Karen tahu betul bahwa peluang telah datang dan dia dengan cepat mencuri desain Madeline. Dia juga memperhatikan laptop di atas meja tamu yang memajang perangkat lunak desain. Dia langsung log masuk ke emailnya di laptop dan mengirimkan manuskrip elektronik dari desain tersebut ke Yvonne. Dia juga menghapus arsip di laptop.Setelah semua kerepotan itu, Karen mengambil segelas air dan menuangkannya ke atas lembaran kertas. Kemudian, dia meletakkan gelas di sudut atas sehingga akan terlihat seolah-olah seseorang secara tidak sengaja menyenggol gelasnya, membasahi tumpukan kertas.Sementara itu, Yvonne sangat senang menerima desain yang dikirimkan oleh Karen.Dia dengan cepat menelpon Karen untuk memastikan bahwa itu adalah desain yang dipilih Madeline untuk mengikuti kompetisi.Yvonne memandang desain itu dengan puas. "Madeline, aku akan mengakui bakatmu. Sayangnya, sebagus apapun gambarmu, itu tetap akan menjadi produkku! Haha!"Dia tertawa terbahak-bahak saat membubuhkan tanda tanganny
Reaksi penonton sangat bertolak belakang dengan para juri karena mereka terlihat terpesona oleh desain itu.Melihat ekspresi para juri dan penonton membuat bibir Yvonne melengkung kegirangan.'Sepertinya desain Yvonne telah mencuri perhatian. Lihat saja orang-orang ini! Rahang mereka semua jatuh ke lantai setelah melihatnya!'Karen yang duduk di antara penonton pun ikut bangga saat mendengar pujian yang diberikan penonton.Tatapannya bertemu dengan tatapan Yvonne, lalu dia menoleh ke arah Madeline yang sedang duduk di area kontestan.Baik Karen maupun Yvonne girang melihat Madeline tercengang.'Hmph, aku yakin dirimu sama sekali tak menyangka ini terjadi, benar, Madeline?’'Kerja kerasmu sekarang menjadi milikku!'"Desainer nomor enam, apa kau yakin ini adalah desain yang kau ajukan untuk kompetisi ini?" Mr. Lewinski, yang sebelumnya didekati oleh Yvonne saat pesta amal, menunjuk ke layar dan bertanya.Yvonne mengedipkan matanya, bertingkah santun sambil mengangguk. "Ya, Mr. Lewinski.
???Setelah mendengar apa yang para juri katakan, ekspresi Yvonne perlahan berubah menjadi jauh lebih buruk.Dia menatap desain yang ditampilkan di layar, mendapatinya sulit untuk dipercaya. Dia linglung selama beberapa detik.'Ini ... ini adalah karya seorang perancang perhiasan terkenal?’'Bagaimana bisa jadi begini?’'Sialan!’'Pasti Madeline yang menyalin karya desainer itu, berencana memasukkannya dalam kompetisi ini!’'Kalau begitu, bukankah itu berarti aku telah menjadi kambing hitam Madeline?!'Itulah yang muncul di benak Yvonne. Marah, dia memelototi Madeline.Madeline duduk di bawah lampu dengan tenang dan elegan. Wajahnya yang menakjubkan tetap terlihat kalem.Mau tidak mau Madeline mengerutkan bibir merah dan seksinya menjadi senyuman saat dia melihat Yvonne memelototinya sambil mengatupkan giginya."Yvonne, berani-beraninya kau mengatakan bahwa ini adalah hasil kerja kerasmu ketika yang kau lakukan hanyalah menyalin karya seorang desainer hebat dan diikutkan dalam kompetis
'Apa?!'Karen tak pernah menyangka kalau Madeline akan dengan berani menyebut dirinya bodoh pada kesempatan seperti ini.Meski statusnya tidak lagi sama seperti sebelumnya, sebagian besar orang di Glendale tahu Madeline adalah istri Jeremy. Dengan demikian, mereka juga akan tahu bahwa bibi yang disebutkan Madeline tidak lain adalah dirinya!Keributan pecah di tempat itu ketika para penonton mulai berdiskusi dengan panas.Jeremy sedang duduk tidak jauh dari situ. Wajahnya tertutup lapisan es tipis meskipun dia tidak berbicara.Eloise dan Sean, yang duduk di depan Karen, berbalik. "Karen, apa kau melakukan sesuatu untuk menyakiti putri ku lagi? Apa maksud pernyataan yang dilontarkan oleh keponakanmu itu?!" Eloise bertanya.Mendengar komentar Eloise, semua orang menyadari bahwa Karen adalah bibi bodoh yang disebutkan Madeline.Menghadapi begitu banyak tatapan curiga, Karen segera berdiri. "Madeline, apa yang kau ocehkan dalam situasi seperti ini? Aku masih ingin menjaga harga diriku meski
"Pantas saja bisnis Tuan Muda Whitman merosot drastis. Mungkin karena memiliki ibu seperti itu!""Tapi, Tuan Muda Whitman memiliki istri yang cakap. Aku yakin itu akan menjadi tugas yang mudah untuk memulai dari awal lagi."Setelah mendengar komentar dari para penonton, Karen mengambil tasnya sambil merasa malu dan kabur dari tempat kejadian.Dia tak punya pilihan selain melarikan diri dari tempat kejadian untuk mencegah penghinaan lebih lanjut."Keamanan, tolong keluarkan orang rendahan ini dari sini. Mari kita lanjutkan kompetisinya." Para juri memelototi Yvonne.Yvonne mengepalkan kedua tinjunya, rasa tidak puas muncul dari lubuk hatinya.“Jangan sentuh aku. Aku bisa jalan sendiri!"Dia marah dan mendorong petugas keamanan. Hanya setelah memelototi Madeline, dia bersedia meninggalkan tempat itu.Jeremy menurunkan pandangannya dan memegang tangan Madeline. "Linnie, kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa mereka berencana melawanmu di belakang punggung mu ?"Madeline tersenyum dan berka
'Kita akan berpisah.'Kalimat yang terdengar familiar itu seperti tombak sedingin es yang menembus jantung Jeremy.Dia teringat kembali pada hari yang menentukan itu tiga tahun yang lalu.Madeline telah kehilangan penglihatannya dan datang ke upacara pertunangan nya dengan Meredith.Pada saat itu, wanita itu sudah sakit parah dan berada di ambang kematian.Namun, Madeline mengumpulkan setiap kekuatan yang tersisa di dalam dirinya untuk menopang tubuhnya sendiri dan berkata kepadanya dengan tegas, "Jeremy, terima kasih telah datang ke dalam hidupku. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang telah kamu berikan padaku dulu. Namun, dengan ini aku kembalikan semuanya kepadamu, termasuk abuku. Mulai hari ini dan seterusnya, kita tidak saling berhutang budi lagi. Kuharap aku tidak akan bertemu denganmu di kehidupan selanjutnya…"Sekarang, wanita itu mengucapkan kalimat yang sama.Dia merasakan sebuah jepitan hatinya. Jeremy menatap wajah cantik Madeline, tak bisa berkata-kata.'Linnie, kau
Madeline mengambil kesempatan untuk mengusir Jeremy dan menambahkan dengan nada yang jauh lebih dingin, "Aku tidak ingat apa yang terjadi sebelum aku kehilangan ingatanku, dan aku tidak berniat untuk mengingatnya. Sekarang, aku hanya memiliki kebencian terhadapmu, apa kau mengerti? Jangan datang dan cari aku. Aku tak ingin melihatmu lagi."Sepasang mata Madeline tampak dingin saat dia berbalik tanpa ampun. "Ayo pergi, Felipe.""Baiklah." Felipe bersikap sebagai pria sejati saat membukakan pintu untuk Madeline. Sebelum masuk ke dalam mobil, Felipe melirik Jeremy yang diam di tengah angin kencang. Mata Felipe berbinar-binar seolah baru keluar sebagai pemenang.Blaaar!Badai pertama mendarat di malam pertama musim panas.Mereka yang tidak berpayung berlari untuk menghindar dari hujan, kecuali Jeremy yang jiwanya telah meninggalkan tubuhnya. Dia masih berdiri di tengah hujan.Matanya menjadi lembap saat dirinya basah kuyup diguyur air hujan.Dia memejamkan matanya rapat-rapat dan hanya mel
"Linnie! Linnie!"Di tengah kebingungannya, Madeline mendengar seseorang memanggilnya dengan gugup.Dia berusaha keras membuka kedua matanya namun semua usahanya berakhir dengan sia-sia.Setelah kehilangan kesadarannya, Madeline memulai mimpi panjangnya.Di sebuah daerah bersalju, dia bermimpi dirinya tenggelam di danau sedingin es. Dia tak bisa berenang dan berjuang untuk memanjat ke tepian. Jeremy ada di sana, berdiri di tepi danau.Pria itu berdiri tegak dan perkasa. Seulas senyum tak acuh terpampang di wajahnya yang menawan.Madeline berteriak, "Selamatkan aku, Jeremy!"Pria itu tidak bergerak sedikitpun dan bahkan menatapnya dengan hina.Cahaya tipis harapan yang Madeline pegang menghilang sedikit demi sedikit saat dia terus tenggelam lebih dalam ke dalam danau yang dingin.Menghadapi situasi putus asa seperti itu, dia melihat Meredith memeluk Jeremy. Mereka berdua bermesraan di depannya.Madeline merasakan jantungnya langsung tenggelam ke dasar danau. Pada saat itu, dia bisa deng