Share

Pertemuan tak terduga

Penulis: Rini Annisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-08 10:22:23

Aku sempat tak percaya dan meminta mengirimi fotonya dan ibu. Tak lama notifikasi masuk terlihat tiga foto dikirim, foto pertama saat ibu dan adiknya masa kecil. Foto kedua saat keduanya belum terpisah dan terakhir foto sekarang.

"Bu ...!" panggilku shock.

"Ayu, kenapa Nak?" sahut ibu heran melihatku bengong menatap ponsel.

Aku menyerahkan ponsel pada ibu agar melihat kiriman foto dari seseorang yang mengaku Paman. Mata ibu membulat sempurna memandangi foto di ponsel. Berulangkali mengucek matanya agar tidak salah.

"Bukankah ini Seno!" seru Ibu terperanjat.

Ibu mengalihkan pandangannya ke arahku. "Ayu, darimana kamu dapatkan foto ini? Katakan, Nak!" desak Ibu.

"Barusan ada yang mengirim, Bu! Dia mengaku sebagai Paman Ayu. Apa benar Ibu punya adik kandung?" tanyaku setengah tak percaya.

Ibu menghembuskan napas pelan, lalu mengangguk. Tapi sejurus kemudian menatap kembali foto itu dan mengelusnya seraya bergumam sendiri. "Seno, di mana kamu sekarang? Mbak kangen sama kamu."

Waj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Kedatangan adik kandung ibu

    "Saya membutuhkan asisten untuk membantu tugas saya di kantor maupun di rumah. Apakah kamu mau jadi asisten saya?" tanyanya dengan senyum mengembang. "Apa, asisten Pak?" tanyaku kaget. "Iya, gimana? Mau kan jadi asisten saya?" Sekali lagi Pak Adit bertanya dengan serius. "Tapi, Pak! Saya nggak pantas, saya hanya ingin jadi karyawan aja. Lagian, saya udah bukan gadis lagi," ucapku menunduk malu. "Jadi, kamu udah menikah?" Aku mengangguk dan terlihat Pak Adit mendelik tak percaya. Ya, walaupun aku sudah menikah orang pasti tak percaya karena penampilanku masih seperti gadis. Setelah menikah aku tak banyak bersolek jadi tetap seperti gadis kampung. Terdengar Pak Adit menghela napas. "Kalo gitu, kamu minta ijin dulu sama suami kamu kalo mau menjadi asisten saya." "Nggak perlu ijin, Pak! Saya udah cerai dengan suami saya," jawabku jujur. Kembali Pak Adit menatapku tak percaya, kemudian mengangguk dan tersenyum. Aku heran kenapa Pak Adit malah ingin menjadikanku asisten. Bukankah di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ada apa dengan Om Seno?

    "Sudah, kamu kerja aja di perusahaan Om. Perusahaan itu akan Om alihkan untukmu," kata Om Seno serius. Uhuuk !! Balik aku yang tersedak. Terkejut mendengar Om Seno mengatakan yang mimpi pun aku tak berani. Ibu juga tak kalah kaget, lalu menoleh Om Seno. "Seno, jangan becanda kamu!" ucap Ibu heran. "Aku serius, Mbak! Rencana perusahaan memang ingin aku beri sama Ayu untuk diurus. Aku sudah tua nggak selamanya berkutat di sana terus, aku ingin lebih cepat pensiun," jawab Om Seno dengan nada lelah. "Tapi, Om kan punya Widya! Kenapa nggak Om suruh aja dia, secara dia lebih berhak karena anak Om," kataku menolak halus. Terdengar berat napas yang dikeluarkan Om Seno, ekspresi wajahnya sulit dimengerti. Om Seno menghentikan makan dan melamun. Ibu dan aku bingung kenapa Om Seno jadi sedih. Ibu lalu menepuk pundak Om Seno. "Seno, ada apa? Sepertinya kamu menyimpan beban, apa mau cerita sama Mbak?" "Mbak, kalo aku cerita kalian nggak akan percaya. Kalian bisa lihat sendiri nanti, aku ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Hari pertama menjadi asisten

    Di pasar, aku membeli berbagai kebutuhan dapur. Mulai dari sayur, ikan, daging, bumbu dapur dan rempah-rempah. Terakhir mampir ke supermarket membeli gula, minyak, susu, teh, dan lainnya. Semua total belanjaan aku tulis di kertas, agar jika Pak Adit tanya aku bisa menunjukkan buktinya. Sisa tinggal seratus ribu untuk ongkos pulang balik. Sampai di rumah, dibantu satpam aku membawa barang belanjaan ke dapur. "Pak, terima kasih udah bantu saya!" "Sama-sama, Neng!" jawabnya tersenyum. "Pak, saya mau tanya! Kok rumah ini sepi sekali, kemana orang tua dan pembantu Pak Adit?" tanyaku ingin tau. Satpam tertawa. "Pak Adit memang tinggal sendiri, Neng! Orang tuanya di luar negeri, jarang datang kemari kalo nggak ada urusan." "Oh, begitu ya, Pak! Lalu untuk urusan makan dan rumah siapa yang mengerjakan kalo nggak ada pembantu?" tanyaku lagi, ini lebih aneh bagaimana Pak Adit bisa hidup sendiri. "Ehm, sebenarnya Pak Adit nggak suka pake pembantu. Dulu ada kejadian pembantu suka diam-diam m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Cerita Pak Adit

    "Ayu, Yu ...!" Bahu yang terguncang membuatku tersentak bangun. Aku pun membuka mata lalu terkejut, saat Pak Adit sudah berdiri di depanku. Tapi, yang membuat lebih kaget aku sudah berada di atas kasur. Loh, bukankah aku tidur di atas sajadah kok bisa berpindah di kasur. Di tengah kebingungan, suara Pak Adit menyadarkan. "Ayu, apa kamu sudah sadar!" sindir Pak Adit. Seketika aku menatap Pak Adit, malu. Ya seharusnya aku segera menyahut panggilannya tadi, ini malah bingung sendiri. Kemudian aku menurunkan kaki dan duduk di tepi kasur. "Maaf, Pak! Saya ketiduran, apa ada yang perlu saya lakukan?" tanyaku sigap. "Sudah sore, kita pulang aja!" kata Pak Adit kecewa. Astaga! Sudah sore, berarti aku kelamaan tidur tapi kenapa Pak Adit tidak membangunkan aku? Melihat ekspresi Pak Adit yang masih cemberut membuatku ingin tertawa tapi mencoba tahan. "Maaf, Pak! Lain kali saya nggak tidur lagi, jujur saya capek karena baru hari pertama kerja. Mohon Pak Adit maklumi," ujarku menyatukan tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Bertemu klien

    Usai mendengarkan cerita Pak Adit, aku melirik pergelangan tepatnya di jam tangan. Sudah malam gimana aku pulangnya, angkot pasti sudah sepi. "Pak, udah malam! Saya pulang dulu ya," kataku sambil beranjak bangun. "Tunggu, biar diantar Pak Budi!" ujar Pak Adit mencegah. "Nggak usah, Pak! Lagian Pak Budi juga udah pulang, biar saya naik angkot aja," jawabku menolak. "Angkot nggak ada lagi yang lewat, sudah sepi kalo terjadi apa-apa gimana? Saya nggak mau disalahkan, sudah biar saya aja yang antar," ucap Pak Adit sambil masuk mengambil jaket dan kunci mobil. Aku pun menurut lalu bersiap mengganti baju dan membawa daster untuk dicuci di rumah baru dikembalikan. Terdengar suara mobil sudah di depan rumah, gegas aku keluar dan masuk ke mobil. Pak Adit melongo melihatku. "Kenapa bajunya ditukar lagi? Kan itu sudah kotor, kenapa nggak pake daster?" "Pak, saya malu pulang kerja pake daster kalo dilihat orang nggak enak. Jadi, saya tukar lagi, nggak apa-apa kan? Nanti setelah dasternya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Satu persatu terkuak

    Sesaat setelah memasuki restoran, Pak Adit menunjuk seorang pria sedang duduk menunggu. Kami pun berjalan menghampirinya dan setelah dekat Pak Adit berhenti lalu menyapa. "Sudah lama, Pak?" "Saya barusan sampai, Pak Adit!" jawabnya sambil bangun dan menyalami Pak Adit. Astaga, ternyata klien Pak Adit ternyata dia, batinku shock. "Mari silahkan duduk, Pak!" pinta lelaki paruh baya di depan kami. Pak Adit mengangguk kemudian menoleh padaku lalu kami pun duduk bersebelahan. Pramusaji segera datang menghampiri, untuk bertanya dan mencatat apa yang mau dipesan. "Kami pesan minuman aja, dua cappucino hangat," kata Pak Adit, aku terima saja tanpa membantah. "Nggak pesan makan, Pak Adit?" tanya lelaki itu. "Nggak, kami udah makan sebelum kesini," jawab Pak Adit menolak. Setelah pramusaji itu pergi, kembali Pak Adit bicara. "Jadi, apa yang perlu kita bahas sekarang ini?" Lelaki tua itu ingin menjawab tapi matanya kemudian melirikku. Pak Adit seolah mengerti lalu berkata. "Dia asisten

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Om Seno di kantor Pak Adit

    "Maaf, Pak! Tadi ada tamu yang datang, tapi beliau sudah pulang!" "Siapa?" tanya Pak Adit. "Namanya Pak Broto, Pak!" jawab sekretaris. "Oh, Pak Brotoseno ternyata," ucap Pak Adit berlalu sambil masuk kantor. Langkahku terhenti kala mendengar Pak Adit menyebut Brotoseno. Benarkah Om Seno yang kemari tadi? Lalu ada perlu apa, gumamku lirih. Pak Adit sudah masuk ke dalam kantor, aku segera mengikuti. Tampak Pak Adit sedang menelpon seseorang, tidak ingin menganggu aku pun mencari kesibukan sendiri. Sembari mencatat bahan penting di buku, aku teringat dengan masa lalu saat bekerja di perusahaan barang impor itu. Saat itu sudah menjadi tugasku untuk mengawasi barang keluar masuk. Pak Gading mempercayakan diriku sebagai kepala gudang karena penilaian serta kerjaku teliti katanya. Aku pun yang sebagai karyawan biasa menjadi sangat gembira dan menyambut dengan baik kesempatan itu. Bapak dan Ibu di kampung juga senang mendengar berita dariku. Mereka selalu mendoakan dan menasehati agar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Kabar Desi

    "Sebenarnya, saya ingin memberikan perusahaan saya pada Ayu. Tapi dia kukuh ingin bekerja pada Pak Adit. Makanya saya menunggu kesiapannya dulu," ujar Om Seno mengatakan sebenarnya. "Loh, seharusnya perusahaan Pak Broto beri pada Marissa. Dia kan anak Pak Broto, lebih berhak daripada Ayu," kilah Pak Adit heran. "Sebenarnya, Marissa bukan anak kandung saya," tampik Om Seno sedih. Marissa? Anak Om Seno? Tunggu, jangan-jangan Marissa yang sering datang mengganggu Pak Adit itu anaknya Om Seno. Bukankah Om Seno bilang namanya Widya? Aku harus bertanya pada Om Seno sendiri. "Om, Marissa anak Om. Bukannya Widya?" tanyaku penasaran. "Kamu kenal dengan Marissa?" tanya Om Seno balik. "Ayu udah beberapa kali ketemu Marissa di sini, Pak Broto! Dia nggak tau kalo Marissa itu anak Pak Broto karena saya juga baru tau kalo anda itu Om nya Ayu," jelas Pak Adit menjawab. Om Seno mengangguk lalu menoleh padaku. "Ayu, nanti aja kapan-kapan Om cerita ya soal Marissa. Nggak enak kalo mengganggu Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15

Bab terbaru

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ekstra part (Tamat)

    Suara azan Subuh mengalun merdu, membangunkan tidurku yang lelap. Saat mataku terbuka kulihat Mas Adit masih tertidur di sampingku. Wajah tampannya begitu sempurna, alis tebal dan hidung mancung ditambah kulit yang bersih. Aku mengelus pipi dan mengecup keningnya. "Mas, bangun! Kita sholat Subuh berjamaah yuk!" bisik ku ditelinga suamiku. "Hum, sudah pagi, Yang?" ujarnya bergumam. Tanpa menunggu Mas Adit yang belum bangun, aku masuk ke kamar mandi duluan membersihkan diri sambil keramas. Saat mandi, aku tersenyum mengingat sebagai pengantin baru mulai ijab qobul, resepsi hingga malam pertama semua berseliwaran dimata. Keluar dari kamar mandi, Mas Adit sudah duduk di tepi ranjang dengan mata mengantuk. Aku terkekeh melihat wajahnya yang masih capek. "Mas, sudah sana mandi keburu siang!" ujarku sambil mengelap rambut yang basah. "Yang, sini peluk dong!" ucapnya manja sambil merentangkan tangannya. "Mandi dulu, Mas! Sholat bareng kita, baru deh peluk," jawabku tersenyum sambil mem

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pernikahan bahagia

    Kasus persidangan Mas Lucky pun bergulir. Setelah memberi keterangan di kantor polisi, aku dan Mas Adit hadir di pengadilan sebagai saksi. Turut di temani Ibu dan Om Seno yang ingin melihat langsung jalannya persidangan. Selain kami, datang juga istri pria gembul itu dan juga rekan-rekannya. Menurut kabar pria gembul itu tidak akan diperkarakan. Tapi, orang tua Maya sudah menuntut balik atas perzinahan yang dilakukannya. Malangnya, istri pria gembul itu tidak percaya perbuatan mesum suaminya. Untuk membantu orang tua Maya, aku akan laporkan kepala HRD itu atas kasus korupsi penggelapan uang proyek. Pengacara yang sudah ku sewa juga turut hadir. Selain membantu orang tua Maya, aku ingin meringankan hukuman Mas Lucky. Bagaimanapun dia sudah menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikap dan hidupnya. Begitu hakim masuk, semua yang hadir berdiri memberi hormat. Seperti sidang yang sudah-sudah, kali ini prosesnya juga sama. Jaksa penuntut umum membacakan segala rentetan kejadia

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Dipenjara

    POV Author Saat masih dalam kamar mayat itulah, terbuka pintu dari luar. Kemudian terdengar suara keras bersamaan masuk beberapa pria berseragam. "Itu dia orangnya yang sudah membunuh, Pak!" ujar pria gembul itu menunjuk Lucky. Lucky dan kedua orang tua Maya terkejut dengan kedatangan polisi. Beberapa pria berseragam itu segera berlari mendekati Lucky dan menangkapnya, tanpa perlawanan dari pelaku. Tangan Lucky segera diborgol dan dibawa keluar. Ramai para pengunjung rumah sakit berkerumun ingin tau. Komandan polisi lalu bertanya pada orang tua Maya. "Anda siapanya korban?" tanya komandan polisi. "Kami orang tuanya, Pak!" "Berdasarkan saksi mata, kami menangkap pelaku. Jadi, saat interogasi dan sidang nanti kalian wajib datang untuk diminta keterangan!" jelas komandan polisi itu. Setelah menerangkan polisi itu keluar dengan pria gembul itu. Akan tetapi, orang tua Maya segera memanggilnya. "Tunggu!" Komandan polisi dan pria gembul itu berhenti dan menoleh. Bapak Maya maju untu

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Maya tewas

    "Apa kamu bilang?" Mas Lucky akan menaikkan tangannya ke atas, seperti ingin menampar lagi. Tiba-tiba sebuah tangan gembul menghentikan tangan Mas Lucky. "Cukup! Jangan sakiti wanitaku dan anakku!" hardiknya menepis tangan Mas Lucky. Kami semua menoleh ke arah pria itu dan terkejut. Dia kan kepala HRD di perusahaanku, juga pacar gelapnya Maya. Berani benar dia terang-terangan mengaku di hadapan semua orang kalo anak yang dikandung Maya itu anaknya. "Oh, jadi kamu yang sudah menghamili istriku! Dasar tua bangka!" hardik Mas Lucky meninju pria gembul itu hingga tersungkur. Dengan susah payah Maya berdiri dan menghalangi Mas Lucky memukul pacarnya. Namun, Mas Lucky sudah sangat marah hingga saat akan menyerang lagi Maya yang berada di depannya pun terkena pukulan kuat hingga terjatuh. "Aaaawww, aduh!" teriak Maya kesakitan sambil memegang perutnya. Darah merembes keluar mengalir ke kakinya. Kami lagi-lagi terkejut, pria gembul itu segera bangkit dan mendekati Maya. "Aduh, Om! Tolon

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Membuka kedok Maya

    "Tante nggak berhak melarang, awas aja kalo sampai Tante menyakiti Bi Inem, Ayu nggak tinggal diam!" ancamku. Tante Ratna tertawa. "Eh, perempuan miskin jangan belagu jadi orang. Mentang-mentang punya pacar kaya berani main ancam. Berkaca dulu, yang kaya itu pacarnya bukan kamu!" ledek Tante Ratna angkuh. Saat aku mau membalas lagi, Mas Adit mencegah. "Sudah, Yang! Kita pulang aja, nggak perlu memamerkan siapa diri kita. Ntar Tante Ratna akan tau juga." Kulihat Tante Ratna hanya mencibir. Mantan mertuaku itu masih dengan sikap sombongnya. Aku ada akal ingin memberinya kejutan, sambil celingukan ke dalam aku bertanya pada Bi Inem. "Bi, Maya kemana kok nggak nampak?" "Anu, Non Ayu! Maya kalo siang gini sering pergi keluar dan nggak mau berdiam di rumah katanya bosan," jawab Bi Inem sambil melirik majikannya yang mendelik. "Eh, Ayu! Untuk apa tanya-tanya Maya? Menantuku itu nggak seperti kamu, yang cuma ndekam di rumah. Maya keluar untuk menghibur diri biar gak bosenan," cetus Tant

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ke rumah mantan suami

    Esoknya, pagi-pagi setelah sarapan Lik Slamet dan keluarganya mulai berkemas. Ibu masih menyuruh mereka untuk sarapan sebagai etika tuan rumah. Walaupun dengan perasaan malu, mereka tetap makan untuk mengganjal perut di jalan. Saat Bulik Marni dan Risa di kamar berkemas, Ibu memanggil Lik Slamet. "Slamet, ini Mbak ada sedikit pemberian untuk kamu. Ambil, gunakan untuk buka usaha." "Nggak usah, Mbak! Saya nggak enak menerimanya!" tolak Lik Slamet tidak enakan. "Sudah ambil aja, kalo akangmu masih hidup Mbak yakin pasti akan memberimu. Pemberian ini sebagai rasa syukur Mbak dan Ayu dengan kehidupan sekarang. Ambillah, ingat Ayu masih butuh kamu sebagai wali nikahnya nanti," ujar ibu sambil menyerahkan amplop berisi uang. "Terima kasih banyak, Mbak! Saya akan gunakan uang ini dengan baik," kata Lik Slamet terharu dan menyimpannya di saku baju. "Jangan tau Marni dan Risa, bungkusan yang ini baru beri pada istrimu. Semoga hidup kalian semakin bagus nanti." Lik Slamet mengangguk. "Aam

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Diusir ibu

    Kami memesan sebuah cincin nikah yang berbentuk indah dan bermatakan berlian serta seperangkat perhiasan lainnya. Selain itu mengunjungi sebuah percetakan undangan, lagi-lagi Mas Adit menyerahkan pilihan padaku. Setelah itu baru Mas Adit mengajak ke sebuah cafe. Kali ini kami ingin suasana yang beda, aku pun mengiyakan ajakan Mas Adit. Kami menikmati cemilan yang dihidangkan pelayan cafe. Hari ini baru pembukaan, jadi menu yang dihidangkan gratis. Pantas saja, Mas Adit mengajakku kemari rupanya cafe baru diresmikan. "Hai, bro!" panggil seorang pria pada Mas Adit, lalu berjalan mendekat. Mereka saling berjabat tangan. "Kirain kamu nggak datang!" katanya cekikan. "Tentu, aku nggak bakal lupa untuk mendukungmu," jawab Mas Adit sambil menyeruput capuccino. Pria yang belum aku ketahui namanya melirikku kemudian beralih pada Mas Adit. "Siapa dia, bro? Pacar ya?" "Kenalkan, namanya Ayu! Calon istriku. Ayu, ini teman kuliahku dulu, Gerry!" ucap Mas Adit mengenalkan. "Hebat kamu, bro!

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pacar gelap Maya ternyata ....

    Pagi ini aku bersemangat berada di kantor, karena tak perlu melihat wajah kedua orang anak dan ibu itu. Sungguh tamu yang tak tau diri dan buat kesal. Sudahlah, tidak usah dipikirkan dulu, sekarang fokus untuk urusan kantor. "Permisi, Bu!" suara Olivia mengetuk pintu. "Ya, masuk! Ada agenda apa hari ini?" tanyaku sambil meletakkan tas di sisi kanan meja. Olivia menyerahkan beberapa berkas di map. Aku meneliti sebentar, kemudian pandanganku terpaut kontrak kerjasama dengan mister Nicholas. Aku hampir melupakan dirinya. "Gimana perkembangan pembangunan proyek asing itu?" tanyaku menunjukkan berkas pada Olivia. "Oh, lancar aja, Bu! Bagian HRD yang bertanggung jawab atas perekrutan karyawan sudah menjalankan tugasnya dengan baik," jawab Olivia. "Bisa bawakan biodata kepala HRD itu pada saya?" tanyaku ingin mengenal lebih jauh. "Bisa, Bu! Saya akan ambil dulu." Sambil menunggu Olivia, aku membaca berkas lainnya. Tidak ada yang istimewa, semua bagian dari tugas perusahaan. Saat asyi

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Niat lucik Marni dan Lisa

    Aku tersenyum kala memasak ditemani kekasih, Mas Adit mengajakku ngobrol hingga tak terasa capek. Kadang kami tertawa bersama karena ada lucunya. Kebersamaan kami di dapur terganggu dengan ulah Risa. Tanpa malu-malu, Risa menepuk bahu belakang Mas Adit. "Mas, perhatian banget sama Mbak Ayu!" canda Risa tertawa. Mas Adit kaget dan refleks berdiri. Aku pun sontak melotot tak senang. "Kamu jadi orang bisa sopan sikit, nggak?" kata Mas Adit ketus. Alamak, kali ini Mas Adit yang sembur Risa. Jangankan Risa, aku pun sampai mendelik mendengar suara Mas Adit. Tapi akui, kekasihku sangat jantan. Mas Adit memang tak suka perempuan gatal seperti itu. "Sudah sana kamu pergi, Risa! Bukankah kalian sedang istirahat," timpalku mengusirnya. "Halah, Mbak! Mentang-mentang orang kaya baru aja sombong! Baru dipegang sikit aja udah galak, Mas!" kekeh Risa sambil kedipan mata. Aku mendengus kesal, Mas Adit berjalan menghampiriku dan berdiri di sampingku. Lalu membantuku agar cepat selesai. Kami berd

DMCA.com Protection Status