Nada menelan berat salivanya sendiri sambil sekali lagi melirik Ethan yang memakai wewangian di depan kaca rias kamar itu. Bagian atasnya yang bertelanjang membuat Nada jadi salah tingkah dan bingung bagaimana berbuat.
“Nada?” panggil Ethan heran dengan pandangan Nada dan menyudahi pemakaian colognenya di dekat leher.“Ehem! Tidak,” geleng Nada menolehkan pandangan ke arah lain dan berpura-pura bersikap tenang. Meskipun begitu, tingkahnya yang gugup tentu saja disadari oleh Ethan sehingga pria itu tersenyum kecil.Nada pun mencari-cari pembahasan apa yang sebelumnya sempat dipikirkannya, namun terhenti dan buyar karena melihat tubuh seksi Ethan. Nah, sekarang dia ingat harus membahas apa dengan pria itu.“Ethan,” panggil Nada. Dia membiarkan Ethan mendekatinya di ranjang. Namun, dia bingung bagaimana memulai percakapan di antara mereka.“Hemmm.” Ethan duduk di ranjang dengan menyisakan sedikit jarak di antara mereka.“Em … ini soal pernikahan itu,” sahut Nada sambil mengulumkan bibirnya.“Ah, ya.” Ethan dengan cepat merespon. “Aku tau,” selanya. “Aku tau kamu sebetulnya keberatan dengan sebuah pernikahan.”“Bukan. Bukan itu maksudku,” sanggah Nada menggerakkan tangan mengelak. “Aku hanya belum siap untuk itu. Kamu tau, sejak dulu aku ingin menikah dengan pria yang tepat untukku,” jujurnya. Pembelaan terhadap keyakinannya kuat dan meyakinkan.“Lalu, kamu sama sekali tidak ingin menikah denganku?” Ethan menautkan alisnya.“Tidak juga.” Lagi-lagi Nada membantah dengan cuek. Entahlah, perasaannya saat ini benar-benar campur aduk. “Kamu tau, aku tipe orang yang tidak mau terburu-buru mencari alasan untuk menolak pernikahan. Aku hanya … ya, begitulah. Masih ragu akan segalanya.” Suara Nada berangsur lirih.Ethan yang menyimak perkataan Nada pun berganti mengulum bibirnya. Sedikit banyak, pria itu kini tau dan bisa merasakan kegelisahaan Nada, terutama dari gerakan gugupnya dan pola bicaranya saat ini.“Tapi, aku ingin mengatakan satu hal padamu, Nada, tapi kamu harus menanggapinya dengan serius,” pungkas Ethan yang masih membiarkan bagian atasnya bertelanjang dada.“Apa itu?” Wajahnya terangkat, sorot matanya langsung menangkap netra Ethan yang menjurus padanya.“Aku tidak membutuhkan pernikahan ini, Nada, tapi mengapa kita tidak tetap bersikap romantis satu sama lain saat berada di luar?”Nada cukup terdiam dengan pertanyaan mendadak itu. Mengapa tiba-tiba Ethan bicara soal sandiwara romantis? Tadinya dia hanya ingin menyampaikan bahwa dia tidak bisa menjamin akan percaya diri dengan pernikahan mereka dan menerimanya dengan sepenuh hati, tapi kini lelaki itu malah tiba-tiba bicara soal sebuah kesepakatan agar mereka bisa bersandiwara menjadi sepasang suami istri yang bahagia dilihat oleh orang-orang di luar sana.“Apa maksudmu?” Nada mengerinyitkan dahi.“Kupikir selama ini kamu dan aku sepakat untuk saling bekerja sama, menguntungkan satu sama lain.” Ethan menaikkan bahu.“Kupikir argumenmu tidak salah. Aku setuju dengan prinsipmu soal hubungan kita. Kita bisa bersikap romantis di depan orang-orang untuk menghilangkan kecurigaan.” Nada mengungkapkan persetujuannya.“Tapi satu hal yang harus sama-sama saling kita batasi,” susul Ethan lagi.“Apa itu?” Nada kembali mengerinyitkan dahi.“Jangan mencampuri urusan pribadi masing-masing!” tekan Ethan dengan raut wajah serius dan penuh penekanan. “Aku tidak akan mengganggu kehidupan pribadimu, begitu juga kamu harus sebaliknya, mengabaikan kehidupan pribadiku. Kita hidup berdampingan, tapi memiliki batas yang harus sama-sama kita jaga.”Nada menghembuskan napas pelan saat mendengar pernyataan dari Ethan. Dia merasa kalah, seharusnya dia duluan yang mengatakan hal itu, tapi Ethan sudah mendahuluinya. “Baiklah, aku merasa bahwa ide itu sama sekali tidak buruk,” tukasnya kemudian. “Aku sangat sepakat!”“Tapi kamu mungkin masih akan tetap membutuhkan aku untuk suatu urusan privasimu,” ujar Ethan teringat akan suatu hal. Matanya menatap tubuh indah Nada dari atas sampai bawah.“Urusan privasi, maksudmu?” Mata Nada membulat, beberapa detik kemudian mengernyit.Ethan nyengir kecil namun itu justru membuat senyumannya begitu tampan dan menggoda. “Apakah kamu tidak ingin memenuhi kebutuhan fisikmu sebagai istriku?”Dengan cepat tentu saja Nada mengetahui maksud dari ucapan Ethan. Pria itu bilang bahwa kebutuhannya sebagai wanita serta istri yang pasti ingin dinafkahi lahir dan batin layaknya pasangan suami istri lainnya.Begitu tau maksud dari Ethan, mendadak pipi Nada muncul semburat merah yang entah berasal dari mana. Wanita itu menoleh ke arah lain sambil menempelkan punggung tangannya pada pipi, mengecek seberapa panas wajahnya saat ini, saat Ethan bertanya lagi sambil mendekatkan tubuhnya.Ethan yang melihat wajah Nada begitu merah kini mengulas cengiran kecil di bibirnya. Baginya saat ini Nada benar-benar menggemaskan, lucu dan ternyata asik untuk digoda.“Aku tentu saja bisa memuaskanmu kalau kamu mau dan mengizinkannya, Nada,” tukas Ethan dengan suara lirih menggoda. “Meskipun kita tidak benar-benar menikah, namun aku tentu saja akan memenuhi tugasku sebagai suami dalam hal memuaskanmu, Nada.” Suaranya semakin lirih penuh goda.Usai mendekat pada Nada, Ethan langsung meraih tangannya dan menggenggam tangan Nada dengan lembut. Ditatapnya mata Nada dengan lekat mendalam, kemudian dia mulai membuka mulutnya dengan satu kalimat paling mujarab sepanjang zaman. “Kamu akan merasakan malam-malam terindah yang tidak pernah kamu rasakan sebelum ini.”Nada terperangah hingga lidahnya terasa kelu, ingin merespon dengan perkataan apa. Astaga, lihatlah! Sekarang Ethan sudah secara terang-terangan membicarakan perkara intim itu yang sebenarnya sudah menjadi sebuah tanda tanya bagi Nada sejak awal, namun sekarang dirinya mendengar langsung dan mengalami semuanya menjadi kenyataan.Jujur saja, Nada mewajari dan sudah menduga kemungkinan ini. Sebuah pernikahan tidak akan lengkap tanpa yang namanya hubungan suami istri. Diliriknya lagi tubuh Ethan yang semakin mempesona. Wangi parfum yang dikenakan pria itu mendominasi penciuman Nada saat ini karena jarak mereka berdua sekarang menjadi begitu dekat“Bagaimana? Kita pakai konsep memberi dan menerima? Kalau kamu setuju, kita berdua akan saling melayani satu sama lain,” ungkit Ethan lagi. Sekali lagi pria itu menunjukkan wajah penuh goda.Setelah berpikir sejenak dan menimbang, Nada pun tetap menolak disentuh oleh pria itu, apalagi berhubungan suami istri dengannya. Nada tidak berniat menerima penawaran Ethan soal yang satu itu.“Tidak, aku tetap tidak akan mau hubungan semacam itu ada di antara kita,” tegasnya. “Jadi sebaiknya kamu harus menyerah!”“Hmm ….” Ethan mengelus-elus dagunya. Mendadak dia jadi ingat akan desas desus tentang pesta gila yang diikuti oleh Nada. “Jangan sok suci, Nada! Kamu jangan mencoba menipu Aku!”Nada terperanjat, matanya membulat menatap kaget Ethan yang mulai melihatnya dengan sedikit tatapan mencibir.“Astaga … tidak,” geleng Nada cepat. “Justru aku sangat menghargaimu. Untuk apa aku menipumu dan atas dasar apa? Aku tidak punya.” Nada kembali menggerakan tangan untuk mendukung penjelasannya.Ethan masih menyipitkan matanya karena dia jadi semakin menaruh kecurigaan pada Nada. Keduanya saling diam untuk beberapa saat dalam suasana canggung.“Sudahlah, yang penting aku berjanji akan memenuhi tugasku sebagai istrimu,” potong Nada. “Tapi ingat kesepakatan kita, kamu tidak boleh ikut campur atas kehidupanku!”Ethan mengangguk mengonfirmasikan bahwa dia setuju, tapi pikirannya kini tengah sibuk dengan sebuah anggapan yang tiba-tiba muncul di otaknya. “Nada,” panggilnya dengan nada yang berbeda.“Apa lagi?” jawabnya dengan gerakan wajah meliaht Ethan dan mata mereka langsung bertemu.“Jawab dengan cepat! Apakah kamu benar-benar putri sulung dari keluarga Vincent?” tanya Ethan dengan mata menyelidik dan menuntut jawaban jujur Nada.“Astaga! Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu, Ethan?” Nada hampir tidak dapat merespon saking kagetnya.Ethan tidak peduli dan dia tetap ingin terus menyerang. “Kamu sebenarnya bukan putri sulung keluarga itu, bukan?” Sekali lagi mata Ethan menuntut."Hmm ... apakah aku terlihat tidak pantas untuk menjadi seorang anak sulung dari keluarga Vincent?" tanya Nada dengan pandangan seperti seekor anak anjing.Nada harus menyangkal pertanyaan Ethan yang menanyakan, apakah statusnya benar sebagai anak pertama di keluarga Vincent. "Ahahaha ..., bukan begitu, hanya saja aku benar-benar penasaran," seloroh Ethan sambil mencubit gemas pipi wanita yang telah sah menjadi istrinya hari itu. Gesturnya ini ditujukan untuk mengalihkan kecurigaan Nada padanya yang terlampau bernada menginterogasi tadi.Nada kemudian melanjutkan untuk memberi Ethan ceramah panjang tentang bagaimana dia dibesarkan dan apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tuanya, tetapi itu tidak berhasil.Ethan tahu bahwa ini bukan dia, jadi setelah debat singkat dengan Nada tentang sejarah keluarganya, Nada berhenti berbicara sama sekali, membiarkan Ethan memutuskan sendiri bahwa dia benar-benar seorang putri sulung yang bertanggung jawab."Hmm ... apakah aku sebaiknya mempercaya
"Ah, anu-"Wajah Nada semburat merah. Dia sangat malu karena terbuai oleh sentuhan dan dekapan Ethan. Tanpa berpikir panjang, dia berlari dan langsung masuk ke kamar mandi. Nada juga mengunci pintu kamar mandi khawatir Ethan mengejarnya."Bodoh!" maki Nada untuk dirinya sendiri. Tangannya sangat terampil mentoyor kepalanya sendiri dengan pelan.Disandarkan punggung dan kepala pada daun pintu dengan napas terengah karena lari menghindari rasa malu pada Ethan. Yang membuatnya semakin terengah dan dadanya berdebar bukan karena takut Ethan mengejarnya, melainkan karena menahan rasa malu atas buaian yang dirasakannya.Nada menyalahkan diri sendiri di kamar mandi, sedangkan Ethan masih duduk seperti semula. Melihat Nada berlari dengan wajah merah, dia pun tersnyum penuh makna. Dia tidak menyangka bila gadis yang baru saja menikah dengannya jauh berbeda dengan apa yang dia dengar selama ini tentang putri sulung keluarga Vinvent."Kalau dia seperti apa yang aku dengar, tidak seharusnya dia be
"Di mana ayah?" tanya Nada setelah masuk rumah dan tidak menemukan siapapun di sana kecuali pembantu rumah. Bola matanya bergerak mencari sosok orang yang ingin ditemuinya saat ini. Bahkan mata itu terlempar ke atas di lantai dua di mana kamar orang tuanya berada. Kedatangannya sama persis dengan orang asing di sana. Tidak ada sambutan untuk seorang putri yang baru menikah dan meninggalkan rumah, lalu kembali. Ini memang bukan perlakuan yang aneh, Ashera telah menjalaninya selama ini."Tuan masih di dalam kamar, Non."Nada tidak akan menyusul mereka ke sana karena dia yakin orang tua angkatnya itu akan segera keluar dan turun. Vincent harus bekerja, sedangkan kebiasaan istrinya adalah mengantar Vincent sampai pintu depan rumah, setelah itu, ibu tirinya akan bersantai sembari merawat diri atau malah pergi shoping dengan teman-teman sosialitanya.Apa yang dipikirkan dan ditunggu Nada benar, setelah dia duduk dengan gelisah, akhirnya terdengar derap langkah sepatu menuruni anak tangga.
"Aku baru datang, kenapa sudah mau pergi?" Ethan menghalangi langkah Nada.Nada bertambah kesal, hanya saja dia bukan kesal pada Ethan, tetapi pada keluarga Vincent."Tidak ada gunakanya di sini. Mereka tidak lagi menganggap aku anak," ucap Nada ingin menghalau tubuh Ethan dan pergi, tetapi Ethan menahannya.Dari nada suara dan juga mimik wajah Nada, Ethan melihat bukan hanya kemarahan yang dirasakan oleh Nada, tetapi juga rasa kecewa yang mendalam. Hanya saja Nada terlalu pandai menanggungnya.Melihat ekspresi dan ucapan Nada penuh kemarahan, Ethan malah tersenyum manis padanya. Pria itu juga meraih tangan Nada, lalu menepuk lembut pungung tangan lentik dan halus itu. Masih dengan senyum manisnya yang membuat hati dada Nada berdebar ..."Vidor, apa kamu telah membawanya?" tanya Ethan pada seorang pria yang berdiri di belakangnya."Aku membawanya," jawab Vidor."Bagus!" Ethan semakin tersenyum penuh makna. "Mari kita masuk dan bicara pada mereka!" Kali in
"Ethan, jangan dimasukkan hati apa yang telah kami lakukan padamu, terlebih pada Nada!" Tiba-tiba Danica berdiri dan berjalan mendekati mereka. Kali ini Danica menunjukkan rasa sesalnya dan mencoba merayu Ethan."Nada, apa yang aku katakan padamu, sebenarnya hanya ingin menguji seberapa pedulinya Ethan pada istrinya dan ternyata dia sangat peduli padamu," ucap Danica lagi, kali ini ditujukan untuk Nada, untuk mencari perhatian Ethan. Danica pikir, dengan meluluhkan hati Nada, dia bisa menarik simpati Ethan.Sebenarnya Nada sangat kesal dan muak mendengar perkataan manis Danica. Hidup bersama keluarga Vincent selama ini, jelas saja membuat dia mengetahui dan paham bagaimana kakak tirinya itu. Hanya saja Nada tidak ingin menggubrisnya.Nada kembali melempar pandang pada Ethan."Kamu tidak perlu melakukan semua itu hanya untuk mengujiku, Nona. Aku lebih tau bagaimana memperlakukan istriku, meski kamu baru menikah," balas Ethan membunuh harapan Danica. Ethan merangkul pu
"Apa kamu mengira aku menginginkan perhiasan itu?" Nada malah balik bertanya."Mungkin," jawab Ethan.Nada tertawa kecil mengutarakan kekecewaannya terhadap dugaan Ethan. Dia memalingkan wajah dan melihat ke samping, ke luar jendela kaca. Ethan sendiri merasa tidak bersalah atas apa yang diucapkannya. Menurutnya, bila memang Nada tidak seperti itu, dia pasti tidaka akan marah. Berbeda bila gadis di sampingnya itu hanya berpura baik untuk menjaga image dirinya.Beberapa saat kemudian Nada kembali melihat Ethan. Keduanya saling beradu dan terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya terdengar hempasan kecil suara napas nada."Aku tidak menginginkannya, apalagi itu bukan milikku. Lagi pula aku tidak membutuhkan perhiasan. Jadi, jangan pernah berpikir bila aku meninginginkannya! Sebaiknya kamu lekas mengembalikan barang itu dan memastikan semua yang kamu pinjam utuh, tidak berkurang sedikit pun!"Jawaban Nada menohok bagi Ethan. Terlebih saat melihat ketulusan terpan
"Alexa Group?""Ya, kenapa? Apa kamu pernah mendengar nama perusahaan itu?" Nada memperhatikan ekspresi kaget Ethan."Tidak." Ethan segera mengelak dan menormalkan diri. "Aku hanya pernah mendengarnya saja. Peruasahaan itu sangat terkenal dan besar. Bahkan tidak ada yang bisa menandinginya. Bukankah akan sulit menembus untuk bisa bekerja di sana?" sambung Ethan kembali melanjutkan langkahnya."Ya, yang aku dengar juga seperti itu. Bahkan CEO perusahaan itu bisa dikatakan sangat misterius. Dia sering memberikan perintah, tatapi tidak memiliki wujud." Nada membenarkan apa yang dikatakan oleh Ethan.Sedikit banyak dia juga tau rumor yang beredar tentang Perusahaan Alexa Group. Perusahaan sebesar itu selalu menunjukkan prestasi dan mengembangkan sayap. Setiap pemberitaan yang beredar di media sosial, semua memberitakan tentang kemajuan dan kebaikan Alexa Group. Tidak sedikit pun yang membicarakan rumor tentang keburukannya atau media itu akan tutup untuk selamanya.
"Kenapa?" Semua orang yang ada di ruangan itu bingung dengan penentangan yang dilakukan oleh Erin terhadap perekrutan Nada, padahal hasil tes terulis dan wawancara menunjukkan hasil yang sangat bagus dan memuaskan. Terlebih saat wawancara pun, Erin berlaku ramah dan baik pada Nada."Aku pikir gadis itu tidak memiliki pribadi yang baik." Erin menjawab kebingungan mereka dan membalas satu per satu tatapan mereka secara bergulir."Tidak mungkin. Selama kami melakukan wawancara, dia selalu menunjukkan sikap baik dan tidak ada perkataan atau sikap yang mengarah ke sana." Salah satu dari mereka meragukan perkataan Erin."Kalian belum mengenalnya. Lagi pula dia sangat pandai bersandiwara," jawab Erin bertahan dengan penolakannya."Erin, apakah kamu mengenalnya? Atau jangan-jangan antara kalian telah terjadi perdebatan sebelumnya sehingga kamu menolak dengan keras," duga salah satu lainnya.Mereka pikir antara Erin dan Nada telah terjadi dendam secara pribadi seh
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber