Pekikan tajam Meredith menyerbu gendang telinga Madeline.Madeline merasakan sesuatu menarik hati nuraninya, tapi dia tidak berhenti berjalan.Meredith menjadi sangat marah ketika melihat Madeline tidak terpengaruh oleh perkataannya. Kemudian, dia berteriak lebih histeris, “Madeline, kamu menginvestasikan emosimu ke orang yang salah! Kau pikir dirimu berhubungan dengan anak laki-laki dari pantai itu, tapi kenyataannya, Jeremy bukanlah anak itu! Bukan dia!”“Dia tidak ingat pernah membuat janji karena dia bukan anak laki-laki itu! Itulah mengapa dia menyiksa dan menodaimu dengan sangat kejam! Apa kau pikir dia memperlakukanku dengan baik dulu karena dia mengira diriku adalah kamu? Ha ha ha! Tidak! Itu karena dia benar-benar mencintaiku! Dia hanya baik kepadamu sekarang agar dia bisa membalaskan dendamku!”“Madeline, selama bertahun-tahun kau telah mencari anak laki-laki itu dan pada akhirnya, kau tetap mendapatkan orang yang salah! Kau bahkan mengecewakan anak laki-laki yang berjanj
Jeremy menaikkan tatapan dinginnya dan menusukkannya ke hati Meredith yang dipenuhi gairah dan pengharapan.“Aku hanya mencintai satu wanita dalam hidup ini dan wanita itu adalah Linnie. Adapun dirimu, apa menurutmu pria manapun akan menyukai perempuan jahat dan hina sepertimu?”“Heh!” Meredith tertawa getir. Kemudian, dia mengepalkan tinjunya. Matanya juga dipenuhi dengan kecemburuan dan kebencian. “Baiklah, jawaban yang blak-blakan. Begitu blak-blakannya hingga akan membuatku mati dengan sisa-sisa kesedihan!”Dia menggigit bibirnya kuat-kuat hingga merobek dagingnya. Dia tidak melepaskan nya bahkan ketika darah mulai mengalir dari lukanya.Jeremy tidak tertarik melihat Meredith dalam keadaan yang menyedihkan ini, jadi dia bertanya dengan tidak sabar, "Aku tak punya waktu untuk dibuang dengan percuma. Cepat katakan.”Meredith menertawakan dirinya sendiri dengan getir ketika Jeremy menolak untuk melihatnya. “Jeremy, aku akan mati besok. Kenapa kamu tidak mau menatapku? Apakah aku begit
Madeline berlutut dan mengambil benda yang terjatuh di lantai itu. Dia lebih cepat dari Felipe."Kenapa benda ini ada padamu?" Madeline mengerutkan kening saat kedua matanya dilintasi rasa ingin tahu dan rasa heran.Felipe dengan tenang mengambil kerang warna-warni dari tangan Madeline dan menggenggamnya erat-erat di tangannya. “Lebih dari sepuluh tahun yang lalu di pantai Bukit April, ada seorang gadis kecil yang menghadiahkan kerang warna-warni ini kepadaku. Dia bahkan mendoakanku agar selalu berbahagia dan berharap dia bisa bersamaku selamanya."Felipe berkata sambil menatap dalam-dalam kedua mata Madeline, memperlihatkan sepasang bola matanya yang memancarkan rasa kesepian dan kesedihan."Namun, lebih dari sepuluh tahun kemudian, gadis itu jatuh cinta dengan pria lain.""Apa maksudmu?” Mata Madeline membelalak setelah mendengar kata-kata Felipe.Dia menatap wajah tampan Felipe di depannya, tercengang. Pikirannya dilintasi ingatan tentang Meredith yang menyalak padanya di penjara."
"Stop ... jangan bicara lagi. Kepalaku sakit! Jeremy, Jeremy…""Linnie!"Jeremy, yang baru saja kembali dari penjara, tiba di pintu masuk vila dan menyaksikan seluruh pemandangan itu.Madeline memanggil namanya dengan putus asa sementara Felipe memegang kedua tangan wanita itu.Dia buru-buru memarkir mobilnya, bergegas di bawah hujan dengan langkah-langkah lebar, dan memeluk Madeline yang masih bergumam dengan putus asa di pelukannya."Aku disini, Linnie. Jangan takut.” Dia memeluk Madeline. Dia merasa seolah-olah jantungnya ditikam ketika melihat ekspresi menderita di wajah Madeline.Kemarahan menjalari dirinya saat dia berbalik menghadap Felipe dengan tatapan tajam di wajahnya. Kata-kata dingin terlontar dari bibir tipisnya, "Enyah kau. Berhentilah mengganggu istriku. Sebaiknya kau menghilang sekarang juga."Felipe tidak marah dan hanya tersenyum. Sepasang bola mata dinginnya bergeser dari wajah pucat Madeline ke mata Jeremy yang penuh amarah.Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya m
Semua pelayan dan pengawal terbangun dan bergegas keluar, namun tak seorang pun dari mereka bisa menghentikan Jeremy yang memancarkan aura membunuh."Suruh Felipe keluar dan menemui aku." Dia berjalan ke tengah aula dan memelototi semua pengawal yang mengepungnya."Buat apa keributan ini padahal keponakanku yang ingin bertemu denganku?” Suara Felipe terdengar dari atas.Sepasang mata Jeremy yang dingin beralih melihat Felipe tidak bergegas turun.Felipe mengenakan jubah mandi longgar disertai ekspresi riang di wajahnya. "Kalian harus istirahat saat waktunya istirahat. Jangan mengganggu reuniku dengan keponakanku yang menawan.” Dia kemudian menyuruh para pelayan dan pengawal pergi.Sekejap kemudian, hanya ada mereka berdua di aula."Felipe Whitman, apa ini caramu merebut istri seseorang? Dengan terus menerus memberikan tekanan pada Linnie dan membuatnya menderita? Apa kau senang melakukan itu?" Kemarahan muncul dalam kedua bola mata Jeremy saat dia bertanya.Felipe menyeringai, "Aku men
Jeremy membanting sumpitnya ke atas meja.Karen seketika diam. Dia menaikkan pandangannya hanya untuk menemukan bahwa bahkan Old Master pun memelototinya, jengkel karena ketidakpuasan beliau.Madeline, sebaliknya, menawarkan untuk menyeka mulut Old Master sebelum bertemu dengan tatapan Karen. Dia tersenyum dan berkata, "Kurasa pepatah yang mengatakan tentang kepribadian seseorang tidak akan berubah mengacu pada orang sepertimu, ya?"…"Kau tahu bahwa dengan mengatakan omong kosong seperti itu akan membuat semua orang tidak bahagia, tapi kau tetap mengatakannya. Aku tak bisa memahami tindakanmu. Aku ingin tahu apakah kau bodoh atau hanya punya EQ rendah?"Wajah Karen menjadi merah muda. "Kau…""Sudah, diam! Makan sarapan mu!" Winston buru-buru memotong istrinya, tak mengizinkan wanita itu menyelesaikan komentarnya.Namun, Karen tak mau menyerah. Menatap seringai Madeline, dia merasa seolah Madeline sedang mengolok-oloknya.Marah, Karen mengambil tasnya dan pergi keluar tanpa menghabis
Karen bergegas kembali ke villa setelah berdiskusi secara cermat dengan Yvonne di kondominium.Dia melihat Madeline turun dari lantai atas ketika dia memasuki villa. Dia tersenyum dan menyapanya seperti tidak terjadi apa-apa untuk mencegah Madeline mencurigainya."Menantuku," panggil Karen. "Aku minta maaf atas apa yang terjadi pagi tadi. Kau benar, aku adalah orang dengan EQ rendah. Aku tidak pandai berbicara, jadi tolong kata-kataku jangan dimasukkan ke dalam hati."Madeline menjawab sambil tersenyum, "Aku tidak akan memasukkan komentar bodoh itu ke hati."Karen tak bisa mentolerir jawaban blak-blakan Madeline. Senyuman di wajahnya membeku saat kemarahan menjalari dirinya. "Madeline, aku meminta maaf kepadamu dengan nada yang menyenangkan, tapi kau menggunakan sikap seperti itu untuk melawanku? Kau—""Sesuatu yang mencurigakan pasti sedang terjadi jika sesuatu yang tidak biasa terjadi. Pernahkah kau mendengar ungkapan itu sebelumnya?" Madeline langsung memotong, mengangkat tatapan ba
Karen tahu betul bahwa peluang telah datang dan dia dengan cepat mencuri desain Madeline. Dia juga memperhatikan laptop di atas meja tamu yang memajang perangkat lunak desain. Dia langsung log masuk ke emailnya di laptop dan mengirimkan manuskrip elektronik dari desain tersebut ke Yvonne. Dia juga menghapus arsip di laptop.Setelah semua kerepotan itu, Karen mengambil segelas air dan menuangkannya ke atas lembaran kertas. Kemudian, dia meletakkan gelas di sudut atas sehingga akan terlihat seolah-olah seseorang secara tidak sengaja menyenggol gelasnya, membasahi tumpukan kertas.Sementara itu, Yvonne sangat senang menerima desain yang dikirimkan oleh Karen.Dia dengan cepat menelpon Karen untuk memastikan bahwa itu adalah desain yang dipilih Madeline untuk mengikuti kompetisi.Yvonne memandang desain itu dengan puas. "Madeline, aku akan mengakui bakatmu. Sayangnya, sebagus apapun gambarmu, itu tetap akan menjadi produkku! Haha!"Dia tertawa terbahak-bahak saat membubuhkan tanda tanganny