“Linnie?" Dia memanggil dengan ragu, jantungnya yang gugup berdetak kencang di dadanya seperti di hari dia bertemu Madeline untuk pertama kalinya di kampus. Dia benar-benar merasa gugup.Jeremy tak tahu apakah dia harus bahagia atau tidak. Tuhan telah memberinya kesempatan untuk bertemu lagi dengan wanita yang paling dicintainya dalam hidupnya, tapi dia tidak bisa melihat apa pun.Madeline memandangi wajah tampan di depannya, ekspresi dinginnya melembut.Dia berjalan ke arah pria itu dengan tenang. "Sepertinya kakimu baik-baik saja."Mendengar suara Madeline, hati Jeremy dipenuhi dengan kepuasan yang tiada tara.Hanya saja kata-kata wanita itu sedikit mengejutkannya.Mungkinkah Linnie datang ke sini khusus untuk melihat apakah cederanya sudah sembuh?Memikirkan hal ini, senyum meluap dari bibir Jeremy, tapi dia hanya senang untuk beberapa detik saat suara dingin Madeline melanjutkan, "Aku tidak mau berhubungan denganmu lagi, jadi aku tidak ingin berhutang budi padamu."Hati Jeremy menj
Madeline tidak bodoh. Tentu saja dia tahu apa yang dimaksud oleh Old Master.Hanya saja dia tak ingin balikan.Madeline mengobrol dengan Old Master di halaman untuk waktu yang lama sementara Jeremy duduk di balkon kamar tidur, mendengarkan suara lembut wanita itu. Dia menikmati kegembiraan saat ini dalam keheningan....Felipe telah menerima laporan dari anak buahnya dan tahu kalau Jeremy menghindari Madeline. Jeremy juga tidak memberi tahu Madeline tentang kebutaannya. Dia cukup puas.Namun, dengan ini dia juga jadi lebih yakin dengan perasaan Jeremy terhadap Madeline dan itu melebihi ekspektasinya.Dia mengira Jeremy akan menggunakan kondisinya untuk mengemis belas kasihan dari Madeline. Dia tak menyangka Jeremy tetap menutup mulut tapi juga secara sadar menghindari Madeline.Tok, tok, tok. Seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.Setelah dia persilakan masuk, seorang wanita perlahan melangkah masuk."Bagaimana?" Felipe langsung bertanya.Wanita itu mengangkat kedua matanya dan men
Madeline ikut Felipe berbelanja. Usai berbelanja, Felipe mengajak Madeline ke sebuah kafe luar ruangan yang terkenal.Begitu melangkahkan kakinya ke teras, Madeline melihat seorang wanita bersandar di pelukan seorang pria tidak jauh di depannya.Dia melihat mereka dengan acuh tak acuh, tapi saat dia hendak memalingkan muka, dia menyadari bahwa pria itu adalah Jeremy.Jeremy sedang memeluk seorang wanita."Ada apa, Eveline?" Melihat Madeline menatap kosong ke arah tertentu, Felipe bertanya dengan nada prihatin.Madeline buru-buru menoleh. "Bukan apa-apa. Aku cuma berpikir kalau kafe ini sangat istimewa."Dia duduk dengan santai, dan saat mengangkat matanya, dia melihat wanita yang tadi dalam pelukan Jeremy. Wanita itu saat ini duduk di hadapan Jeremy.Felicity duduk dengan punggung menghadap Madeline. Madeline tak bisa melihat bagaimana rupanya. Namun, hanya dengan melihat punggung wanita itu, Madeline merasa sikapnya sebagai seorang wanita cukup baik, jadi wajah wanita itu seharusnya j
Jeremy duduk sendirian. Angin musim gugur bertiup dan dia samar-samar mencium sebuah aroma yang familiar di udara.Kemudian, ponselnya berdering, menginterupsi pikirannya.Dia mengangkat panggilan itu dan suara acuh tak acuh Madeline datang dari ujung yang lain. "Mr. Whitman, bisakah kau datang ke kantor catatan sipil pada jam 9 pagi besok?"Setelah terdiam sesaat, Jeremy kemudian menjawab dengan tegas, "Besok, jam 9 pagi. Aku akan menunggumu di kantor catatan sipil tepat waktu.""Oke, sampai besok kalau begitu." Madeline menutup telepon setelah berbicara.Dia memegang ponselnya dan melamun untuk beberapa saat sebelum tersenyum ke wajah Felipe yang sedang mengemudi. "Felipe, maukah kau menemaniku ke kantor catatan sipil besok pagi? Aku tidak ingin ada kecelakaan lagi.""Tentu saja, aku bisa." Felipe sudah pasti setuju dengan gembira.Dia juga telah menunggu hari itu tiba untuk waktu yang lama.Dia tak ingin ada masalah lagi.Saat angin musim gugur berangsur-angsur mengencang, Jeremy me
Madeline spontan bereaksi dan ingin membantu Jeremy, namun pada saat itu juga, seorang wanita keluar dari mobil yang lewat di depannya.Wanita itu berlari ke arah Jeremy lebih cepat darinya dan memegangi lengan pria itu.Madeline berhenti di tempat dan melihat ke punggung wanita itu. Dia tiba-tiba teringat pada wanita yang minum kopi dengan Jeremy kemarin.Dia berdiri diam seolah-olah dia tiba-tiba sampai pada satu kesadaran.‘Jeremy Whitman, ternyata perceraian kita sudah membantumu.’‘Kau sudah punya kekasih baru.’‘Dan aku tak pernah menjadi favoritmu.’Felipe menghentikan mobilnya di depan Madeline. Ketika dia keluar untuk membukakan pintu mobil untuk wanita itu, dia melihat ke arah Jeremy dari penglihatan tepinya saat kedua sudut bibirnya perlahan melengkung ke atas.Kemunculan Felicity yang tiba-tiba mengejutkan Jeremy.Namun, penjelasan Felicity masuk akal. “Aku punya seorang klien yang telah lama mengalami pelecehan mental oleh suaminya dan memiliki beberapa masalah psikologis.
“Tapi apa bagusnya bajingan itu? Cuma modal ganteng saja ya, ‘kan? Katakan padaku, apa kau pernah bahagia setelah menikah dengannya? Tidak pernah, jadi jangan pernah percaya apa yang dia katakan sekarang soal mencintai kamu dan semua omong kosong itu. Dia menipumu. Dia mencoba membalaskan dendam Meredith.”Ava mengomel sebelum akhirnya jatuh tertidur di meja. Dalam keadaan linglung, dia masih berbicara dengan mabuk.“Maddie, jangan pernah melihat ke belakang lagi. Dia tidak mencintaimu. Dia menipu mu…”‘Dia menipuku.’Madeline juga berpikiran sama.Dia menatap Ava dan melihat gadis itu sudah mabuk seperti sigung.“Ava?”“Kau bilang kau akan datang ke sini untuk membantuku mendapatkan kembali ingatan-ingatanku.”Madeline tersenyum dan menghela napas, berpaling untuk melihat sosok-sosok yang lewat di luar jendela. Wajah-wajah energik itu diresapi dengan napas masa muda.Ada juga pasangan-pasangan muda yang bergandengan tangan dan meminum teh susu dari gelas yang sama dengan mesra.Dia me
Panas yang tidak dikenal mengalir melewati setiap sel di tubuh Daniel. Bahkan detak jantung dan pernapasannya telah kehilangan keteraturan normalnya.“Mm…”Ava tidak tahu kalau dia telah mencium bibir Daniel dan bergumam dengan tidak nyaman. Dia mencari posisi yang nyaman, memalingkan wajahnya, dan berbaring di atas tubuh Daniel sebelum melanjutkan tidur.“Maddie, dengarkan aku, jangan pernah menjadi bodoh lagi.“Kau ... benar-benar idiot. Kau cuma melihat Jeremy brengsek itu di matamu. Kau bahkan tidak bisa melihat Dan yang tampan, lembut, baik hati, dan luar biasa…“Apa kau tahu betapa irinya aku padamu, Maddie? Apa kamu tidak penasaran kenapa aku belum mempunyai pacar? Itu karena … karena selama ini, aku menyukai Dan, tetapi Dan cuma punya kamu di hatinya…”Mendengar Ava yang sedang mabuk berkata jujur pada saat ini, Daniel menatap gadis yang sedang tidur dengan berbaring di dadanya itu dengan kaget.Ava sangat mabuk dan kedua pipinya sudah menjadi sangat merah. Di bawah kedua alisn
[Madeline Crawford, aku menyukaimu.]Pengakuan siapa itu?Di pihak lain, Jeremy tetap mengurung diri di kamarnya setelah kembali dari kantor catatan sipil dan mendapatkan akta cerainya.Menyentuh jari manisnya yang kosong, dia tidak tahu apalagi yang bisa dia gunakan untuk merindukan wanita yang dia cintai tapi tak bisa dia dapatkan.Hanya akta cerai sialan ini yang menjadi bukti bahwa Madeline pernah menjadi miliknya dan hanya miliknya.Namun, itu hanya masa lalu…Seminggu berlalu dalam sekedip mata.Jeremy tahu Madeline akan berangkat ke Negara F bersama Jackson hari ini.Mungkin mereka akan kembali lagi nanti, tapi dia tidak tahu kapan.Dia hanya tahu bahwa wanita itu semakin menjauh darinya.Namun, bahkan jika wanita itu sekarang berdiri di depannya, dia tak bisa melihat atau menyentuh wanita itu lagi.Madeline sekali lagi dalam penerbangan ke Negara F. Jackson sedang duduk di sampingnya sementara Felipe menggendong Lilly ke kamar kecil.Sebelum pesawat lepas landas, Madeline tadi