Saat dia memanggil nama wanita itu, kelembutan di sepasang mata indah Madeline menghilang dalam sekejap dan digantikan dengan sebuah tepian berduri."Anda?" Dia menatap Jeremy dengan ekspresi serius dan ketidakpastian di matanya. "Di mana tempat ini? Mengapa Anda membawa saya ke sini?"Ketika Jeremy mendengar apa yang Madeline katakan, dia langsung mengerti bahwa Madeline telah menukar identitasnya—identitas yang tidak ada dirinya dalam ingatan wanita ini.Jelas bahwa identitasnya yang ini tidak memiliki ingatan akan identitasnya yang sebelumnya. Kalau tidak, wanita ini tidak akan menatapnya dengan dingin.Jika dia memiliki identitas sebelumnya, dia akan ingat bahwa hubungan mereka berjalan dengan baik selama dua hari terakhir ini.Kegembiraan Jeremy yang berumur pendek seperti kembang api yang bermekaran di langit. Setelah ledakan, yang tersisa hanyalah dingin yang sedingin es.Dalam keadaan linglung, Madeline melepaskan diri dari gandengannya, berbalik, dan pergi.Jeremy kembali sad
Benarkah dia hilang selama dua hari?Mengapa dia tidak ingat kalau dia hilang selama dua hari terakhir ini?Dia hanya ingat Jeremy menariknya dengan paksa di depan mal dan bahwa dia menyaksikan tabrakan mobil. Lalu tiba-tiba, dia ada di sini.Jeremy berdiri di tempat yang sama tanpa bergerak saat dia melihat Felipe perlahan menghilang bersama Madeline di ujung jalan yang ramai.Sentuhan kecemasan dan sikap posesif yang gila diam-diam meluap di matanya yang kesepian.‘Linnie, aku tak akan pernah membiarkanmu lepas dariku lagi.’‘Tak akan pernah.’…Madeline dibawa Felipe pulang ke apartemen.Dalam perjalanan pulang, Madeline masih menggenggam pembatas buku itu di tangannya. Kata-kata Jeremy bergema di benaknya, "Linnie, jika kamu masih menyimpan pembatas buku ini, artinya jauh di lubuk hatimu kamu masih peduli padaku.”‘Tentang apa sih pembatas buku ini?’Setelah memasuki apartemen, Madeline dengan lugas mengajukan pertanyaan kepada Felipe untuk menghilangkan keraguan di hatinya, "Fel
Madeline segera melawan dan menyikut orang di belakangnya.Laki-laki itu itu tidak memblokir sikutannya tetapi malah memeluknya. "Linnie, ini aku."Suara dalam dan berat laki-laki itu menyelinap ke telinganya.Untuk sesaat Madeline tertegun saat dia mencium aroma samar-samar kayu cedar yang familier."Jangan takut, Linnie. Aku tak akan menyakitimu. Aku hanya tak ingin dirimu membuat keputusan yang akan kau sesali seumur hidupmu," kata Jeremy lembut dengan nada bicara meminta dengan rendah hati. "Tolong, maukah kau ikut denganku?”Sepasang alis indah Madeline mengerut. "Lepaskan aku dulu."Ketika Jeremy mendengar apa yang dia katakan, pria itu melepaskannya meski pun enggan.Madeline berbalik dan melihat wajah tampan yang begitu dekat dengan wajahnya. Api di kedua matanya menyala dalam sekejap.Tanpa dia duga, Jeremy melihat api kebencian di mata Madeline dan dia sedikit terkejut.Kepribadian yang mengendalikan tubuh Madeline sebelumnya hanya membencinya dan menghindarinya, jadi mengapa
Jeremy merasa seolah-olah dia akan jadi gila, dan ketenangan awalnya telah lama terlempar keluar jendela.Dia memeluk Madeline seperti orang gila dan terus bersikeras, berkata, "Tidak, Linnie! Kau tidak mencintai Felipe, kau mencintai aku! Sejak pertama kali kita bertemu saat kita masih remaja, akulah satu-satunya pria yang telah memiliki hatimu!"Madeline mendorongnya dengan keras. "Lepaskan aku, Jeremy! Aku tak mungkin jatuh cinta pada bajingan berdarah dingin sepertimu! Lepaskan aku!"Sreet!Tirai kamar pas tiba-tiba terbuka.Saat Ava dan Eloise mendengar suara-suara itu, mereka bergegas masuk. Begitu melihat Jeremy memeluk Madeline saat mereka membuka tirai, Ava bergegas maju dan menarik Jeremy menjauh."Bajingan kau, Jeremy! Apa yang kau lakukan di sini? Lepaskan Maddie sekarang! Lepaskan dia!"Ava memarahi pria itu dan menarik Jeremy pergi dengan paksa."Bajingan kau! Kapan kau akan berhenti menyiksa Maddie?!”Jeremy tertegun mendengar bentakan Ava.‘Menyiksa.’Apakah dia sedang
Malam tanpa cahaya bulan sama gelapnya dengan wadah tinta yang dibalik.Di dalam bar, lampu warna-warni berpendar saat suasana romantis seakan menyelimuti dan menelan semua orang yang masuk. Pada saat ini, dua laki-laki yang duduk di depan meja bar sambil mendentingkan gelas-gelas mereka mengabaikan wanita-wanita seksi yang mendatangi mereka untuk mengobrol.Setelah Daniel mengetahui kondisi Madeline dari Adam, dia menyetir dengan marah untuk menghentikan Jeremy. Dia mengira akan ada perang di antara mereka, tetapi mereka berdua berakhir di bar dan mulai saling menyindir."Sukurin kamu, Jeremy." Daniel mengejek. Dia jarang minum alkohol, tapi hari ini, dia minum beberapa gelas dalam diam."Madeline kecil akhirnya menjadi milik orang lain. Dia tak pernah menjadi milikku." Daniel terkekeh getir dan meminum gelas berikutnya. Cairan dingin masuk ke kerongkongannya dan turun ke dadanya. Terasa menyengat.Dia patah hati lagi.Sikapnya yang biasanya lembut dan elegan hancur berantakan saat se
Satu malam telah berlalu dan dia bahkan tidak bisa tidur. Sepasang matanya yang dalam tampak merah sementara pembuluh darahnya terlihat.Wajahnya yang serius tetap memukau, namun beberapa tanda hilangnya kehidupan juga bisa ditemukan di sana.Hujan terus mengguyur saat tetesan-tetesan air hujan menghantam tanah.Sekitar pukul 09.00, armada mobil pengantin Felipe tiba.Sesaat kemudian, dia menyaksikan Madeline berjalan keluar dari rumah.Wanita itu tampak menakjubkan dalam gaun pengantin putihnya. Dengan riasan di wajahnya, dia tampak bagaikan sebuah karya seni murni sementara tangannya memegang buket bunga segar.Madeline tiba-tiba menyunggingkan seulas senyum lembut, citra gerakan anggunnya jauh mengendap di dalam kedua bola mata Jeremy.Dia mencengkeram setir saat rasa posesif yang kuat muncul di kedua matanya.'Linnie, kau milikku. Selain aku, aku tak akan mengizinkan laki-laki lain memilikimu.'Bibir tipisnya terkatup rapat saat dia mulai mengikuti armada mobil pengantin Felipe.Fe
Jeremy muncul dengan suaranya yang mendominasi.Hanya ada beberapa orang di ruangan, dan mereka semua berbalik untuk melihatnya.Jeremy berpakaian serba hitam, wajahnya memancarkan aura mendominasi.Dia berjalan maju dengan langkah cepat, anggun bagaikan semburan angin. Lalu, dia sudah berada di sebelah Madeline.Jeremy memegang tangan Madeline saat semua orang masih tercengang. "Linnie, jangan menikah dengannya. Kamu adalah istriku. Kamu hanya milikku."Madeline terkejut. Dia membuka mulut mungilnya sedikit, dan ketika dia akan berbicara, Felipe muncul di depannya. Dia menarik Madeline ke sisinya.Dia berhadapan dengan Jeremy dan memperlihatkan ekspresi kaku di wajahnya yang tampan dan berwibawa. "Jeremy, mengingat bahwa kamu adalah keponakanku, aku tidak akan memperpanjang masalah ini jika kamu pergi sekarang.""Memperpanjang masalah ini?" Jeremy mencibir, "Felipe Whitman, menurutmu aku tidak tahu apa yang telah kamu lakukan. Aku pasti mengejutkanmu karena aku masih bisa muncul hidup
Madeline terlihat sangat memukau dalam balutan gaun pengantinnya. Namun, Jeremy dengan egoisnya berharap dirinya adalah satu-satunya orang yang memiliki sisi cantik wanita itu.Madeline mencoba mengingat mengapa dia akhirnya mengenakan gaun pengantin, tetapi tidak membuahkan hasil.Jeremy tahu bahwa ingatan dan sikap Madeline saat ini telah kembali ke masa ketika wanita ini masih sangat mencintainya. Dia merasa bersyukur tapi sakit pada saat yang bersamaan. Dia membawanya ke tempat tidur dan duduk. Tangannya dengan lembut dia sentuhkan di kedua alis indah Madeline sembari berkata, "Linnie, jangan dipikirkan lagi. Kamu tak bisa mengingatnya karena kamu telah kehilangan ingatanmu.""Aku? Kehilangan ingatanku?” Sepasang mata Madeline melebar dalam kebingungan.Jeremy menatapnya dan mengangguk, merasakan sejumput rasa sakit di hatinya. "Linnie, kita menikah enam tahun yang lalu. Hanya saja, ada yang salah dengan ingatanmu dan kamu telah melupakan banyak hal. Dokter berhasil menyembuhkan tu