Geva membawakan air minuman dan suguhan di ruang tamu. Di sana Egar datang dengan sangat nyetrik, mengenakkan baju dan topi pantai. Dia datang seperti orang baru yang tak pernah mereka kenali sebelumnya.Ada Axton di sofa yang lain tengah menggendong Delvin di pangkuannya. Dia datang bersama mainan baru yang dia janjikan pada Delvin. Axton tak bisa berbicara dengan Geva karena konflik terakhir kali mereka, yang bisa dia lakukan hanya mengambil hati Delvin dan memenangkan hati Geva dengan pemandangang itu.“Maaf membuatmu menunggu, Gar. Apa kabarmu? Bagaimana liburanmu?” Tanya Geva. Dia lalu memangku nampan di atas pangkuannya dan duduk di sisi sofa lain.“Yah seperti inilah,” Egar menunjukkan kulitnya yang menjadi gelap dan eksotis setelah beberapa hari berjemur menggelapkan diri. Egar tertawa, dia melebarkan senyuman dan menunjukkan ekspresi sumringah, “Sangat bahagia tanpa harus menyentuh laptop dan menunggu telepon! Khahaha!” kekehnya dengan gembira.“Ehem!” Axton membuat suara se
Lelaki besar dan botak itu melempar tubuh Indah ke lantai di bawah kaki tiga orang pria. Indah mengerang kesakitan, tapi melihat kaki yang dia kenal sepatunya membuat Indah murka. Dia mendongakkan kepala dan melihat tiga orang yang sudah menipunya. Lebih tepatnya orang-orang penipu yang pernah di kenalkan BAgas padanya.“Siapa Kalian sialan!” teriak Indah.Plak!Tamparan dari Tony melayang ke wajah Indah, dia duduk di samping Indah dan tertawa. “Bisa-bisanya wanita bodoh sepertimu berbicara begitu padaku. Tidak sopan sekali, inilah kenapa aku tidak suka wanita.” Tony beranjak berdiri dan berkacak pinggang, “Cuih!” dia meludah di samping Indah dengan jijik.Tony melempar sebuah yang mana itu adalah kertas kontrak, “Tanda tangani itu!” perintah Tony.“Kontrak apa ini?!” tanya Indah lagi.“Baca saja bodoh,” celetuk Boby di seberang sofa. Sementara Tom hanya meghisap vapenya, dia tertawa seperti orang yang sakau dan menampakkan giginya yang berjejer berwarna emas. Tom menatap Indah dari
Indah di tempat yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, berada di rumah bordil. Dia bangun dan tidur dengan melihat wanita keluar masuk sehabis melakukan pekerjaan mereka, dan Indah satu-satunya yang di borgol.Indah hanya tinggal menunggu waktu dia akan di gunakan oleh mucikari yang amat galak itu. Sepanjang hari dia hanya menangis, dan itu adalah hari ketiga Indah di kurung di rumah bordil. Dia tidak menyentuh makanan dan minumannya, sampai sang mucikari yang kesal memanggil Tony.Kini Tony berdiri di depan Indah, “Kau ingin keluar dari sini?” tanyanya dengan santai.Indah yang sudah lelah menangis dan dehidrasi hanya mengangguk lemah, dia hanya ingin keluar dari sana, tidak menginginkan hal selain itu. “Ku-mo-hon …” ucapnya terbata. Kaki Indah di borgol sepanjang dia hanya bisa menuju ke toilet yang berada di sudut ruangan kamarnya, Dia tidur bersama wanita pekerja seks lainnya.Indah sudah lama tidak ke toilet karena dia tidak makan dan minum selama tiga hari.“Kalau dia hari
Indah merasa kesal dan mendorong pintu dengan tubuhnya, dia seperti orang gila yang sedang mengamuk. “Arghhhh! Warda! Damas! Lina!” teriak Indah menyebut semua nama yang berada di kepalanya.Tiba tiba Indah merasakan perutnya berbunyi dan mulai perih, Indah menyentuh perutnya dan merasakan lemas tiba-tiba. Dia belum makan beberapa hari, dan amarahnya membuat dia menjadi sedikit kuat. Kini tenaganya benar-benar habis.Orang-orang masih memperhatikan Indah dari kejauhan dan membicarakan Indah, sementara Indah yang kesal karena tak bisa masuk akhirnya melihat jendela di kamar Warda yang terbuka, itu satu-satunya jalan yang dia bisa lewati.“Memang cewe bodoh itu satu-satunya yang bisa membuatku masuk ke rumah. dia satu-satunya yang paling ceroboh yang tidak menutup jendela kamarnya saat keluar rumah. Dasar.” Indah mengerutu sembari memanjat jendela.Indah bahkan tak membuka sepatu dan masuk ke dalam kamar Warda, dia kesal dan menginjak kasur Warda begitu saja dengan sepatunya. Indah begi
Lina dan Warda masuk ke dalam kamar menuju Indah dengan tatapan marah, mereka sangat dan menjambak rambut Indah. Indah ingin membela diri tapi Warda menahannya dan memegangi tangan Indah sementara Lina yang menariknya dengan paksa.“Tidak tahu diri sekali kau datang setelah seminggu kabur. Kau yang membuat putraku di penjara,” Lina memarahi Indah. Dia menarik rambut Indah dan menjatuhkan Indah ke lantai, “Sudah kau buat keluarga ku berantakan, kau kembali dan menghabiskan semua makanan di rumah ini!”“Pukuli saja wajahnya ma!” warda menyahut sambil menahan tangan Indah ke belakang tubuh Indah agar orang itu tak berani melawan atau mendorong Lina seperti terakhir kali.Plak! Plak! Plak!Suara tamparan terdengar nyaring berkali kali. Lina sekuat tenaga menampari wajah Indah dan Warda ikut menendang punggung Indah sekuat tenaga.Indah menangis, dia kesakitan, tubuhnya masih lemah setelah di kurung beberapa hari tanpa makan dan mendapatkan nutrisi lainnya. Dia tersungkur dan menangis keti
Lina hanya mengangguk-angguk, dia tidak mengerti tapi dia mendengar jelas maksud Damas dan dia berusaha mencerna perkataan Damas. Yang dia tahu, Damas di periksa karena kasus pemalsuan dokumen nikah dengan Indah. Itulah mengapa Lina tahu, Damas harus memaksa Indah membantunya atau Lina sendiri yang harus membuat Indah menggantikan posisi Damas di penjara.Sementara di luar Warda merengut, memasang wajah kusut, dia sengaja menekuk wajahnya di depan Lina. Tepat ketika Lina keluar Warda menggerutu, “kenapa ibu mengatakan aku bodoh? Membela anak ibu yang tidak berguna itu. bukannya menghasilkan uang untuk kita bulan depan, dia malah harus di tangkap dan masuk penjara!” gerutu Warda yang melipat kedua tangannya di dada. “Kau yang bodoh dan tidak berguna!” Lina berceletuk. Lina tak bisa memberitahukan maksud dan tujuan dia masih berbaik hati, biasnaya dia akan bersikap egois. “Jika aku bisa menggunakan kedua anakku untuk menjadi mesin penghasil uang, makan akan aku lakukan sebisa mungkin u
“Tidak bisakah kau menurunkanku di dalam gang sana?” tanya Indah pada sang supir. Sang supir yang mengemudi sambil mengantuk hanya berdehem, dia melirik Indah dari balik kaca di depan kemudia. Tapi sang supir tak mengindahkan permintaan Indah, “Ini sudah lebih baik, turunlah dan bayar sesuai dengan tarifnya.” Supir itu tengah tertidur di pangkalan sebelum Indah menelpon dan memaksanya untuk buru-buru datang, hal itu membuat moodnya memburuk malam itu. Dan sepanjang jalan dia mengantar Indah, dia harus mendengar wanita itu menggerutu karena sedikit keterlambatan dan sekarang wanita itu memintanya untuk mengantar lebih jauh dari yang seharusnya dia bisa. “Apa kau tuli?!” tanya Indah seketika menyentak. “Kubilang antar aku ke dalam gang!” Dia sudah menahan emosinya sejak sejam lalu, dia mengomel di jalanan karena menutupi rasa khawatirnya. Indah selalu teringat bagaimana perlakuan Lina dan Warda, dia berencana balas dendam dan akan membuat Warda menderita, dia ingin mendatangi rumah
Axton tengah menyetir mobilnya, hari ini dia sedikit terlambat dan berangkat lebih siang. Padahal dia memiliki rapat satu jam lagi, tapi Axton tak perduli akan hal itum toh Egar yang biasa menjadi perwakilannya sudah pulang dari liburan. Dari balik telepon yang dia sematkan melalui earphone, Axton berbicara, “lalu bagaimana perkembangannya?” “Semuanya sudah beres, surat sidang sudah di keluarkan dan akan dilaksanakan seminggu kemudian. Bukti dan saksi sudah di kumpulkan. Tinggal satu, notaris yang membantu membalikkan nama surat tanah rumah “itu” tidak di temukan. Catatan terakhir kerja miliknya, dia adalah pekerja di kantor pemerintah, lalu pensiun dan membuka kantor notaris swasta tapi sejak saat itu kantornya tutup dan dia menghilang.” Egar menjelaskan dengan seksama. Sama dengan Axton, Egar sendiri bangun terlalu siang karena dia tidur larut malam setelah menyelesaikan pekerjaan Axton yang terbengkalai. Setelah liburan berlalu, dia kembali pada rutinitas di mana dia harus beker