Geva menyuapi sesendok demi sesendok makanan hangat ke mulutnya. Di depannya, Axton menyeruput kopi hangat, mereka saling diam satu sama lain sejak beberapa menit lalu setelah memutuskan makan siang bersama di café dekat kantor.Axton tak ingin dan paling anti makan di kantin karena dia akan bertemu orang-orang yang terus membicarakannya. Entah itu hal baik atau buruk. Juga salah satu orang yang sangat ia hindari, yaitu anggota ekseklusif lain yang tak lain tak bukan adalah anggota keluarga besar keluara Agam.“Kau kemana malam itu?” tanya Geva membuka suara ketika ia berhenti mengunyah dan selesai minum.“Setelah makan malam itu?” Tanya balik AxtonGeva hanya mengangguk. “Kau terlihat buru-buru dan paginya kau benar-benar terlihat tidak baik-baik saja. Apa yang terjadi?” Geva mulai menunjukkan perhatiannya. Dia terlihat khawatir dan ingin semakin tahu tentang Axton.“Apakah terlihat jelas?” tanya Axton. Dia tersenyum kecil memberikan kesan kepada Geva bahwa dia baik-baik saja. Bahka
Egar tengah berbaring di atas ranjang rotan di tepi pantai. Ia di atapi payung besar yang hanya mampu menghalau sinar matahari menutupi dari kepala hingga pinggangnya. Egar membaringkan badannya dengan celana boxer yang menempel dan tanpa pakaian atas. Tak lupa kaca mata hitam yang membantu menghalau sinar terik matahari untuk pandangannya.“Aigo … apa yang sedang mereka lakukan ya?” pikir Egar yang kedua tangannya bertumpu di kepala. Di tengah pantai yang sepi, Egar akhirnya bisa merasakan senyuman merekah di bibirnya. Tapi seketika dia memikirkan Axton dan Geva yang akan sibuk selama satu minggu tanpa dirinya.“Hahaha!” Egar tiba-tiba tertawa keras di balik payung yang meneduhinya.Beberapa karyawan yang berdiri tak jauh dari tempat Egar hanya menatap bingung. Dia tak mendengar sang tuan penyewa seluruh pantai tengah memanggilnya.Egar telah di beri konpensasi dan satu minggu libur tanpa membawa laptop atau bekerja jarak jauh. Selain itu Axton membiarkan Egar menyewa seluruh pantai
Axton menghela nafas panjang, namun seorang wanita muda yang Axton kenal sebagai sepupunya yang juga menepati posisi anggota eksekutif di perusahan melewatinya. Dia langsung menepuk pundak lelaki di depan Axton dengan keras.“Kau sudah pulang dan tidak menemuiku?!” sentak wanita itu.Axton kini merasa pusing. Dia memegangi ujung pangkal hidungnya dan menekan pelan. Melihat dua sepupunya yang menyebalkan tak cukup membuat Axton kesal. Dia melihat ke arah Geva.Segera dia menarik tangan Geva dan menjauh dari dua orang itu. Dua orang yang kini berada di belakang punggung Axton membuat keributan, mereka saling bersahutan dan berteriak.“Apa-apaan kau ini kak! Datang-datang kau langsung menarik telingaku, kau pikir ini hanya pajangan?!” bela lelaki muda itu. “Lihat Sepepu Axton meninggalkan kita karena kau mengacau!” gerutunya.Suara mereka benar-benar berisik dan menganggu kedamaian makan siangnya. Di tambah Axton tak enak hati karena Geva harus melihat itu semua. Dia terus menggenggam ta
“Karena seharian aku ikut kau ke sana kemari. Mencicipi makanan yang katanya kau belum pernah lakukan sebelumnya aku harus mengerjakan laporan di luar jam kerja.” Geva menggerutu pada Axton yang sejak tadi mengajak Geva berkeliling di restoran buffet yang baru buka.Restoran buffet itu anak restoran dari perusahan yang akan menjalin kerja sama bersama perusahan Agam. Axton di undang untuk peresmiannya dan tak ingin pergi jika Geva tak ikut di sampingnya. Geva yang sudah lelah karena rapat dua jam lalu akhirnya hanya bisa menurut dan kini dia harus mengabaikan tugas lanjutannya, yaitu memeriksa hasil kerja notaris dan membuat laporan akhir untuk Axton lalu di jadikan dokumentasi ke dokumen pertemuan. \“Jangan menggerutu begitu, di sini banyak makanan manis yang bagus untuk menjernihkan pikiran kita setelah diskusi panjang dan panas itu.”Axton memberikan piring yang kosong, Geva mengikuti Axton dari belakang. Sementara lelaki itu berjalan perlahan dari ujung meja dan mengambil satu pe
Setelah sejam mereka saling menatap laptop mereka masing-masing. Geva tampak sangat fokus hingga membuat Axton seketika terdiam dari balik laptop, tatapan tertuju pada Geva. Mau apapun yang Geva lakukan, wanita itu sukses membuat Axton terpukau. Selalu begitu.Geva terbatuk kecil di sela dia tengah mengetik, tapi wanita itu kembalui fokus pada kerjaannya. Dia seolah tak terganggu dengan kondisinya yang lelah. Sesekali bahkan geva sejak sejam yang lalu sudah menguap.Axton tersadar melihat itu, lamunannya buyar dan Axton berdiri perlahan. Dia tak ingin membuat pergerakkan yang membuat bawahannya itu tidak fokus. Axton ke dapur dan membuatkan Geva segelas kopi susu hangat. Dia ingat Geva menyukai itu ketika mereka makan di restoran buffet.“Apa kau ingin cake, Gev?” tanya Axton di sela keheningan.Geva yang fokus hanya membalasnya dengan deheman. Axton tersenyum dengan respon manis wanita itu. “Dia benar-benar manis ketika tengah fokus dan sibuk,” Axton berbicara pada dirinya sendiri.K
Axton mematung di tempatnya, ia memperhatikan dengan seksama wanita yang tidur di sofanya, suara nafas Geva yang stabil terdengar dari jarak berdiri Axton. Dia menenteng kantung belanjaan kue yang ingin dia berikan pada Geva. Tapi melihat Geva yang terlelap tanpa penjagaan itu membuat Axton mengabaikan apa yang ingin dia katakan tadi.Axton menaruh kotak kue di atas meja dan mendekati Geva dan bersimpuh kaki di depan sofa. Dia melihat wajah polos Geva terlihat sangat manis ketika dia tidur. Hidungnya yang kecil, bibirnya yang ranum meski tanpa polesan lipstick dengan warna mencolok, membuat Axton ingin mendekatkan bibirnya mendekati bibir Geva dan melumat habis miliknya.Semakin di lihatnya, perasaan bergejolak dari dalam tubuh Axton membuat lelaki itu segera membalikkan badannya. Axton duduk membelakangi Geva dan menyandarkan tubuhnya perlahan di ujung sofa di mana Geva terbaring di sana. Axton menunduk dan memegangi kepalanya yang penuh dengan Geva.Dia menahan diri untuk sejenak se
Geva yang tadinya duduk di tepi kasur, buru-buru berdiri. Namun seketika langkahnya goyah, pandangannya sedikit kabur dan goyang, darah dari uujung kepala seperti berdesir ke bawah kaki dengan segera. Geva merasa pusing dan badannya tidak seimbang hingga dia hampir terjatuh, namun tangan Axton menangkap pinggang Geva dan spontan menggenggam tangan Geva.Sementara satu tangan Geva berusaha menumpu tubuhnya di atas kasur, Geva merasakan tangan Axton menyentuh pingganya. Seketika Geva menatap wajah Axton yang berada di depannya dengan sangat dekat.Mereka saling menatap untuk beberapa saat sampai Geva menarik tangannya yang di pegang Axton. Axton ikut melepas tangannya, sebab dia melihat Geva merasa tak nyaman. “Maaf,” ucap mereka secara bersamaan. Geva merasa tak enak karena sudah membuat Axton harus menangkapnya. Sementara Axton merasa bersalah karena telah membuat Geva tak nyaman dengan sentuhannya yang tanpa sengaja.“Tidak,” sekali lagi mereka berucap secara bersamaan. Lalu mereka b
Geva menghela nafas di dalam lift, dia merasa lega akan semua yang berhasil dia lalui. Geva tiba-tiba melihat seseorang dari jauh melambaikan tangan dan berjalan buru-buru ke ara lift. Pintu lift yang hampir tertutup membuat Geva menahannya, dan masuklah orang itu.Geva membalas bungkuk kecil ketika orang itu membungkuk. “Terima kasih,” kata seorang lelaki yang berhasil Geva bantu ikut masuk di lift. Geva yakin orang itu tak tinggal di apartemen di gedung ini, toh di lantai ini hanya ada apartemen Axton. Siapa orang itu, dan dari ruangan mana, pikir Geva. Tapi Geva memilih mengabaikan semua tanda tanyanya.“Tidak masalah,” jawab Geva santai yang lalu menghela nafas lagi. Berada di dalam lift dengan orang aisng lebih baik daripada dengan Axton, pikir Geva lagi ketika dia mengingat oenolakan Axton yang ingin mengantarnya ke bawah. Geva merasa bersalah, tapi tak sedikit juga dia merasa lega.“Kau Geva?” tanya orang itu mematahkan keheningan di antara mereka di dalam lift yang dingin.Ge