sudah cukup untuk memastikan dugaan mereka, apa yang sedang terjadi sebenarnya. Sang ibu tak bisa berkata-kata. Wanita itu hanya menutup mulutnya dengan kedua kalinya. Danica malah melengos ketika mendengar kutipan sang ayah."Ethan lelaki tidak berguna itu?" batin Danica mencemooh lelaki yang akan dinikahkan dengannya. Danica tidak mau menikah dengan pria itu. Itu sebabnya dia dekat dengan Xavier. Danica akhirnya membocorkan kekesalan dan penolakan pada ayahnya. "A-aku sudah hamil, Ayah," ucap Danica berbohong. Dia melontarkan alasan itu untuk menghindari pernikahannya dengan Ethan, pria pemalas yang tidak berguna. "Apa?" Mata Vincent melotot dengan mulut menganga kaget.Pria paruh baya itu panik dan gelisah. Dia harus mencari cara untuk memilih posisi Danica untuk dinikahkan dengan Ethan, anak haram dari keluarga Andrew. Setelah Danica mengatakan dirinya hamil anak dari Xavier, kini dia harus mencari calon pengganti bagi Ethan karena dirinya, dari keluarga Vincent telah menyukai keluarga Andrew untuk saling menikahkan anak tertua mereka masing-masing. "Ah-ya! Nada! Aku akan mintanya menikah dengan Ethan. Kudengar dia butuh uang banyak untuk pengobatan Bethany. Aku akan memaksanya menuruti permintaanku ini," tukas sang ayah angkat dari Nada dengan senang. Nada pasti tidak akan menolak jika dia akan menawarkan biaya pengobatan untuk pengasuhnya. Karena di mana lagi Nada bisa memperoleh uang pengobatan Betany dengan cepat saat ini?Dan akhirnya sang ayah angkat menyampaikannya kepada Nada. Mendengarnya, Nada sangat terkejut. Betapa ayah angkatnya begitu mudah memintanya untuk menikah dengan pria yang dia dengar adalah pria tidak berguna dan merupakan anak haram keluarga Andrew. Betapa dirinya merasa terasing dan marah karena dipaksa untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya. Namun, Nada juga memikirkan kondisi Bethany yang terbaring tak berdaya di rumah sakit dan tidak bisa menunggu lama dan hanya dirinya harapan satu-satunya bagi pengasuhnya itu yang bisa membantunya untuk membiayai pengobatannya. "Baiklah. Aku menerimanya," ucap Nada pada akhirnya. Keputusan itu harus dia ambil demi Bethany. Satu-satunya orang yang dia sayangi. Sang ayah puas. Dia senang, karena Nada akhirnya menerima penawarannya.Sepeninggal sang ayah angkat, kembali wajah Nada mengeras. Tipuan yang dilakukan Xavier untuknya sangat menyakiti hati. Betapa dia merasa jijik pada Xavier dan marah pada pria itu. Namun, dirinya berada dalam pilihan yang sulit. Hanya alasan penyembuhan untuk Bethany-lah yang membuat Nada menerima permintaan orang tua angkatnya itu. Tanpa suara, air mata jatuh jatuh pipi Nada dalam kesendiriannya malam itu, bukan karena pernikahannya, tapi kondisi Bethany yang membuat lemah. Dalam hidupnya, wanita itu yang selalu dekat dengannya.Hari ini adalah upacara pernikahan Nada. Sejak pagi buta, Nada sudah dirias dengan sangat cantik. Dolly membelikannya gaun putih toska dengan sangat indah. Tidak biasanya sang mama berbaik hati kepadanya, mungkin karena saat ini dia pertimbangkan Danica untuk bersanding dengan Ethan Andrew. Seorang lelaki dari keluarga Andrew yang di jodohkan dengan Danica dari keluarga Vincent. Ethan Andrew kabarnya adalah seorang lelaki pemalas dan menjalani hidupnya dengan sangat sederhana, hanya berfoya-foya dengan kaum rendahan. Tentu saja Danica langsung menolaknya ketika mengetahui calon suaminya adalah seorang lelaki yang dia anggap tidak kompeten sehingga dia bisa mengambil keputusan dari Xavier, pacar Nada, guna menggagalkan pernikahan tersebut.Jika bukan karena biaya pengobatan Bibi Bethany yang semakin mahal, Nada mungkin juga menolak kehadiran Ethan. Demi sang pengasuh yang dia anggap sebagai ibunya, Nada relakan Danica untuk menjadi mempelai wanita Ethan. Waktu upacara sudah terlambat
"Bros di badanmu, bukankah harganya sangat mahal?" lirih Nada menunjuk bros itu dengan perasaan heran.Setahu Nada, Ethan bukanlah orang yang mampu membeli benda mahal, tetapi melihat benda itu ada pada Ethan membuat Nada menjadi ragu dan penasaran, apakah Ethan benar-benar orang miskin?"Apa kamu membelinya?" tanya Nada lagi untuk memastikan.Ethan ikut melirik bros yang menempel dengan apik di jasnya. "Tidak, aku dipinjami oleh seorang teman. Apa ini cocok denganku?" bisik Ethan memajukan kepala.Nada spontan menjauhkan tubuh dari Ethan saat merasakan keintiman dari perbuatan lelaki itu. Ethan dengar bahwa putri sulung keluarga Vincent adalah seorang wanita yang tidak bermoral, tidak menyangka bahwa Nada akan menjadi pemalu. Lucu juga, Ethan semakin tertarik."Apa kamu malu denganku?" Ethan kembali berbisik hingga membuat Nada salah tingkah."T-tidak," balas Nada gugup kembali menegakkan kepala, lurus."Benarkah?" Ethan dengan sengaja menggoda Nada yang tampak semakin salah tingkah.
Nada menelan berat salivanya sendiri sambil sekali lagi melirik Ethan yang memakai wewangian di depan kaca rias kamar itu. Bagian atasnya yang bertelanjang membuat Nada jadi salah tingkah dan bingung bagaimana berbuat.“Nada?” panggil Ethan heran dengan pandangan Nada dan menyudahi pemakaian colognenya di dekat leher.“Ehem! Tidak,” geleng Nada menolehkan pandangan ke arah lain dan berpura-pura bersikap tenang. Meskipun begitu, tingkahnya yang gugup tentu saja disadari oleh Ethan sehingga pria itu tersenyum kecil.Nada pun mencari-cari pembahasan apa yang sebelumnya sempat dipikirkannya, namun terhenti dan buyar karena melihat tubuh seksi Ethan. Nah, sekarang dia ingat harus membahas apa dengan pria itu.“Ethan,” panggil Nada. Dia membiarkan Ethan mendekatinya di ranjang. Namun, dia bingung bagaimana memulai percakapan di antara mereka.“Hemmm.” Ethan duduk di ranjang dengan menyisakan sedikit jarak di antara mereka.“Em … ini soal pernikahan itu,” sahut Nada sambil mengulumkan bibirn
"Hmm ... apakah aku terlihat tidak pantas untuk menjadi seorang anak sulung dari keluarga Vincent?" tanya Nada dengan pandangan seperti seekor anak anjing.Nada harus menyangkal pertanyaan Ethan yang menanyakan, apakah statusnya benar sebagai anak pertama di keluarga Vincent. "Ahahaha ..., bukan begitu, hanya saja aku benar-benar penasaran," seloroh Ethan sambil mencubit gemas pipi wanita yang telah sah menjadi istrinya hari itu. Gesturnya ini ditujukan untuk mengalihkan kecurigaan Nada padanya yang terlampau bernada menginterogasi tadi.Nada kemudian melanjutkan untuk memberi Ethan ceramah panjang tentang bagaimana dia dibesarkan dan apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tuanya, tetapi itu tidak berhasil.Ethan tahu bahwa ini bukan dia, jadi setelah debat singkat dengan Nada tentang sejarah keluarganya, Nada berhenti berbicara sama sekali, membiarkan Ethan memutuskan sendiri bahwa dia benar-benar seorang putri sulung yang bertanggung jawab."Hmm ... apakah aku sebaiknya mempercaya
"Ah, anu-"Wajah Nada semburat merah. Dia sangat malu karena terbuai oleh sentuhan dan dekapan Ethan. Tanpa berpikir panjang, dia berlari dan langsung masuk ke kamar mandi. Nada juga mengunci pintu kamar mandi khawatir Ethan mengejarnya."Bodoh!" maki Nada untuk dirinya sendiri. Tangannya sangat terampil mentoyor kepalanya sendiri dengan pelan.Disandarkan punggung dan kepala pada daun pintu dengan napas terengah karena lari menghindari rasa malu pada Ethan. Yang membuatnya semakin terengah dan dadanya berdebar bukan karena takut Ethan mengejarnya, melainkan karena menahan rasa malu atas buaian yang dirasakannya.Nada menyalahkan diri sendiri di kamar mandi, sedangkan Ethan masih duduk seperti semula. Melihat Nada berlari dengan wajah merah, dia pun tersnyum penuh makna. Dia tidak menyangka bila gadis yang baru saja menikah dengannya jauh berbeda dengan apa yang dia dengar selama ini tentang putri sulung keluarga Vinvent."Kalau dia seperti apa yang aku dengar, tidak seharusnya dia be
"Di mana ayah?" tanya Nada setelah masuk rumah dan tidak menemukan siapapun di sana kecuali pembantu rumah. Bola matanya bergerak mencari sosok orang yang ingin ditemuinya saat ini. Bahkan mata itu terlempar ke atas di lantai dua di mana kamar orang tuanya berada. Kedatangannya sama persis dengan orang asing di sana. Tidak ada sambutan untuk seorang putri yang baru menikah dan meninggalkan rumah, lalu kembali. Ini memang bukan perlakuan yang aneh, Ashera telah menjalaninya selama ini."Tuan masih di dalam kamar, Non."Nada tidak akan menyusul mereka ke sana karena dia yakin orang tua angkatnya itu akan segera keluar dan turun. Vincent harus bekerja, sedangkan kebiasaan istrinya adalah mengantar Vincent sampai pintu depan rumah, setelah itu, ibu tirinya akan bersantai sembari merawat diri atau malah pergi shoping dengan teman-teman sosialitanya.Apa yang dipikirkan dan ditunggu Nada benar, setelah dia duduk dengan gelisah, akhirnya terdengar derap langkah sepatu menuruni anak tangga.
"Aku baru datang, kenapa sudah mau pergi?" Ethan menghalangi langkah Nada.Nada bertambah kesal, hanya saja dia bukan kesal pada Ethan, tetapi pada keluarga Vincent."Tidak ada gunakanya di sini. Mereka tidak lagi menganggap aku anak," ucap Nada ingin menghalau tubuh Ethan dan pergi, tetapi Ethan menahannya.Dari nada suara dan juga mimik wajah Nada, Ethan melihat bukan hanya kemarahan yang dirasakan oleh Nada, tetapi juga rasa kecewa yang mendalam. Hanya saja Nada terlalu pandai menanggungnya.Melihat ekspresi dan ucapan Nada penuh kemarahan, Ethan malah tersenyum manis padanya. Pria itu juga meraih tangan Nada, lalu menepuk lembut pungung tangan lentik dan halus itu. Masih dengan senyum manisnya yang membuat hati dada Nada berdebar ..."Vidor, apa kamu telah membawanya?" tanya Ethan pada seorang pria yang berdiri di belakangnya."Aku membawanya," jawab Vidor."Bagus!" Ethan semakin tersenyum penuh makna. "Mari kita masuk dan bicara pada mereka!" Kali in
"Ethan, jangan dimasukkan hati apa yang telah kami lakukan padamu, terlebih pada Nada!" Tiba-tiba Danica berdiri dan berjalan mendekati mereka. Kali ini Danica menunjukkan rasa sesalnya dan mencoba merayu Ethan."Nada, apa yang aku katakan padamu, sebenarnya hanya ingin menguji seberapa pedulinya Ethan pada istrinya dan ternyata dia sangat peduli padamu," ucap Danica lagi, kali ini ditujukan untuk Nada, untuk mencari perhatian Ethan. Danica pikir, dengan meluluhkan hati Nada, dia bisa menarik simpati Ethan.Sebenarnya Nada sangat kesal dan muak mendengar perkataan manis Danica. Hidup bersama keluarga Vincent selama ini, jelas saja membuat dia mengetahui dan paham bagaimana kakak tirinya itu. Hanya saja Nada tidak ingin menggubrisnya.Nada kembali melempar pandang pada Ethan."Kamu tidak perlu melakukan semua itu hanya untuk mengujiku, Nona. Aku lebih tau bagaimana memperlakukan istriku, meski kamu baru menikah," balas Ethan membunuh harapan Danica. Ethan merangkul pu
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber