Dia melihat Jeremy dan Felipe berpapasan. Keduanya sepertinya saling melihat, namun tidak saling menyapa.Felipe berjalan lurus ke arahnya, wajahnya yang anggun, lembut, dan tampan membawa senyuman bagaikan angin musim semi.Sosoknya yang tinggi mendekat dan dengan cepat memblokir punggung Jeremy."Kau menungguku?" Felipe tersenyum lembut. Dia mengulurkan tangannya dan merangkul bahu Madeline sebelum memutar wanita itu.Madeline tersenyum tipis, mengikuti Felipe dan masuk ke dalam rumah. Punggung Jeremy telah mengabur sampai akhirnya menghilang.Di kejauhan, Jeremy berhenti.Dia menoleh ke belakang dan melihat saat Felipe merangkul Madeline. Kedua figur itu terlihat di hadapannya dan seolah-olah ribuan semut telah merayapi jantungnya, menggigitinya dengan liar.Kilauan di matanya perlahan-lahan dilebur oleh tiupan angin sepoi-sepoi.Madeline yang dulu mengejarnya dan pemandangan wanita itu mengaguminya dalam ingatannya sekarang adalah patung pasir abu-abu, perlahan lenyap tertiup angin
Old Master Whitman tidak tahu apa yang ingin Felipe lakukan padanya, tapi dia punya firasat buruk. Namun, beliau yakin Felipe tak akan berani melakukan sesuatu yang ekstrim di siang hari bolong begini.Felipe hanya tersenyum acuh tak acuh sebelum mengeluarkan sebuah foto berukuran empat inci dari saku jasnya.Dia menunjukkan foto itu kepada Old Master, dan sepasang mata foniks hitamnya dipenuhi dengan senyum licik. "Apa kau masih mengenali orang-orang di foto ini? Salah satunya adalah saudara laki-lakimu dan yang lainnya adalah saudari iparmu. Mereka adalah pasangan suami istri yang penuh kasih sayang dengan putra yang berperilaku santun dan penuh pengertian. Mereka adalah sebuah keluarga bahagia dengan karier yang sukses, tapi apa hasilnya?"Felipe berkata dengan nada dingin saat dia menyorongkan foto itu kuat-kuat ke wajah lelaki tua itu. "Mereka hancur karenamu!""Hnghh..."Old Master merintih dengan susah payah, kedua matanya melebar.Felipe menaikkan bibirnya dengan riang. "Ada ap
Dia pergi ke bangsal kakeknya untuk menemani beliau dalam keheningan. Lewat jendela dia menyaksikan langit menjadi gelap saat hatinya tetap tumpul dan hampa cahaya. Bagaimana tidak ketika putranya dan wanita yang paling dia cintai besok akan pergi dengan lelaki lain? Tak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikan itu, karena dia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak akan memaksa wanita itu di luar keinginannya. Dia akan merelakan wanita itu pergi jika itu berarti wanita itu akan menemukan kebahagiaan sejati. Tetap saja, emosi campur aduk saling bertentangan dengan kuat di dalam dirinya mengetahui fakta bahwa dari semua pria, Madeline akan pergi dengan Felipe. “Mad…” Di tengah keheningan, Jeremy mendengar suara serak. Dia mendongak dan senang sekali mendapati kakeknya berbicara lagi! “Mad, Mad…” “Grandpa.” Jeremy bergegas meraih tangan sedingin es kakeknya. “Kau sudah bisa berbicara, Grandpa?” Old Master Whitman menatap Jeremy saat tangannya yang gemetar mencengk
Bandara Glendale. Dengan menggandeng Jackson, Madeline melangkah ke ruang tunggu VIP. Eloise dan Sean mengikuti mereka. Seorang penerima tamu telah membawakan sarapan yang lezat untuk mereka, tapi Madeline tampaknya tidak terlalu berselera. Kegelisahan menggerogoti dirinya, meskipun tak diketahui apa penyebabnya.Eloise bangkit dan pindah duduk di sebelah Madeline sebelum akhirnya menggenggam tangan Madeline setelah beberapa saat merenung. “Eveline.” Dia memanggil putrinya, kedua sudut matanya bertambah panas. “Jaga dirimu baik-baik, Eveline. Dan datanglah ke Glendale kapan pun kau ada waktu…” Dia berhenti sejenak saat matanya bertukar pandang dengan Sean. “Tengoklah Mom dan Dad.” Madeline menyerahkan selembar tisu untuk menyeka air mata Eloise. “Oke.” Eloise merasakan hidungnya terbakar saat memeluk Madeline erat-erat. “Mom benar-benar menyesal, Eveline… Kuharap dirimu tak akan menderita lagi.”Madeline menepuk-nepuk pundak Eloise sambil tersenyum tipis, namun dia merasakan ha
Felipe melingkarkan tangannya ke bahu Madeline. “Ayo pergi, Eveline. Sudah waktunya naik ke pesawat.” “Oke.” Madeline mengangguk dan menggandeng tangan Jackson. “Ayo naik ke pesawat, Jack.” “Tapi Daddy belum sampai di sini.” Jackson cemberut, enggan untuk pergi. “Kita tunggu Daddy sebentar lagi ya, Mom?” Madeline melepaskan diri dari rangkulan Felipe dan menghibur Jack sambil tersenyum kecil. "Kita tidak menunggu Daddy lagi, Jack. Ayahmu terlalu sibuk dengan pekerjaannya.” “Jeremy tidak sibuk dengan pekerjaannya. Dia di rumah sakit menjaga Old Master!" Winston mengatakan yang sebenarnya. Sepasang mata Felipe menggelap melihat Madeline menoleh ke arah Winston dengan kebingungan, mendesak pria itu untuk melanjutkan. “Old Master sedang dirawat di rumah sakit. Dokter memberi tahu kami untuk bersiap menghadapi yang terburuk karena beliau mungkin tidak punya banyak waktu tersisa. Namun, Old Master baru saja terbangun dari koma dan beliau terus memanggil namamu. Jeremy menyuruhku untuk
Madeline berbalik lalu berjalan keluar, meninggalkan Jeremy yang bingung di belakangnya. Itu terasa tidak nyata. “Kenapa kau masih berdiri di situ?” Winston menasihati, berkata, "Kalau kau tak mau dia pergi, ya jangan lepaskan.” Kata-kata itu terdengar familiar. Dia juga pernah bersumpah untuk tidak akan pernah melepaskan wanita itu. Namun sekarang, sepertinya tak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk Madeline kecuali melepaskannya.Angin awal musim panas menyapu pipinya dengan dingin saat Jeremy dengan diam mengikuti Madeline ke jalan yang ramai, sepasang matanya menelusuri punggung sosok itu dengan penuh kerinduan. Madeline berhenti berjalan sebelum dia bisa lebih lama lagi memenuhi dirinya dengan kecantikan wanita itu. Langkah kaki Jeremy juga terhenti. Dia melihat Madeline berbalik, dan dia menyaksikan matahari menyinari fitur-fitur lembut wanita itu, menyelimuti wanita itu dalam selembar cahaya hangat. “Apa yang ingin kau katakan padaku, Linnie?”’ “Aku telah memutuskan kala
Winston telah menasehati Karen untuk tidak menghubungi Yvonne lagi setelah fakta mengenai penganiayaan Yvonne terhadap Old Master terungkap. Namun, tak hanya mengabaikan perintah suaminya dan terus berhubungan dengan Yvonne, mereka berdua bahkan membuat skema baru yang menjijikkan untuk menyakiti Madeline. Winston tidak pernah menyangka mereka bisa begitu keji. Karen berdiri di dekat pintu saat dia melihat Jeremy dan Winston membantu Old Master berbaring. Merenungkan pemikirannya, bagaimanapun, dia memutuskan akan berbicara dengan mereka. “Jeremy, Win, kalian pasti lelah karena kesibukan kalian beberapa hari terakhir ini. Aku akan menjaga Old Master." Dia mengajukan diri, tampak seperti mencoba menebus kesalahannya. Mengabaikan ibunya, Jeremy berbalik dan pergi. Karen memanggilnya, “Jeremy, Jeremy, aku masih ibumu. Bagaimana—” “Kau mengklaim bahwa dirimu tahu tempatmu, tapi mengapa kau melakukannya? Bagaimana bisa kau bergabung dengan keponakanmu untuk menyakiti menantu perem
Madeline baru saja melewati pintu ketika Karen memutuskan untuk melampiaskan amarahnya. Dengan tenang dia menatap Karen tajam. “Apa kau bilang?” “Hentikan kepura-puraan mu, Madeline!” Karen menekan luka berdarah di dahinya. “Kaulah yang baru saja memukulku!” Madeline menatap dahi Karen dan sedikit mengernyit saat melihat luka berdarah itu. Dia menjawab, "Kusarankan dirimu segera pergi ke rumah sakit karena ada yang salah dengan otakmu. Jangan cuma mulai sembarangan menuduh orang.” Dia melepaskan cengkeraman tangan Karen dan berjalan ke arah Old Master yang telah meninggalkan kamarnya. “Kau…” Ekspresi Karen memucat. Mengulurkan tangannya hendak meraih Madeline, dia merasakan kepalanya berdenyut pusing. “Aku di sini, Aunty Karen!” Yvonne berlari masuk, berpura-pura baru saja tiba. Melihat situasi Karen, dia dengan cepat berlari dengan ekspresi panik untuk membantunya. “Apa yang terjadi dengan kepalamu, Aunty Karen? Kenapa kepalamu banyak mengeluarkan darah?” “Apa maksudmu dengan b
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka