Share

Kembalinya Niko

Author: Alto Rida
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kejadian malam itu benar-benar membuat ku terpukul. Apa yang ku pertahankan selama ini, kini tak berarti lagi. 

Sesuatu yang seharusnya ku berikan kepada suamiku, direnggut paksa oleh seseorang yang tidak aku kenal.

***

Aku telah sampai di kosan. Sekarang pukul lima kurang lima belas menit. Aku mendengar suara adzan berkumandang. Awalnya aku enggan karena aku merasa sangat hina di hadapan-Nya.

Tetapi, ini sebuah kewajiban yang harus kutunaikan. Kemudian aku memaksa untuk tetap berdiri dan melaksanakan kewajiban ku. Aku menangis mengharapkan ampunan-Nya. Aku bertaubat, aku sangat malu dengan keadaanku saat ini.

Masih dalam keadaan menangis dan bersimpuh di sajadahku, aku meringkuk sambil terus meminta ampunan. Sampai akhirnya aku tertidur karena lelah akibat terlalu banyak menangis.

Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat pukul dua belas siang. Tubuhku terasa remuk dan sakit semua. Aku merasa sangat malas. Tapi aku memaksakan diri untuk mandi, lalu sholat dzuhur.

Aku keluar rumah untuk mencari makan. Rasanya malas sekali untuk masak. Aku pergi ke warung dan mengisi perutku di sana. Setelah kenyang aku kembali ke kosan ku.

Drrrttt! Drrtt!

Suara deringan ponselku. Aku masih membiarkannya berdering beberapa kali. Aku masih belum sanggup untuk berbicara dengan seseorang yang kini tengah mencoba menghubungiku.

Dia tak menyerah begitu saja. Akhirnya kuputuskan untuk mengangkatnya agar dia tidak khawatir.

“Hallo, Assalamu'alaikum?” sahutku.

“Wa'alaikum salam. Sayang, kamu lagi apa?” tanyanya. Terdengar suara Niko di sana.

“Aku ... aku baru selesai makan, Kak,” jawabku.

“Dua minggu lagi aku pulang, Sayang. Kamu jemput aku di bandara, ya?” ucap Niko.

DEG!

Seketika kepercayaan diriku menciut. Aku tidak sanggup bertemu dengannya. Pertemuan yang ku impikan selama ini, penantian yang seharusnya dipenuhi dengan kebahagiaan hati, kini berubah menjadi hal yang sangat ingin aku hindari. Aku sangat malu, aku tidak pantas lagi sekarang.

“Sayang, apa kamu mendengarku?” tanya Niko.

“I–iya, Kak,” jawabku terbata.

“Kamu kenapa, Sayang? Ada apa? Apa kamu tidak senang dengan kepulanganku?” tanya Niko terdengar khawatir.

“Ti–tidak, Kak. Aku sangat senang sebentar lagi Kak Niko pulang.” 

“Benarkah? Dua minggu lagi, Sayang … kamu sabar, ya. Pak Yanto nanti akan menjemputmu di kosan lalu kalian akan menjemputku di bandara,” ungkap Niko.

“Iya, Kak.”

“lho, Yank, kamu tidak kerja hari ini?” 

“Tidak, Kak. Aku lagi tidak enak badan,” jawabku bohong.

“Ya sudah. Kamu istirahat ya, sudah minum obat belum?” tanyanya lagi.

“Sudah kok, Kak,” jawabku bohong lagi. Aku berbohong untuk menutupi kebohongan yang lainnya. Bahkan kini untuk memanggilnya sayang saja aku sudah tidak punya muka.

“Ya sudah, istirahat sana. Jaga kesehatan, makan nya jangan sampai telat.” 

“Iya, Kak Niko,” jawabku.

“Ya sudah. Aku tutup teleponnya, ya. Assalamu'alaikum, Sayang?”

“Wa'alaikum salam, Kak.” Panggilan telepon pun terputus.

Aku kembali menangis, meratapi nasibku yang tidak sesuai dengan keinginanku. Harapan untuk menikah dengan orang yang aku cintai sudah tidak ada lagi. Itu sama saja akan membuatku menderita untuk kesekian kalinya karena dia berpikir aku mengkhianatinya.

Dert! Dert!

Ponsel ku kembali berbunyi dan kali ini tertera nama Bu Ningrum di sana. Aku mengusap air mataku lalu mengangkat teleponnya.

“Hallo, Assalamu'alaikum?” jawabku.

“Wa'alaikum salam, Bu Reina. Kenapa Ibu tadi pagi pergi tanpa pamitan sama saya? Ibu pulang tidak diantarkan sama putra saya? Kata pak satpam Bu Reina pergi sangat pagi sekali, kenapa?” tanya bu Ningrum dari seberang sana.

“Em, maaf, Bu, jika saya membuat Ibu khawatir. Saya hanya takut terlambat jika tidak buru-buru pulang.” Aku tidak mungkin menceritakan kejadian tadi malam.

“Ya sudah tidak apa-apa, yang penting Bu Reina tidak kenapa - kenapa. Sore nanti Bu Reina ke rumah, 'kan?” tanya bu Ningrum.

“Ma–maaf, Bu. Saya tidak bisa mengajari Dika lagi,” jawabku.

“Lho, kenapa, Bu Reina? Bukannya Bu Reina bilang akan mengajari anak saya selama dua minggu ke depan? Apa Dika terlalu bandel sampai-sampai Bu Reina tidak mau mengajarnya lagi?” 

“Tidak, Bu. Dika anak yang sangat cerdas.

Maaf saya lupa kemarin. Saya minta maaf, Bu. Saya sudah izin ke pihak sekolah kalau saya akan cuti sementara. Saya ingin pulang kampung. Saya sangat rindu dengan ibu saya.

Saya juga izin kepada Ibu Ningrum untuk menggantikan saya dengan guru yang lain saja.” 

“Memangnya tidak bisa ditunda,ya?” tanyanya terdengar kecewa.

“Maaf tidak bisa, Bu.” Putusku secara mantap.

“Ya sudah kalau itu keputusan, Bu Reina. Saya juga tidak bisa melarang seorang anak yang ingin bertemu dengan ibunya. Kalau begitu Bu Reina sempatkan datang ke sini sebentar, ya? Saya belum memberi upah kemarin.” 

“Tidak usah, Bu, tidak apa-apa. Saya sudah anggap Dika seperti adik saya sendiri, anggap saja saya sedang mengajari adik saya.” 

“Bu Reina baik sekali. Apa perlu saya suruh supir untuk mengantar Bu Reina pulang kampung?” tanya bu Ningrum lagi.

“Tidak perlu, Bu. Saya sudah membeli tiket bus tadi pagi,” ucapku berbohong lagi dan lagi.

“Ya sudah kalau begitu, Bu Reina hati-hati, ya. Salam buat ibu Bu Reina di kampung. Assalamualaikum?” 

“Iya, Bu. Nanti saya sampaikan. Wa'alaikum salam.” 

Aku terpaksa berbohong kepada bu Ningrum dan juga pihak sekolah. Aku cuti bukan untuk pulang kampung, tetapi untuk menghindar. Rasanya aku belum siap untuk bertemu dengan mereka semua.

Aku tidak akan mampu jika harus pulang kampung dengan keadaanku yang seperti ini. Aku pasti tidak akan bisa berbohong jika di hadapan ibu. Lebih baik aku menyendiri dulu di sini sampai aku siap untuk kembali. Kembali menjadi gadis yang tidak suci lagi.

***

Seminggu telah berlalu. Setelah kejadian malam itu, aku hanya mengurung diri di kosan. Aku sesekali keluar kosan hanya untuk mencari makan, dan aku juga mematikan ponsel ku.

Pernah sekali Nanda datang dan menjengukku. Dia sangat khawatir dengan keadaanku. Namun aku enggan untuk menceritakan semuanya. Aku terlalu malu untuk mengakui di hadapannya.

Aku tau Niko bingung mencariku, hingga dia menghubungi Nanda. Nanda bilang, Niko akan memajukan jadwal kepulangannya.

Harusnya aku bahagia. Ini adalah waktu yang kutunggu-tunggu. Bertemu dengan pujaan hati setelah sekian lama menanti. Tapi apa daya, keadaan telah berbeda. Aku sudah tidak ada keberanian untuk menemuinya.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu. Aku berdiri dengan malas lalu berjalan ke arah pintu.

Ceklek!

Aku membuka pintu, lalu aku tertegun karena terkejut dengan siapa yang datang. Aku menatap mata yang selama ini aku rindukan. Mata orang yang sangat aku cintai.

Aku segera membalik badan dan menutup pintu itu kembali. Aku belum siap bertemu dengannya, mungkin sampai kapan pun aku tidak akan siap.

“Reina, Sayang? Rein! Reina!” panggilnya terus menerus. Aku hanya bisa menangis pilu dibalik pintu yang kini menghalangi jarak antara aku dan dirinya.

Related chapters

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Kemarahan Niko

    “Tolong buka pintunya, Rein! Kamu kenapa? Kenapa sikap kamu aneh sekali? Apa kamu tidak merindukan aku?” Dia mendorong pintu yang sedang kututup rapat.Suara itu, suara yang sudah seminggu tidak aku dengar. Suara yang hanya bisa ku dengar melalui sambungan telepon kini aku dapat mendengarnya secara langsung. Aku sangat rindu, aku merindukan pemilik suara itu. Rasanya aku ingin memeluk dan melampiaskan kerinduanku selama ini.Namun, seketika rasa bersalahku muncul lagi. Aku tidak bisa membiarkan rasa ini tumbuh dengan lebih hebat lagi.Dia adalah Niko, kekasihku sejak SMA. Orang yang telah membuatku sembuh dari rasa trauma. Orang yang telah membuatku bahagia saat bersamanya.Niko terus mendorong pintu dengan sekuat tenaga hingga akhirnya pintu itu terbuka. Niko langsung memelukku. Aku terus menolak, tapi dia juga semakin mengeratkan pelukannya. Ya, aku sangat merindukannya. Tubuhku serasa ingin pelukan itu lebih lama.Saat Niko memeluk ku, aku merasakan kehangatan yang selama ini aku r

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Pernikahan yang Gagal

    PLAK! PLAK!Suara tamparan terdengar sangat kencang, membuat sang pemilik wajah itu meringis kesakitan. Pak Adijaya menampar Rama berkali kali.“Memalukan! Kamu itu seorang pemimpin, Rama! Bagaimana bisa kelakuan mu seperti binatang!” kesal Pak Adijaya.Bu Ningrum hanya menangis membiarkan suaminya menampar dan memarahi putranya. Karena rasanya memang pantas Rama mendapat perlakuan seperti itu. Anak itu telah mencoreng nama baik keluarganya.“Papa dan mama membesarkan kamu dengan penuh cinta, kenapa kamu membalas kami dengan seperti ini. Apa salah kami, Rama? Sekarang kamu jawab, apa benar yang dikatakan gadis ini?” tanya pak Adijaya pada Rama dengan tegas.Rama hanya mengangguk, membuat orang tuanya tampak lemas dan frustasi.“Kamu telah membuang kotoran di muka mama dan papa, Rama. Sekarang kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan kamu. Nikahi Reina minggu depan!” ucap Bu Ningrum pada Rama. “Rama tidak sengaja melakukan hal itu, Mah! Rama sedang mabuk.” Rama mencoba membela diri

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Terpukul dengan keadaan

    Doorrrr!! Doorrr!!!Suara tembakan mengenai tubuh seseorang sehingga terdengar Niko menghentikan ucapannya saat itu juga. AAAAA!!Bertepatan dengan suara tembakan tersebut, para tamu undangan menjerit dan berteriak histeris karena kaget melihat kejadian tragis yang terjadi di hadapan mereka. Tak terkecuali aku yang juga sukses dibuat terkejut dan penasaran.Aku langsung berdiri untuk memastikan siapa yang terkena suara tembakan itu. Aku shock saat melihat ternyata Niko lah yang tergeletak tidak berdaya di sana. “Kak NIKO!” teriakku sambil berlari dan menangis melihat keadaan Niko yang mengenaskan. Setengah tubuhnya dipenuhi dengan lumuran darah.Aku bersimpuh di sisinya lalu mengangkat kepalanya di pangkuanku. Aku masih menangis sejadi-jadinya. Semua orang mengerubungi kami dengan tangisan, namun semuanya hanya bisa menangis iba karena tidak bisa melakukan apa-apa.“Panggil ambulance sekarang! Kita harus bawa Niko ke rumah sakit sekarang juga!” titah Daffa kepada kami semua dengan r

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Malam Petaka

    Reina Amanda, seorang guru matematika yang sedang berjuang hidup di tengah kerasnya ibukota mengalami nasib nahas yang membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat.Kehidupan Reina sebelumnya berjalan baik-baik saja sebelum kejadian buruk menimpa dirinya. Suatu kejadian yang membuat hidupnya hancur berantakan beserta dengan karir yang tengah Reina bangun dengan susah payah.Kejadian itu bermula saat Reina mengajar les private di rumah salah satu muridnya. Malam itu hujan turun sangat deras dan petir saling bersahutan sehingga menumbangkan pohon-pohon di jalanan. Reina dipaksa menginap oleh sang pemilik rumah. Dan di rumah itulah semua penderitaan Reina dimulai. ***Tengah malam aku terbangun dari tidurku. Aku merasa tenggorokanku sangat kering. Aku haus dan aku memutuskan ke lantai bawah untuk mengambil air minum.Setiap sudut ruangan terlihat sangat gelap, hanya beberapa lampu saja yang masih menyala. Aku turun pelahan-lahan menuju dapur untuk mengambil minum.Setelah

Latest chapter

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Terpukul dengan keadaan

    Doorrrr!! Doorrr!!!Suara tembakan mengenai tubuh seseorang sehingga terdengar Niko menghentikan ucapannya saat itu juga. AAAAA!!Bertepatan dengan suara tembakan tersebut, para tamu undangan menjerit dan berteriak histeris karena kaget melihat kejadian tragis yang terjadi di hadapan mereka. Tak terkecuali aku yang juga sukses dibuat terkejut dan penasaran.Aku langsung berdiri untuk memastikan siapa yang terkena suara tembakan itu. Aku shock saat melihat ternyata Niko lah yang tergeletak tidak berdaya di sana. “Kak NIKO!” teriakku sambil berlari dan menangis melihat keadaan Niko yang mengenaskan. Setengah tubuhnya dipenuhi dengan lumuran darah.Aku bersimpuh di sisinya lalu mengangkat kepalanya di pangkuanku. Aku masih menangis sejadi-jadinya. Semua orang mengerubungi kami dengan tangisan, namun semuanya hanya bisa menangis iba karena tidak bisa melakukan apa-apa.“Panggil ambulance sekarang! Kita harus bawa Niko ke rumah sakit sekarang juga!” titah Daffa kepada kami semua dengan r

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Pernikahan yang Gagal

    PLAK! PLAK!Suara tamparan terdengar sangat kencang, membuat sang pemilik wajah itu meringis kesakitan. Pak Adijaya menampar Rama berkali kali.“Memalukan! Kamu itu seorang pemimpin, Rama! Bagaimana bisa kelakuan mu seperti binatang!” kesal Pak Adijaya.Bu Ningrum hanya menangis membiarkan suaminya menampar dan memarahi putranya. Karena rasanya memang pantas Rama mendapat perlakuan seperti itu. Anak itu telah mencoreng nama baik keluarganya.“Papa dan mama membesarkan kamu dengan penuh cinta, kenapa kamu membalas kami dengan seperti ini. Apa salah kami, Rama? Sekarang kamu jawab, apa benar yang dikatakan gadis ini?” tanya pak Adijaya pada Rama dengan tegas.Rama hanya mengangguk, membuat orang tuanya tampak lemas dan frustasi.“Kamu telah membuang kotoran di muka mama dan papa, Rama. Sekarang kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan kamu. Nikahi Reina minggu depan!” ucap Bu Ningrum pada Rama. “Rama tidak sengaja melakukan hal itu, Mah! Rama sedang mabuk.” Rama mencoba membela diri

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Kemarahan Niko

    “Tolong buka pintunya, Rein! Kamu kenapa? Kenapa sikap kamu aneh sekali? Apa kamu tidak merindukan aku?” Dia mendorong pintu yang sedang kututup rapat.Suara itu, suara yang sudah seminggu tidak aku dengar. Suara yang hanya bisa ku dengar melalui sambungan telepon kini aku dapat mendengarnya secara langsung. Aku sangat rindu, aku merindukan pemilik suara itu. Rasanya aku ingin memeluk dan melampiaskan kerinduanku selama ini.Namun, seketika rasa bersalahku muncul lagi. Aku tidak bisa membiarkan rasa ini tumbuh dengan lebih hebat lagi.Dia adalah Niko, kekasihku sejak SMA. Orang yang telah membuatku sembuh dari rasa trauma. Orang yang telah membuatku bahagia saat bersamanya.Niko terus mendorong pintu dengan sekuat tenaga hingga akhirnya pintu itu terbuka. Niko langsung memelukku. Aku terus menolak, tapi dia juga semakin mengeratkan pelukannya. Ya, aku sangat merindukannya. Tubuhku serasa ingin pelukan itu lebih lama.Saat Niko memeluk ku, aku merasakan kehangatan yang selama ini aku r

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Kembalinya Niko

    Kejadian malam itu benar-benar membuat ku terpukul. Apa yang ku pertahankan selama ini, kini tak berarti lagi. Sesuatu yang seharusnya ku berikan kepada suamiku, direnggut paksa oleh seseorang yang tidak aku kenal.***Aku telah sampai di kosan. Sekarang pukul lima kurang lima belas menit. Aku mendengar suara adzan berkumandang. Awalnya aku enggan karena aku merasa sangat hina di hadapan-Nya.Tetapi, ini sebuah kewajiban yang harus kutunaikan. Kemudian aku memaksa untuk tetap berdiri dan melaksanakan kewajiban ku. Aku menangis mengharapkan ampunan-Nya. Aku bertaubat, aku sangat malu dengan keadaanku saat ini.Masih dalam keadaan menangis dan bersimpuh di sajadahku, aku meringkuk sambil terus meminta ampunan. Sampai akhirnya aku tertidur karena lelah akibat terlalu banyak menangis.Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat pukul dua belas siang. Tubuhku terasa remuk dan sakit semua. Aku merasa sangat malas. Tapi aku memaksakan diri untuk mandi, lalu sholat dzuhur.Aku keluar rumah untuk

  • Pernikahan yang tak Diinginkan   Malam Petaka

    Reina Amanda, seorang guru matematika yang sedang berjuang hidup di tengah kerasnya ibukota mengalami nasib nahas yang membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat.Kehidupan Reina sebelumnya berjalan baik-baik saja sebelum kejadian buruk menimpa dirinya. Suatu kejadian yang membuat hidupnya hancur berantakan beserta dengan karir yang tengah Reina bangun dengan susah payah.Kejadian itu bermula saat Reina mengajar les private di rumah salah satu muridnya. Malam itu hujan turun sangat deras dan petir saling bersahutan sehingga menumbangkan pohon-pohon di jalanan. Reina dipaksa menginap oleh sang pemilik rumah. Dan di rumah itulah semua penderitaan Reina dimulai. ***Tengah malam aku terbangun dari tidurku. Aku merasa tenggorokanku sangat kering. Aku haus dan aku memutuskan ke lantai bawah untuk mengambil air minum.Setiap sudut ruangan terlihat sangat gelap, hanya beberapa lampu saja yang masih menyala. Aku turun pelahan-lahan menuju dapur untuk mengambil minum.Setelah

DMCA.com Protection Status