Share

Bertemu klien

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2024-03-11 01:56:50

Usai mendengarkan cerita Pak Adit, aku melirik pergelangan tepatnya di jam tangan. Sudah malam gimana aku pulangnya, angkot pasti sudah sepi.

"Pak, udah malam! Saya pulang dulu ya," kataku sambil beranjak bangun.

"Tunggu, biar diantar Pak Budi!" ujar Pak Adit mencegah.

"Nggak usah, Pak! Lagian Pak Budi juga udah pulang, biar saya naik angkot aja," jawabku menolak.

"Angkot nggak ada lagi yang lewat, sudah sepi kalo terjadi apa-apa gimana? Saya nggak mau disalahkan, sudah biar saya aja yang antar," ucap Pak Adit sambil masuk mengambil jaket dan kunci mobil.

Aku pun menurut lalu bersiap mengganti baju dan membawa daster untuk dicuci di rumah baru dikembalikan. Terdengar suara mobil sudah di depan rumah, gegas aku keluar dan masuk ke mobil.

Pak Adit melongo melihatku. "Kenapa bajunya ditukar lagi? Kan itu sudah kotor, kenapa nggak pake daster?"

"Pak, saya malu pulang kerja pake daster kalo dilihat orang nggak enak. Jadi, saya tukar lagi, nggak apa-apa kan? Nanti setelah dasternya d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lisa Christiani
sukaaaa ......
goodnovel comment avatar
fly
jangan lama lama update lanjutannya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Satu persatu terkuak

    Sesaat setelah memasuki restoran, Pak Adit menunjuk seorang pria sedang duduk menunggu. Kami pun berjalan menghampirinya dan setelah dekat Pak Adit berhenti lalu menyapa. "Sudah lama, Pak?" "Saya barusan sampai, Pak Adit!" jawabnya sambil bangun dan menyalami Pak Adit. Astaga, ternyata klien Pak Adit ternyata dia, batinku shock. "Mari silahkan duduk, Pak!" pinta lelaki paruh baya di depan kami. Pak Adit mengangguk kemudian menoleh padaku lalu kami pun duduk bersebelahan. Pramusaji segera datang menghampiri, untuk bertanya dan mencatat apa yang mau dipesan. "Kami pesan minuman aja, dua cappucino hangat," kata Pak Adit, aku terima saja tanpa membantah. "Nggak pesan makan, Pak Adit?" tanya lelaki itu. "Nggak, kami udah makan sebelum kesini," jawab Pak Adit menolak. Setelah pramusaji itu pergi, kembali Pak Adit bicara. "Jadi, apa yang perlu kita bahas sekarang ini?" Lelaki tua itu ingin menjawab tapi matanya kemudian melirikku. Pak Adit seolah mengerti lalu berkata. "Dia asisten

    Last Updated : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Om Seno di kantor Pak Adit

    "Maaf, Pak! Tadi ada tamu yang datang, tapi beliau sudah pulang!" "Siapa?" tanya Pak Adit. "Namanya Pak Broto, Pak!" jawab sekretaris. "Oh, Pak Brotoseno ternyata," ucap Pak Adit berlalu sambil masuk kantor. Langkahku terhenti kala mendengar Pak Adit menyebut Brotoseno. Benarkah Om Seno yang kemari tadi? Lalu ada perlu apa, gumamku lirih. Pak Adit sudah masuk ke dalam kantor, aku segera mengikuti. Tampak Pak Adit sedang menelpon seseorang, tidak ingin menganggu aku pun mencari kesibukan sendiri. Sembari mencatat bahan penting di buku, aku teringat dengan masa lalu saat bekerja di perusahaan barang impor itu. Saat itu sudah menjadi tugasku untuk mengawasi barang keluar masuk. Pak Gading mempercayakan diriku sebagai kepala gudang karena penilaian serta kerjaku teliti katanya. Aku pun yang sebagai karyawan biasa menjadi sangat gembira dan menyambut dengan baik kesempatan itu. Bapak dan Ibu di kampung juga senang mendengar berita dariku. Mereka selalu mendoakan dan menasehati agar

    Last Updated : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Kabar Desi

    "Sebenarnya, saya ingin memberikan perusahaan saya pada Ayu. Tapi dia kukuh ingin bekerja pada Pak Adit. Makanya saya menunggu kesiapannya dulu," ujar Om Seno mengatakan sebenarnya. "Loh, seharusnya perusahaan Pak Broto beri pada Marissa. Dia kan anak Pak Broto, lebih berhak daripada Ayu," kilah Pak Adit heran. "Sebenarnya, Marissa bukan anak kandung saya," tampik Om Seno sedih. Marissa? Anak Om Seno? Tunggu, jangan-jangan Marissa yang sering datang mengganggu Pak Adit itu anaknya Om Seno. Bukankah Om Seno bilang namanya Widya? Aku harus bertanya pada Om Seno sendiri. "Om, Marissa anak Om. Bukannya Widya?" tanyaku penasaran. "Kamu kenal dengan Marissa?" tanya Om Seno balik. "Ayu udah beberapa kali ketemu Marissa di sini, Pak Broto! Dia nggak tau kalo Marissa itu anak Pak Broto karena saya juga baru tau kalo anda itu Om nya Ayu," jelas Pak Adit menjawab. Om Seno mengangguk lalu menoleh padaku. "Ayu, nanti aja kapan-kapan Om cerita ya soal Marissa. Nggak enak kalo mengganggu Pak

    Last Updated : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Calon istri

    Sampai di rumah, Ibu sedang mengangkat jemuran. Melihatku pulang, Ibu segera menghampiriku sambil menenteng pakaian. "Loh, tumben kamu hari ini cepat pulang?" tanya Ibu heran. "Iya, Bu! Pak Adit mengizinkan pulang, lagian hari ini udah selesai mengerjakan pekerjaan penting," jawabku sembari melepas sepatu. "Apa itu? Pasti kamu sukses dengan masakan baru," tebak Ibu. Aku menggeleng. "Bukan, Bu! Pak Adit mengajak Ayu bertemu klien, juga mengajari Ayu bagaimana proses negoisasi dengan klien." "Benarkah? Alhamdulillah, berarti Bos kamu udah percayai kamu kerja di kantornya," ucap Ibu tersenyum. Hatiku juga senang dan ingin secepatnya bisa bekerja penuh di kantor. Banyak misi yang harus aku lakukan untuk membuat orang-orang yang sudah menghancurkan hidupku merasakan akibatnya. Setelah masuk, aku langsung mandi dan berganti pakaian. Tak sabar ingin mencoba berdandan dan eksekusi berbagai make up yang aku pinjam dari Desi. Ya, selain temu kangen aku juga meminjam alat make up Desi aga

    Last Updated : 2024-03-15
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Kejutan di pernikahan mantan suami

    Pak Gading melirikku lalu menoleh Pak Adit. "Siapa wanita ini?" tanyanya heran, Pak Gading tidak mengenalku karena penampilan baruku. "Kenalkan, dia Ayu, calon istriku! Eks manajer yang dulu Pak Gading pecat!" kata Pak Adit tersenyum. Mata Pak Gading membulat sempurna, terkejut. Tentu saja, aku lebih lagi saat Pak Adit mengaku aku calon istrinya. Entah apa maksud Pak Adit mengatakan itu, yang pasti Pak Gading sangat malu mengingat kejadian dulu itu. "Ayu?" katanya tak percaya. Aku mengulurkan tanganku dan berusaha tersenyum manis. "Iya, saya Ayu! Pak Gading masih ingat, kan!" Dengan kikuk Pak Gading mengangguk dan menjabat tanganku. Wajahnya menyiratkan seperti mimpi melihatku berubah dan kini diakui calon istri dari seorang Bos besar, Aditya Pratama Sulistyo. Dari ekor mataku terlihat Pak Adit sangat menikmati momen kejutan ini. Ah, ternyata Pak Adit pintar memainkan perannya. Aku berharap pengakuan Pak Adit itu benar, bukan saja hanya ingin membantuku menjatuhkan mental orang-

    Last Updated : 2024-03-17
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Isi hati Adit

    Pak Adit segera mengejarku sampai di parkiran mobil pun menjadi heran. "Tunggu Ayu! Kamu kenapa?" "Sebenarnya, apa tujuan Pak Adit mengatakan pada semua orang kalo Ayu calon istri Pak Adit?" tanyaku meminta kejelasan. "Bukankah, kamu ingin saya membantumu agar mereka nggak merendahkanmu lagi?" sergah Pak Adit merasa benar. Oh, jadi Pak Adit hanya membantu saja tanpa ada perasaan khusus padaku. Malangnya kamu Ayu, sudahlah mungkin aku bukan tipe Pak Adit. Wanita miskin sepertiku seharusnya bersyukur, Pak Adit masih mau menerima sebagai asisten. "Pak, kita pulang aja. Ayu capek!" kataku sambil masuk ke dalam mobil. "Kamu nggak mau makan lagi? Kan tadi blom habis nasinya," Pak Adit membujuk agar masuk lagi. "Ayu udah kenyang, antar Ayu pulang aja Pak!" Pak Adit yang menggeleng pun terpaksa menuruti dan berjalan memutar, lalu membuka pintu mobil dan masuk. Pak Adit menoleh ke arahku sebelum menghidupkan mobil. Namun, aku memalingkan wajah dan memandang keluar jendela. Suara ramai

    Last Updated : 2024-03-17
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Syarat untuk Pak.Gading

    Setelah sehari merehatkan badan, aku masuk kerja kembali seperti biasa. Pukul enam pagi sudah tiba di kediaman Pak Adit. Jika biasa Pak Adit masih memakai piyama, kali ini sudah bersiap akan olahraga. Walaupun hati kecewa, tapi aku tetap bersikap biasa agar Pak Adit tidak curiga. "Pagi, Pak! Ayu akan menyiapkan pakaian dan sarapan," Aku menyapa Pak Adit yang berdiri di halaman rumah. "Ya, masuk aja! Saya akan olahraga sebentar," jawab Pak Adit sambil melakukan pemanasan. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai atas. Kamar Pak Adit sudah rapi, aku masuk ke ruang ganti pakaian. Saat menyiapkan pakaian kerja Pak Adit, aku melihat sebuah kotak kecil di meja aksesoris. Kotak apa itu? Dari bentuknya saja sudah mewah, sepertinya kotak cincin. Penasaran, aku pun membukanya. Kilau cahaya keluar saat kotak terbuka dan membuat mataku membulat. Benar, sebuah cincin dengan mata berlian mahal. Untuk siapa Pak Adit membeli cincin ini, apa ada wanita istimewa di hati Pak Adit? Wanita i

    Last Updated : 2024-03-17
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Terry ditangkap polisi

    "Gimana hasilnya?" tanya Pak Adit setelah aku tiba di kantor. Senyumku mengembang dan duduk di sofa merebahkan tubuh. Pak Adit yang baru siap rapat juga sedang bersantai, lalu berjalan dan duduk di depanku. Aku pun menceritakan dari awal hingga akhir. Tidak tahu apakah Pak Adit menerima sikap dan keputusanku tersebut, karena beliau cuma mengangguk saja. Sambil berpangku kaki dan bersedekap tangan, Pak Adit merenung sejenak. "Apa Pak Adit setuju dengan negoisasi Ayu dengan Pak Gading?" tanyaku harap-harap cemas. "Walaupun seharusnya kamu nggak perlu menyamakan dengan kejadian dulu, tapi itu sudah bagus! Yang penting ada bukti untuk menyelesaikan masalah perusahaan Pak Gading. Saya yakin Pak Gading nggak perlu meminjam dari saya lagi," jawab Pak Adit percaya diri. Lega hatiku mendengar perkataan Pak Adit. Ya siapa tau setelah Pak Gading bisa menyelesaikan masalah, uang itu bisa kembali padanya lagi. Dengan begitu tidak merepotkan Pak Adit. "Kita tunggu saja kabar dari Pak Gading b

    Last Updated : 2024-03-22

Latest chapter

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ekstra part (Tamat)

    Suara azan Subuh mengalun merdu, membangunkan tidurku yang lelap. Saat mataku terbuka kulihat Mas Adit masih tertidur di sampingku. Wajah tampannya begitu sempurna, alis tebal dan hidung mancung ditambah kulit yang bersih. Aku mengelus pipi dan mengecup keningnya. "Mas, bangun! Kita sholat Subuh berjamaah yuk!" bisik ku ditelinga suamiku. "Hum, sudah pagi, Yang?" ujarnya bergumam. Tanpa menunggu Mas Adit yang belum bangun, aku masuk ke kamar mandi duluan membersihkan diri sambil keramas. Saat mandi, aku tersenyum mengingat sebagai pengantin baru mulai ijab qobul, resepsi hingga malam pertama semua berseliwaran dimata. Keluar dari kamar mandi, Mas Adit sudah duduk di tepi ranjang dengan mata mengantuk. Aku terkekeh melihat wajahnya yang masih capek. "Mas, sudah sana mandi keburu siang!" ujarku sambil mengelap rambut yang basah. "Yang, sini peluk dong!" ucapnya manja sambil merentangkan tangannya. "Mandi dulu, Mas! Sholat bareng kita, baru deh peluk," jawabku tersenyum sambil mem

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pernikahan bahagia

    Kasus persidangan Mas Lucky pun bergulir. Setelah memberi keterangan di kantor polisi, aku dan Mas Adit hadir di pengadilan sebagai saksi. Turut di temani Ibu dan Om Seno yang ingin melihat langsung jalannya persidangan. Selain kami, datang juga istri pria gembul itu dan juga rekan-rekannya. Menurut kabar pria gembul itu tidak akan diperkarakan. Tapi, orang tua Maya sudah menuntut balik atas perzinahan yang dilakukannya. Malangnya, istri pria gembul itu tidak percaya perbuatan mesum suaminya. Untuk membantu orang tua Maya, aku akan laporkan kepala HRD itu atas kasus korupsi penggelapan uang proyek. Pengacara yang sudah ku sewa juga turut hadir. Selain membantu orang tua Maya, aku ingin meringankan hukuman Mas Lucky. Bagaimanapun dia sudah menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikap dan hidupnya. Begitu hakim masuk, semua yang hadir berdiri memberi hormat. Seperti sidang yang sudah-sudah, kali ini prosesnya juga sama. Jaksa penuntut umum membacakan segala rentetan kejadia

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Dipenjara

    POV Author Saat masih dalam kamar mayat itulah, terbuka pintu dari luar. Kemudian terdengar suara keras bersamaan masuk beberapa pria berseragam. "Itu dia orangnya yang sudah membunuh, Pak!" ujar pria gembul itu menunjuk Lucky. Lucky dan kedua orang tua Maya terkejut dengan kedatangan polisi. Beberapa pria berseragam itu segera berlari mendekati Lucky dan menangkapnya, tanpa perlawanan dari pelaku. Tangan Lucky segera diborgol dan dibawa keluar. Ramai para pengunjung rumah sakit berkerumun ingin tau. Komandan polisi lalu bertanya pada orang tua Maya. "Anda siapanya korban?" tanya komandan polisi. "Kami orang tuanya, Pak!" "Berdasarkan saksi mata, kami menangkap pelaku. Jadi, saat interogasi dan sidang nanti kalian wajib datang untuk diminta keterangan!" jelas komandan polisi itu. Setelah menerangkan polisi itu keluar dengan pria gembul itu. Akan tetapi, orang tua Maya segera memanggilnya. "Tunggu!" Komandan polisi dan pria gembul itu berhenti dan menoleh. Bapak Maya maju untu

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Maya tewas

    "Apa kamu bilang?" Mas Lucky akan menaikkan tangannya ke atas, seperti ingin menampar lagi. Tiba-tiba sebuah tangan gembul menghentikan tangan Mas Lucky. "Cukup! Jangan sakiti wanitaku dan anakku!" hardiknya menepis tangan Mas Lucky. Kami semua menoleh ke arah pria itu dan terkejut. Dia kan kepala HRD di perusahaanku, juga pacar gelapnya Maya. Berani benar dia terang-terangan mengaku di hadapan semua orang kalo anak yang dikandung Maya itu anaknya. "Oh, jadi kamu yang sudah menghamili istriku! Dasar tua bangka!" hardik Mas Lucky meninju pria gembul itu hingga tersungkur. Dengan susah payah Maya berdiri dan menghalangi Mas Lucky memukul pacarnya. Namun, Mas Lucky sudah sangat marah hingga saat akan menyerang lagi Maya yang berada di depannya pun terkena pukulan kuat hingga terjatuh. "Aaaawww, aduh!" teriak Maya kesakitan sambil memegang perutnya. Darah merembes keluar mengalir ke kakinya. Kami lagi-lagi terkejut, pria gembul itu segera bangkit dan mendekati Maya. "Aduh, Om! Tolon

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Membuka kedok Maya

    "Tante nggak berhak melarang, awas aja kalo sampai Tante menyakiti Bi Inem, Ayu nggak tinggal diam!" ancamku. Tante Ratna tertawa. "Eh, perempuan miskin jangan belagu jadi orang. Mentang-mentang punya pacar kaya berani main ancam. Berkaca dulu, yang kaya itu pacarnya bukan kamu!" ledek Tante Ratna angkuh. Saat aku mau membalas lagi, Mas Adit mencegah. "Sudah, Yang! Kita pulang aja, nggak perlu memamerkan siapa diri kita. Ntar Tante Ratna akan tau juga." Kulihat Tante Ratna hanya mencibir. Mantan mertuaku itu masih dengan sikap sombongnya. Aku ada akal ingin memberinya kejutan, sambil celingukan ke dalam aku bertanya pada Bi Inem. "Bi, Maya kemana kok nggak nampak?" "Anu, Non Ayu! Maya kalo siang gini sering pergi keluar dan nggak mau berdiam di rumah katanya bosan," jawab Bi Inem sambil melirik majikannya yang mendelik. "Eh, Ayu! Untuk apa tanya-tanya Maya? Menantuku itu nggak seperti kamu, yang cuma ndekam di rumah. Maya keluar untuk menghibur diri biar gak bosenan," cetus Tant

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ke rumah mantan suami

    Esoknya, pagi-pagi setelah sarapan Lik Slamet dan keluarganya mulai berkemas. Ibu masih menyuruh mereka untuk sarapan sebagai etika tuan rumah. Walaupun dengan perasaan malu, mereka tetap makan untuk mengganjal perut di jalan. Saat Bulik Marni dan Risa di kamar berkemas, Ibu memanggil Lik Slamet. "Slamet, ini Mbak ada sedikit pemberian untuk kamu. Ambil, gunakan untuk buka usaha." "Nggak usah, Mbak! Saya nggak enak menerimanya!" tolak Lik Slamet tidak enakan. "Sudah ambil aja, kalo akangmu masih hidup Mbak yakin pasti akan memberimu. Pemberian ini sebagai rasa syukur Mbak dan Ayu dengan kehidupan sekarang. Ambillah, ingat Ayu masih butuh kamu sebagai wali nikahnya nanti," ujar ibu sambil menyerahkan amplop berisi uang. "Terima kasih banyak, Mbak! Saya akan gunakan uang ini dengan baik," kata Lik Slamet terharu dan menyimpannya di saku baju. "Jangan tau Marni dan Risa, bungkusan yang ini baru beri pada istrimu. Semoga hidup kalian semakin bagus nanti." Lik Slamet mengangguk. "Aam

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Diusir ibu

    Kami memesan sebuah cincin nikah yang berbentuk indah dan bermatakan berlian serta seperangkat perhiasan lainnya. Selain itu mengunjungi sebuah percetakan undangan, lagi-lagi Mas Adit menyerahkan pilihan padaku. Setelah itu baru Mas Adit mengajak ke sebuah cafe. Kali ini kami ingin suasana yang beda, aku pun mengiyakan ajakan Mas Adit. Kami menikmati cemilan yang dihidangkan pelayan cafe. Hari ini baru pembukaan, jadi menu yang dihidangkan gratis. Pantas saja, Mas Adit mengajakku kemari rupanya cafe baru diresmikan. "Hai, bro!" panggil seorang pria pada Mas Adit, lalu berjalan mendekat. Mereka saling berjabat tangan. "Kirain kamu nggak datang!" katanya cekikan. "Tentu, aku nggak bakal lupa untuk mendukungmu," jawab Mas Adit sambil menyeruput capuccino. Pria yang belum aku ketahui namanya melirikku kemudian beralih pada Mas Adit. "Siapa dia, bro? Pacar ya?" "Kenalkan, namanya Ayu! Calon istriku. Ayu, ini teman kuliahku dulu, Gerry!" ucap Mas Adit mengenalkan. "Hebat kamu, bro!

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pacar gelap Maya ternyata ....

    Pagi ini aku bersemangat berada di kantor, karena tak perlu melihat wajah kedua orang anak dan ibu itu. Sungguh tamu yang tak tau diri dan buat kesal. Sudahlah, tidak usah dipikirkan dulu, sekarang fokus untuk urusan kantor. "Permisi, Bu!" suara Olivia mengetuk pintu. "Ya, masuk! Ada agenda apa hari ini?" tanyaku sambil meletakkan tas di sisi kanan meja. Olivia menyerahkan beberapa berkas di map. Aku meneliti sebentar, kemudian pandanganku terpaut kontrak kerjasama dengan mister Nicholas. Aku hampir melupakan dirinya. "Gimana perkembangan pembangunan proyek asing itu?" tanyaku menunjukkan berkas pada Olivia. "Oh, lancar aja, Bu! Bagian HRD yang bertanggung jawab atas perekrutan karyawan sudah menjalankan tugasnya dengan baik," jawab Olivia. "Bisa bawakan biodata kepala HRD itu pada saya?" tanyaku ingin mengenal lebih jauh. "Bisa, Bu! Saya akan ambil dulu." Sambil menunggu Olivia, aku membaca berkas lainnya. Tidak ada yang istimewa, semua bagian dari tugas perusahaan. Saat asyi

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Niat lucik Marni dan Lisa

    Aku tersenyum kala memasak ditemani kekasih, Mas Adit mengajakku ngobrol hingga tak terasa capek. Kadang kami tertawa bersama karena ada lucunya. Kebersamaan kami di dapur terganggu dengan ulah Risa. Tanpa malu-malu, Risa menepuk bahu belakang Mas Adit. "Mas, perhatian banget sama Mbak Ayu!" canda Risa tertawa. Mas Adit kaget dan refleks berdiri. Aku pun sontak melotot tak senang. "Kamu jadi orang bisa sopan sikit, nggak?" kata Mas Adit ketus. Alamak, kali ini Mas Adit yang sembur Risa. Jangankan Risa, aku pun sampai mendelik mendengar suara Mas Adit. Tapi akui, kekasihku sangat jantan. Mas Adit memang tak suka perempuan gatal seperti itu. "Sudah sana kamu pergi, Risa! Bukankah kalian sedang istirahat," timpalku mengusirnya. "Halah, Mbak! Mentang-mentang orang kaya baru aja sombong! Baru dipegang sikit aja udah galak, Mas!" kekeh Risa sambil kedipan mata. Aku mendengus kesal, Mas Adit berjalan menghampiriku dan berdiri di sampingku. Lalu membantuku agar cepat selesai. Kami berd

DMCA.com Protection Status