Share

Dipenjara

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2024-05-03 10:19:38

POV Author

Saat masih dalam kamar mayat itulah, terbuka pintu dari luar. Kemudian terdengar suara keras bersamaan masuk beberapa pria berseragam.

"Itu dia orangnya yang sudah membunuh, Pak!" ujar pria gembul itu menunjuk Lucky.

Lucky dan kedua orang tua Maya terkejut dengan kedatangan polisi. Beberapa pria berseragam itu segera berlari mendekati Lucky dan menangkapnya, tanpa perlawanan dari pelaku.

Tangan Lucky segera diborgol dan dibawa keluar. Ramai para pengunjung rumah sakit berkerumun ingin tau. Komandan polisi lalu bertanya pada orang tua Maya.

"Anda siapanya korban?" tanya komandan polisi.

"Kami orang tuanya, Pak!"

"Berdasarkan saksi mata, kami menangkap pelaku. Jadi, saat interogasi dan sidang nanti kalian wajib datang untuk diminta keterangan!" jelas komandan polisi itu.

Setelah menerangkan polisi itu keluar dengan pria gembul itu. Akan tetapi, orang tua Maya segera memanggilnya. "Tunggu!"

Komandan polisi dan pria gembul itu berhenti dan menoleh. Bapak Maya maju untu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pernikahan bahagia

    Kasus persidangan Mas Lucky pun bergulir. Setelah memberi keterangan di kantor polisi, aku dan Mas Adit hadir di pengadilan sebagai saksi. Turut di temani Ibu dan Om Seno yang ingin melihat langsung jalannya persidangan. Selain kami, datang juga istri pria gembul itu dan juga rekan-rekannya. Menurut kabar pria gembul itu tidak akan diperkarakan. Tapi, orang tua Maya sudah menuntut balik atas perzinahan yang dilakukannya. Malangnya, istri pria gembul itu tidak percaya perbuatan mesum suaminya. Untuk membantu orang tua Maya, aku akan laporkan kepala HRD itu atas kasus korupsi penggelapan uang proyek. Pengacara yang sudah ku sewa juga turut hadir. Selain membantu orang tua Maya, aku ingin meringankan hukuman Mas Lucky. Bagaimanapun dia sudah menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikap dan hidupnya. Begitu hakim masuk, semua yang hadir berdiri memberi hormat. Seperti sidang yang sudah-sudah, kali ini prosesnya juga sama. Jaksa penuntut umum membacakan segala rentetan kejadia

    Last Updated : 2024-05-03
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ekstra part (Tamat)

    Suara azan Subuh mengalun merdu, membangunkan tidurku yang lelap. Saat mataku terbuka kulihat Mas Adit masih tertidur di sampingku. Wajah tampannya begitu sempurna, alis tebal dan hidung mancung ditambah kulit yang bersih. Aku mengelus pipi dan mengecup keningnya. "Mas, bangun! Kita sholat Subuh berjamaah yuk!" bisik ku ditelinga suamiku. "Hum, sudah pagi, Yang?" ujarnya bergumam. Tanpa menunggu Mas Adit yang belum bangun, aku masuk ke kamar mandi duluan membersihkan diri sambil keramas. Saat mandi, aku tersenyum mengingat sebagai pengantin baru mulai ijab qobul, resepsi hingga malam pertama semua berseliwaran dimata. Keluar dari kamar mandi, Mas Adit sudah duduk di tepi ranjang dengan mata mengantuk. Aku terkekeh melihat wajahnya yang masih capek. "Mas, sudah sana mandi keburu siang!" ujarku sambil mengelap rambut yang basah. "Yang, sini peluk dong!" ucapnya manja sambil merentangkan tangannya. "Mandi dulu, Mas! Sholat bareng kita, baru deh peluk," jawabku tersenyum sambil mem

    Last Updated : 2024-05-03
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Dituduh mencuri

    Pagi itu, saat aku sedang menyiram bunga, terlihat seorang wanita tua berdiri celingukan di depan gerbang. Aku pun mengamati dan menghampiri sambil memastikan siapa gerangan. Setelah dekat aku terkejut, wanita itu menatapku dengan senyum lembutnya. Senyum yang selama ini selalu membuatku rindu. "Ibu!" panggilku senang dan memeluknya erat. "Ayu, bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Ibu usai melepas pelukan. "Ayu baik, Bu! Ibu sehatkan, kenapa Ibu kemari?" tanyaku heran sambil memperhatikan keadaannya. "Ibu kangen sama kamu, Yu! Ibu kesepian semenjak ditinggal Bapakmu, jadi Ibu kemari. Apa Ibu boleh menginap beberapa hari di sini?" Mataku berkaca-kaca mendengar penuturan ibu, rasa kasihan gegas menyelinap dalam hatiku. Wanita yang melahirkan diriku kini tampak rapuh sejak belahan jiwanya pergi untuk selamanya. "Boleh, Bu! Ayo kita masuk dulu." Sambil menggandeng tangan ibu, aku mengajaknya masuk ke dalam rumah, beliau hanya membawa tas kecil untuk tempat baju. Belum juga sampai di de

    Last Updated : 2024-02-23
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Rekaman cctv

    "Nggak, nggak mungkin. Saya nggak tau kalung itu ada di tas, besan percayalah!" Ibu tetap pada pendiriannya kalo tidak mencuri kalung mertua. Aku pun percaya ibu tidak mungkin melakukan itu, semiskin dan sesusah apapun beliau tidak pernah berniat mencuri. "Ayu, itu nggak benar! Kamu percayakan kalo Ibu nggak mungkin melakukan itu," rajuk Ibu meminta pembelaan. "Ya, Bu! Ayu percaya." "Ma, Ayu mohon! Ibu memang nggak mencuri kalung. Bukankah Mama sendiri yang melarang Ibu masuk kamar Mama? Ibu juga nggak berani naik ke atas, lalu bagaimana mungkin Ibu tau letak kalung Mama," protesku beralih ke mertua. Mertua cuma mencibir dan tidak mau menerimanya. Aku tidak tau lagi harus bagaimana meyakinkannya, apalagi bukti itu sungguh jelas. Kalung mertua ada di tas Ibu, tapi siapa yang sudah tega melakukan itu?"Dasar pencuri! Sana pergi, bawa ibumu yang miskin itu keluar dari rumah ini!" hardik mertua mengacungkan tangannya ke arah pintu rumah. "Ma, demi Allah! Ibuku nggak ada mencuri kalu

    Last Updated : 2024-02-23
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Menyimpan bukti

    "Lepas, Mas! Aku akan buktikan sendiri dan melapor ke polisi agar Maya dan Mama kamu ditangkap," kataku keras. "Apa kamu bilang, Yu! Seenaknya aja kamu main lapor," sergah Mertua tak terima. "Ya, seharusnya Maya dan Mama ditangkap. Maya yang sudah memfitnah dan sebagai pelaku pencurian serta Mama yang sudah menyeret serta menendang ibuku sampai luka. Rekaman itu cukup untuk memasukkan kalian ke penjara," jeritku menantang mereka. Ketiga manusia zalim itu menciut nyalinya mendengar ancamanku. Mereka yang awalnya angkuh dan zolim terlihat lemas dan tak berdaya. Mereka semua terdiam cukup lama seraya saling memandang satu sama lain tanpa bicara. "Ayu, gini aja! Kita lupakan aja masalah ini. Mama akan maafkan ibumu dan nggak mengusirnya tapi terserah apa ibumu masih mau tinggal di sini atau nggak!" ucap Mertua akhirnya angkat bicara dan melunak. "Iya, Yu! Jangan laporkan Mama ya sayang. Mama sudah tua apa kamu nggak kasihan padanya?" rayu Mas Lucky memegang tanganku. Aku menatap an

    Last Updated : 2024-02-27
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Sang tamu

    Aku tertawa dalam hati, terus sajalah kamu membohongiku Mas. Satu bukti sudah ada di tanganku, tinggal mencari bukti perselingkuhan kalian. Sengaja aku masih menyuruh ibu tinggal di sini untuk memuluskan rencanaku. Ya, aku punya rencana untuk menghancurkan mereka. Jangan mereka pikir selama ini aku diam mengalah itu karena takut. Aku hanya mencari waktu yang tepat dan ibulah yang membuat rencanaku berjalan. Mas Lucky tidak pernah tau siapa aku sebenarnya. Karena sebelum menikah, aku adalah seorang wanita yang bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan. Namun, baru beberapa bulan bekerja karena fitnah seseorang membuatku dipecat. Setelah dipecat, aku membantu ibu berjualan di pasar. Saat itulah aku ketemu dengan Mas Lucky yang sedang belanja. Aku membantunya memilih sayur segar, sejak saat itu dengan berbagai alasan Mas Lucky kerap datang ke pasar. Sebulan perkenalan, Mas Lucky melamar dan mengajakku menikah. Akan tetapi, Mamanya tak merestui hubungan kami. Oleh karena itu kami t

    Last Updated : 2024-02-27
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Masa lalu

    Begitu spesialkah tamu itu sampai harus dimasak begini banyak. Bi Inem tersenyum kala melihatku terbengong di dekat meja. "Non, kenapa bengong?" tegur Bi Inem. "Jarang-jarang Bibi masak menu segini banyak, lauknya juga istimewa. Enak banget, Bi!" pujiku sambil mengambil sepotong daging lalu memakannya. "Biasa aja, Non! Oh iya, Non Ayu ambilkan makan untuk ibu sekarang. Jangan sampai dilihat Nyonya," pinta Bi Inem. "Oke, makasih Bi," ucapku segera mengambil piring beserta nasi dan lauknya. Sengaja aku ambil sepiring lagi lauknya agar Ibu kenyang memakannya. Keluar dapur belum nampak batang hidung mertua. Aman, aku masuk ke kamar ibu dan meletakkan nasi di meja. Aku tuntun beliau ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu. Mengurus ibu dulu sebelum tamu datang, keluar dari kamar mandi kembali aku tuntun. Berpapasan dengan mertua yang akan ke dapur, melihatku menuntun ibu. Kemudian berhenti lalu berkata, "Ingat yang Mama bilang tadi!" tegurnya. Aku mengangguk kemudian membantu

    Last Updated : 2024-02-28
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Kotak misterius

    Tatkala masih asyik melamun, terdengar suara pintu dibuka. Seketika aku menoleh, Mas Lucky masuk dengan ekspresi lesu. Aku hanya mencibir melihatnya, pasti rasa kecewa itu masih bersarang di hatinya. "Kamu kenapa, Mas? Dari tadi mukanya nggak semangat gitu. Apa karena Maya nggak datang?" Mas Lucky menatap tajam, sepertinya perkataanku barusan membuatnya kikuk. "Kamu ngomong apa, kenapa Maya terus yang kamu tanyakan!" ucapnya ketus. "Mas suka Maya, kan? Jujur aja, Mas! Sebenarnya apa yang kamu sukai dari dirinya?" tanyaku sambil mendekat. Mas Lucky semakin salah tingkah, demi menutupi kebohongannya dia berpura-pura melihat ponsel. Aku pun terus menatapnya sambil bersedekap kedua tangan. "Kamu pasti mengirimkan chat sama Maya kan, Mas?" tanyaku lagi. Lama-lama Mas Lucky jengah karena terus aku tanya. Tanpa menjawabku dia malah mengalihkan pembicaraan. "Tadi kamu kenapa pake masker?" "Oh, itu tadi aku hanya nggak ingin kalian malu kalo tamu tau wajahku yang miskin ini," jawabku m

    Last Updated : 2024-03-07

Latest chapter

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ekstra part (Tamat)

    Suara azan Subuh mengalun merdu, membangunkan tidurku yang lelap. Saat mataku terbuka kulihat Mas Adit masih tertidur di sampingku. Wajah tampannya begitu sempurna, alis tebal dan hidung mancung ditambah kulit yang bersih. Aku mengelus pipi dan mengecup keningnya. "Mas, bangun! Kita sholat Subuh berjamaah yuk!" bisik ku ditelinga suamiku. "Hum, sudah pagi, Yang?" ujarnya bergumam. Tanpa menunggu Mas Adit yang belum bangun, aku masuk ke kamar mandi duluan membersihkan diri sambil keramas. Saat mandi, aku tersenyum mengingat sebagai pengantin baru mulai ijab qobul, resepsi hingga malam pertama semua berseliwaran dimata. Keluar dari kamar mandi, Mas Adit sudah duduk di tepi ranjang dengan mata mengantuk. Aku terkekeh melihat wajahnya yang masih capek. "Mas, sudah sana mandi keburu siang!" ujarku sambil mengelap rambut yang basah. "Yang, sini peluk dong!" ucapnya manja sambil merentangkan tangannya. "Mandi dulu, Mas! Sholat bareng kita, baru deh peluk," jawabku tersenyum sambil mem

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pernikahan bahagia

    Kasus persidangan Mas Lucky pun bergulir. Setelah memberi keterangan di kantor polisi, aku dan Mas Adit hadir di pengadilan sebagai saksi. Turut di temani Ibu dan Om Seno yang ingin melihat langsung jalannya persidangan. Selain kami, datang juga istri pria gembul itu dan juga rekan-rekannya. Menurut kabar pria gembul itu tidak akan diperkarakan. Tapi, orang tua Maya sudah menuntut balik atas perzinahan yang dilakukannya. Malangnya, istri pria gembul itu tidak percaya perbuatan mesum suaminya. Untuk membantu orang tua Maya, aku akan laporkan kepala HRD itu atas kasus korupsi penggelapan uang proyek. Pengacara yang sudah ku sewa juga turut hadir. Selain membantu orang tua Maya, aku ingin meringankan hukuman Mas Lucky. Bagaimanapun dia sudah menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikap dan hidupnya. Begitu hakim masuk, semua yang hadir berdiri memberi hormat. Seperti sidang yang sudah-sudah, kali ini prosesnya juga sama. Jaksa penuntut umum membacakan segala rentetan kejadia

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Dipenjara

    POV Author Saat masih dalam kamar mayat itulah, terbuka pintu dari luar. Kemudian terdengar suara keras bersamaan masuk beberapa pria berseragam. "Itu dia orangnya yang sudah membunuh, Pak!" ujar pria gembul itu menunjuk Lucky. Lucky dan kedua orang tua Maya terkejut dengan kedatangan polisi. Beberapa pria berseragam itu segera berlari mendekati Lucky dan menangkapnya, tanpa perlawanan dari pelaku. Tangan Lucky segera diborgol dan dibawa keluar. Ramai para pengunjung rumah sakit berkerumun ingin tau. Komandan polisi lalu bertanya pada orang tua Maya. "Anda siapanya korban?" tanya komandan polisi. "Kami orang tuanya, Pak!" "Berdasarkan saksi mata, kami menangkap pelaku. Jadi, saat interogasi dan sidang nanti kalian wajib datang untuk diminta keterangan!" jelas komandan polisi itu. Setelah menerangkan polisi itu keluar dengan pria gembul itu. Akan tetapi, orang tua Maya segera memanggilnya. "Tunggu!" Komandan polisi dan pria gembul itu berhenti dan menoleh. Bapak Maya maju untu

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Maya tewas

    "Apa kamu bilang?" Mas Lucky akan menaikkan tangannya ke atas, seperti ingin menampar lagi. Tiba-tiba sebuah tangan gembul menghentikan tangan Mas Lucky. "Cukup! Jangan sakiti wanitaku dan anakku!" hardiknya menepis tangan Mas Lucky. Kami semua menoleh ke arah pria itu dan terkejut. Dia kan kepala HRD di perusahaanku, juga pacar gelapnya Maya. Berani benar dia terang-terangan mengaku di hadapan semua orang kalo anak yang dikandung Maya itu anaknya. "Oh, jadi kamu yang sudah menghamili istriku! Dasar tua bangka!" hardik Mas Lucky meninju pria gembul itu hingga tersungkur. Dengan susah payah Maya berdiri dan menghalangi Mas Lucky memukul pacarnya. Namun, Mas Lucky sudah sangat marah hingga saat akan menyerang lagi Maya yang berada di depannya pun terkena pukulan kuat hingga terjatuh. "Aaaawww, aduh!" teriak Maya kesakitan sambil memegang perutnya. Darah merembes keluar mengalir ke kakinya. Kami lagi-lagi terkejut, pria gembul itu segera bangkit dan mendekati Maya. "Aduh, Om! Tolon

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Membuka kedok Maya

    "Tante nggak berhak melarang, awas aja kalo sampai Tante menyakiti Bi Inem, Ayu nggak tinggal diam!" ancamku. Tante Ratna tertawa. "Eh, perempuan miskin jangan belagu jadi orang. Mentang-mentang punya pacar kaya berani main ancam. Berkaca dulu, yang kaya itu pacarnya bukan kamu!" ledek Tante Ratna angkuh. Saat aku mau membalas lagi, Mas Adit mencegah. "Sudah, Yang! Kita pulang aja, nggak perlu memamerkan siapa diri kita. Ntar Tante Ratna akan tau juga." Kulihat Tante Ratna hanya mencibir. Mantan mertuaku itu masih dengan sikap sombongnya. Aku ada akal ingin memberinya kejutan, sambil celingukan ke dalam aku bertanya pada Bi Inem. "Bi, Maya kemana kok nggak nampak?" "Anu, Non Ayu! Maya kalo siang gini sering pergi keluar dan nggak mau berdiam di rumah katanya bosan," jawab Bi Inem sambil melirik majikannya yang mendelik. "Eh, Ayu! Untuk apa tanya-tanya Maya? Menantuku itu nggak seperti kamu, yang cuma ndekam di rumah. Maya keluar untuk menghibur diri biar gak bosenan," cetus Tant

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ke rumah mantan suami

    Esoknya, pagi-pagi setelah sarapan Lik Slamet dan keluarganya mulai berkemas. Ibu masih menyuruh mereka untuk sarapan sebagai etika tuan rumah. Walaupun dengan perasaan malu, mereka tetap makan untuk mengganjal perut di jalan. Saat Bulik Marni dan Risa di kamar berkemas, Ibu memanggil Lik Slamet. "Slamet, ini Mbak ada sedikit pemberian untuk kamu. Ambil, gunakan untuk buka usaha." "Nggak usah, Mbak! Saya nggak enak menerimanya!" tolak Lik Slamet tidak enakan. "Sudah ambil aja, kalo akangmu masih hidup Mbak yakin pasti akan memberimu. Pemberian ini sebagai rasa syukur Mbak dan Ayu dengan kehidupan sekarang. Ambillah, ingat Ayu masih butuh kamu sebagai wali nikahnya nanti," ujar ibu sambil menyerahkan amplop berisi uang. "Terima kasih banyak, Mbak! Saya akan gunakan uang ini dengan baik," kata Lik Slamet terharu dan menyimpannya di saku baju. "Jangan tau Marni dan Risa, bungkusan yang ini baru beri pada istrimu. Semoga hidup kalian semakin bagus nanti." Lik Slamet mengangguk. "Aam

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Diusir ibu

    Kami memesan sebuah cincin nikah yang berbentuk indah dan bermatakan berlian serta seperangkat perhiasan lainnya. Selain itu mengunjungi sebuah percetakan undangan, lagi-lagi Mas Adit menyerahkan pilihan padaku. Setelah itu baru Mas Adit mengajak ke sebuah cafe. Kali ini kami ingin suasana yang beda, aku pun mengiyakan ajakan Mas Adit. Kami menikmati cemilan yang dihidangkan pelayan cafe. Hari ini baru pembukaan, jadi menu yang dihidangkan gratis. Pantas saja, Mas Adit mengajakku kemari rupanya cafe baru diresmikan. "Hai, bro!" panggil seorang pria pada Mas Adit, lalu berjalan mendekat. Mereka saling berjabat tangan. "Kirain kamu nggak datang!" katanya cekikan. "Tentu, aku nggak bakal lupa untuk mendukungmu," jawab Mas Adit sambil menyeruput capuccino. Pria yang belum aku ketahui namanya melirikku kemudian beralih pada Mas Adit. "Siapa dia, bro? Pacar ya?" "Kenalkan, namanya Ayu! Calon istriku. Ayu, ini teman kuliahku dulu, Gerry!" ucap Mas Adit mengenalkan. "Hebat kamu, bro!

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pacar gelap Maya ternyata ....

    Pagi ini aku bersemangat berada di kantor, karena tak perlu melihat wajah kedua orang anak dan ibu itu. Sungguh tamu yang tak tau diri dan buat kesal. Sudahlah, tidak usah dipikirkan dulu, sekarang fokus untuk urusan kantor. "Permisi, Bu!" suara Olivia mengetuk pintu. "Ya, masuk! Ada agenda apa hari ini?" tanyaku sambil meletakkan tas di sisi kanan meja. Olivia menyerahkan beberapa berkas di map. Aku meneliti sebentar, kemudian pandanganku terpaut kontrak kerjasama dengan mister Nicholas. Aku hampir melupakan dirinya. "Gimana perkembangan pembangunan proyek asing itu?" tanyaku menunjukkan berkas pada Olivia. "Oh, lancar aja, Bu! Bagian HRD yang bertanggung jawab atas perekrutan karyawan sudah menjalankan tugasnya dengan baik," jawab Olivia. "Bisa bawakan biodata kepala HRD itu pada saya?" tanyaku ingin mengenal lebih jauh. "Bisa, Bu! Saya akan ambil dulu." Sambil menunggu Olivia, aku membaca berkas lainnya. Tidak ada yang istimewa, semua bagian dari tugas perusahaan. Saat asyi

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Niat lucik Marni dan Lisa

    Aku tersenyum kala memasak ditemani kekasih, Mas Adit mengajakku ngobrol hingga tak terasa capek. Kadang kami tertawa bersama karena ada lucunya. Kebersamaan kami di dapur terganggu dengan ulah Risa. Tanpa malu-malu, Risa menepuk bahu belakang Mas Adit. "Mas, perhatian banget sama Mbak Ayu!" canda Risa tertawa. Mas Adit kaget dan refleks berdiri. Aku pun sontak melotot tak senang. "Kamu jadi orang bisa sopan sikit, nggak?" kata Mas Adit ketus. Alamak, kali ini Mas Adit yang sembur Risa. Jangankan Risa, aku pun sampai mendelik mendengar suara Mas Adit. Tapi akui, kekasihku sangat jantan. Mas Adit memang tak suka perempuan gatal seperti itu. "Sudah sana kamu pergi, Risa! Bukankah kalian sedang istirahat," timpalku mengusirnya. "Halah, Mbak! Mentang-mentang orang kaya baru aja sombong! Baru dipegang sikit aja udah galak, Mas!" kekeh Risa sambil kedipan mata. Aku mendengus kesal, Mas Adit berjalan menghampiriku dan berdiri di sampingku. Lalu membantuku agar cepat selesai. Kami berd

DMCA.com Protection Status