Meletakkan ponselnya, dia bangkit dan membuka pintu. Sepasang matanya bertemu dengan sosok anggun Felipe. Mengenakan jubah tidur putih yang longgar, tulang selangka memikat pria itu samar-samar bisa dilihat melalui bahan tipis jubahnya. Anehnya, Madeline merasa tidak nyaman melihat Felipe dalam penampilan seperti itu meskipun dia tidak merasakan sedikitpun ketidaknyamanan saat melepas kemeja Jeremy sebelumnya. Bagian atas tubuhnya sepenuhnya terbuka saat dia membalut luka pria itu. “Apakah kau datang untuk mengucapkan selamat malam, Felipe?” Dia tersenyum, mengekang pikirannya yang mengembara. Felipe tersenyum tipis dan melangkah masuk. Madeline tak punya pilihan selain melepaskan pegangan pintu, yang kemudian diambil Felipe dan digunakan untuk menutup pintu di belakangnya saat pria itu masuk.Suara pintu tertutup memicu kegelisahan Madeline. “Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku, Felipe?” Madeline tersenyum kecil, berdiri di dekat pintu. Felipe berbalik. Membaca tatap
Dengan terbukanya lapisan luar pakaian tidurnya, hawa dingin mulai masuk. Walaupun terpesona dengan aura yang dikeluarkan Felipe, pikiran Madeline sangat jernih. Dia meraih telapak tangan Felipe yang melayang dan dengan mantap menolak. “Maafkan aku, Felipe, tapi kurasa aku belum siap.” Madeline dengan tegas meloloskan dirinya dari pelukan Felipe.Madeline sekarang merasa jauh lebih mudah untuk bernapas karena jarak di antara mereka telah diperlebar. Menahan ketidaksenangannya, Felipe bangkit dan meminta maaf. “Maafkan aku, Eveline. Aku telah melangkah terlalu jauh.” Madeline menggelengkan kepalanya. “Ini bukan salahmu, ini salahku. Maaf, aku tak dapat mengingat apa yang terjadi dan perasaan yang pernah aku rasakan kepadamu dulu. Itulah mengapa aku…” “Tidak apa-apa." Sambil tersenyum Felipe menghiburnya. “Jangan memaksakan diri, kau akan mengingatnya suatu hari nanti.” “Terima kasih, Felipe.” “Kau tak perlu berterima kasih kepadaku, gadis bodoh. Meskipun kita belum terdaftar di
“Ini rumahku! Buat apa aku bersembunyi darimu?” Karen mendebat. “Aku tak melakukan kesalahan apa pun, jadi kenapa aku harus bersembunyi?” Madeline balik melawan. “Kau…” “Ini rumah Linnie. Dia boleh datang dan pergi sesuka dia. Berhenti bikin masalah.” Jeremy menasihati Karen dengan kesal. Karen menolak untuk menyerah. “Kau sudah bercerai, jadi dia bukan istrimu lagi. Bagaimana bisa ini adalah rumah perempuan itu?” Jeremy melirik Madeline yang tetap cuek sebelum membuka bibir tipisnya. "Dia istriku. Di mata hukum dia masih istriku.” “Apa?” Karen dan Yvonne terperanjat, bahkan Madeline pun tampak kaget. “Apakah ini TKP-nya?" Dua polisi tiba-tiba muncul, menyela Madeline yang kebingungan. Karen segera bergegas ke depan. “Benar, Pak. Aku adalah korbannya, dan aku mencurigai perempuan ini!" Dia menunjuk Madeline. “Dialah yang memukulku. Dia bahkan mencuri dompet dan perhiasanku. Tangkap dia!” Amarah mewarnai kening Jeremy yang berkerut. Dua polisi itu menatap Madeline. “Madeline C
Setelah memberikan pernyataan, Madeline meninggalkan kantor polisi dan menemukan Jeremy menunggunya di dekat pintu masuk. Pria itu berdiri di bawah matahari dengan mata terpejam. Dia sepertinya sedang tenggelam dalam pikirannya. Warna kulit pipinya yang cerah menunjukkan warna kemudaan. Pemandangan serupa tiba-tiba terlintas di benak Madeline, seolah-olah dia juga menatap Jeremy yang berasal dari sekian tahun lalu dari jauh. Dia mencoba memikirkannya lebih dalam, tapi itu hanya mengakibatkan sakit kepala. Dia tahu bahwa ini kemungkinan besar merupakan gejala sisa dari kecelakaan mobil itu. Mungkin hanya setelah dia bisa mengingat semua memorinya, rasa sakit itu akan mereda. Madeline berjalan ke arah pria itu, menyadari bahwa Jeremy sedang menatap cincin kawin di jari manis kirinya. Kedua sudut mata pria itu dipenuhi dengan pemujaan saat sepasang bibirnya melengkung dengan riang. Belum lama berselang, Jermey telah mengklaim dengan pasti bahwa dia adalah istrinya yang sah. Penas
Menatap lekat-lekat sorot mata Jeremy, dia mendapatinya mirip dengan sorot mata dari beberapa tahun yang lalu. Sorot mata yang terlihat seperti kemarahan ketika sebenarnya pria itu takut, gelisah, dan khawatir. Madeline kaget mendapati fakta yang mengejutkan itu. “Kau tidak apa-apa, Linnie?” Jeremy bertanya pelan sambil membantu Madeline berdiri. “Aku tidak apa-apa.” Madeline merapikan kemejanya. “Aku mau kembali dan mengurus Grandpa.” “Aku akan membawamu ke rumah.” “Oke.” Madeline tidak menolak. Dalam perjalanan pulang, pikiran Madeline diganggu oleh tatapan panik Jeremy yang membuat pria itu terlihat seperti sedang marah. Mobil tiba di villa, dan ponsel Jeremy berdering. Pria itu mengangkatnya, dan sepertinya ada masalah mendesak yang harus segera dia tangani. “Aku akan keluar sebentar, Linnie. Abaikan saja apa pun yang dikatakan ibuku.” Dia secara khusus mengingatkan. Madeline mengangguk dan berbalik masuk ke dalam rumah tanpa memberi jawaban. Jeremy mengerutkan kening s
Madeline berbalik dan melihat Jeremy berdiri di dekat pintu masuk. Sementara fakta bahwa Jeremy telah balik ke rumah mengejutkannya, dia memastikan bahwa ekspresinya tidak menunjukkan apa-apa. Dia tak peduli apakah Jeremy mendengar kata-kata yang dia ucapkan. “Jeremy! Kau dengar apa yang perempuan ini katakan, bukan? Dia mengakuinya! Dia mengaku memukul Aunty Karen! Bagaimana dia bisa begitu kejam? Bahkan setelah melakukan hal seperti itu, dia masih punya nyali untuk bersikap tidak bersalah juga!" Yvonne mengambil kesempatan untuk membuat Madeline terlihat buruk.“Mustahil buatmu untuk tetap percaya kalau dia tak bersalah, ‘kan, Jeremy? Hanya diperlukan sedikit ejekan dariku dan dia mengakui semuanya! Bisa-bisanya dia begitu bengis!” Kemurkaan membara di kedua mata Karen. Jeremy menatap Madeline yang tetap tenang dan perlahan berjalan mendekat. Tatapannya meredup di setiap langkah yang dia ambil, raut wajahnya berubah menjadi sebentuk kekecewaan. “Aku tak percaya kalau itu benar-
“Baiklah.” Madeline mengikuti para polisi itu dengan sikap bermartabat.Saat melewati Jeremy, dia berhenti sebentar dan bertanya dengan ironis, “Ini yang kamu maksud kepercayaanmu yang tak terkekang?” Kedua sudut bibir wanita itu melengkung cantik saat dia terkekeh. Senyumnya yang merekah terpantul di kedua mata Jeremy. Mengingatkannya pada mawar yang mekar—indah, apa adanya, dan mungkin ramah dengan caranya sendiri. Mata Yvonne diam-diam digenangi kegembiraan saat dia melihat polisi membawa Madeline pergi dengan mobil mereka. Karen kembali ke dirinya yang energik seolah awan gelap telah terangkat. Ketika dia berbalik dan melihat Jeremy membuat gerakan untuk pergi, dia segera berlari untuk menghentikan pria itu. “Kau lihat sekarang sifat aslinya, Jeremy? Mustahil kau mengidam-idamkan perempuan seperti itu, ‘kan? Terus kenapa kalau kita menjebak dan menyakiti perempuan itu dulu? Keluarga Whitman tidak berhutang apa pun padanya. Dia pantas menerimanya!” Kenyataan bahwa Karen benar-
Tangan Yvonne berhenti bergerak di saat lampu menyala. “Jadi itu kamu.” Suara teryakinkan terdengar dari belakang. “Walaupun, aku tak menyangka kau tidak cukup sabar untuk bertindak begitu cepat.” “...” Yvonne tak percaya saat mengenali suara itu. Berbalik dengan panik, dia melihat Madeline melangkah anggun ke arahnya sambil tersenyum penuh wibawa. “Madeline Crawford!” Yvonne linglung ketika Madeline perlahan mendekatinya. Tangan yang dia pakai untuk memegang bantal langsung didorong. Dia terkejut karena mengira Old Master Whitman bisa bergerak. Saat dia menoleh untuk melihat, matanya yang ketakutan melihat wajah Jeremy yang memikat!Yvonne tercengang. Dia tak percaya bahwa kedua orang ini ada di ruangan ini bersamanya. Perlahan dia sadar kalau dia telah masuk ke dalam jebakan! Jebakan yang dibuat oleh Madeline dan Jeremy. Mereka baru saja menunggunya mencaplok umpan! Yvonne panik, tapi setelah ingat kalau dia memakai masker dan tidak bisa dianggap benar-benar terbuka, dia me
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka