Malam tanpa cahaya bulan sama gelapnya dengan wadah tinta yang dibalik.Di dalam bar, lampu warna-warni berpendar saat suasana romantis seakan menyelimuti dan menelan semua orang yang masuk. Pada saat ini, dua laki-laki yang duduk di depan meja bar sambil mendentingkan gelas-gelas mereka mengabaikan wanita-wanita seksi yang mendatangi mereka untuk mengobrol.Setelah Daniel mengetahui kondisi Madeline dari Adam, dia menyetir dengan marah untuk menghentikan Jeremy. Dia mengira akan ada perang di antara mereka, tetapi mereka berdua berakhir di bar dan mulai saling menyindir."Sukurin kamu, Jeremy." Daniel mengejek. Dia jarang minum alkohol, tapi hari ini, dia minum beberapa gelas dalam diam."Madeline kecil akhirnya menjadi milik orang lain. Dia tak pernah menjadi milikku." Daniel terkekeh getir dan meminum gelas berikutnya. Cairan dingin masuk ke kerongkongannya dan turun ke dadanya. Terasa menyengat.Dia patah hati lagi.Sikapnya yang biasanya lembut dan elegan hancur berantakan saat se
Satu malam telah berlalu dan dia bahkan tidak bisa tidur. Sepasang matanya yang dalam tampak merah sementara pembuluh darahnya terlihat.Wajahnya yang serius tetap memukau, namun beberapa tanda hilangnya kehidupan juga bisa ditemukan di sana.Hujan terus mengguyur saat tetesan-tetesan air hujan menghantam tanah.Sekitar pukul 09.00, armada mobil pengantin Felipe tiba.Sesaat kemudian, dia menyaksikan Madeline berjalan keluar dari rumah.Wanita itu tampak menakjubkan dalam gaun pengantin putihnya. Dengan riasan di wajahnya, dia tampak bagaikan sebuah karya seni murni sementara tangannya memegang buket bunga segar.Madeline tiba-tiba menyunggingkan seulas senyum lembut, citra gerakan anggunnya jauh mengendap di dalam kedua bola mata Jeremy.Dia mencengkeram setir saat rasa posesif yang kuat muncul di kedua matanya.'Linnie, kau milikku. Selain aku, aku tak akan mengizinkan laki-laki lain memilikimu.'Bibir tipisnya terkatup rapat saat dia mulai mengikuti armada mobil pengantin Felipe.Fe
Jeremy muncul dengan suaranya yang mendominasi.Hanya ada beberapa orang di ruangan, dan mereka semua berbalik untuk melihatnya.Jeremy berpakaian serba hitam, wajahnya memancarkan aura mendominasi.Dia berjalan maju dengan langkah cepat, anggun bagaikan semburan angin. Lalu, dia sudah berada di sebelah Madeline.Jeremy memegang tangan Madeline saat semua orang masih tercengang. "Linnie, jangan menikah dengannya. Kamu adalah istriku. Kamu hanya milikku."Madeline terkejut. Dia membuka mulut mungilnya sedikit, dan ketika dia akan berbicara, Felipe muncul di depannya. Dia menarik Madeline ke sisinya.Dia berhadapan dengan Jeremy dan memperlihatkan ekspresi kaku di wajahnya yang tampan dan berwibawa. "Jeremy, mengingat bahwa kamu adalah keponakanku, aku tidak akan memperpanjang masalah ini jika kamu pergi sekarang.""Memperpanjang masalah ini?" Jeremy mencibir, "Felipe Whitman, menurutmu aku tidak tahu apa yang telah kamu lakukan. Aku pasti mengejutkanmu karena aku masih bisa muncul hidup
Madeline terlihat sangat memukau dalam balutan gaun pengantinnya. Namun, Jeremy dengan egoisnya berharap dirinya adalah satu-satunya orang yang memiliki sisi cantik wanita itu.Madeline mencoba mengingat mengapa dia akhirnya mengenakan gaun pengantin, tetapi tidak membuahkan hasil.Jeremy tahu bahwa ingatan dan sikap Madeline saat ini telah kembali ke masa ketika wanita ini masih sangat mencintainya. Dia merasa bersyukur tapi sakit pada saat yang bersamaan. Dia membawanya ke tempat tidur dan duduk. Tangannya dengan lembut dia sentuhkan di kedua alis indah Madeline sembari berkata, "Linnie, jangan dipikirkan lagi. Kamu tak bisa mengingatnya karena kamu telah kehilangan ingatanmu.""Aku? Kehilangan ingatanku?” Sepasang mata Madeline melebar dalam kebingungan.Jeremy menatapnya dan mengangguk, merasakan sejumput rasa sakit di hatinya. "Linnie, kita menikah enam tahun yang lalu. Hanya saja, ada yang salah dengan ingatanmu dan kamu telah melupakan banyak hal. Dokter berhasil menyembuhkan tu
Felipe masih mengenakan pakaian pengantin pria yang dibuat khusus untuk hari ini.Dia memegang payung saat hujan mulai semakin deras. Dia masih tampak elegan seperti biasanya, tetapi kehangatan tak lagi terlihat di kedua matanya.Madeline menatap Felipe yang berdiri di hadapannya sementara pikirannya berkelap-kelip dengan berbagai kenangan, mengatakan kepadanya bahwa entah bagaimana dia mengenal pria di hadapannya ini.Waktu berlalu di tengah hujan yang terus turun dengan deras, dan Felipe masih memegang payung dan mengenakan tuksedo hitamnya. Dia berjalan ke arah Madeline. "Felipe, kenapa kau di sini?" Suara Jeremy membuat Madeline tersentak dari lamunannya.Dia menaikkan pandangannya dan secara tidak sengaja melihat bibir Felipe melengkung ke atas."Aku di sini bukan untukmu." Tatapan Felipe tertuju pada wajah Madeline, yang kemudian menjadi sangat menenangkan. "Madeline, kau pasti sangat bingung kenapa tadi kamu akan menikahiku di upacara pernikahan itu. Itu karena—""Felipe Whitma
Mereka datang dengan maksud untuk mengetahui keberadaan Madeline, namun mereka malah bertemu dengan Jeremy."Kau benar-benar bajingan, Jeremy. Di mana kau sembunyikan Maddie?" Ava bergegas ke depan Jeremy, cemas dan jengkel.Beberapa detik yang lalu, Madeline masih di ruang tamu, tapi secara kebetulan, dia pergi ke halaman belakang bersama Jackson.Jeremy hendak menjelaskan, tapi Ava yang marah mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara, bersiap menampar Jeremy."Ava!" Daniel dengan cepat menghentikan gadis itu dan menenangkannya, berkata, "Tenang, Ava. Maddie tidak akan mendapat masalah.""Bagaimana aku bisa tenang? Maddie pasti akan mendapat masalah jika dia terus berlama-lama di dekat laki-laki ini! Lepaskan aku, Dan. Aku ingin sekali menghajar bajingan ini!" Ava mengomel lewat gigi-giginya yang terkatup, menatap dengan kedua matanya yang memerah."Kau benar-benar sampah, Jeremy. Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan? Kau berencana untuk membalaskan dendam Meredith! Ber
Jeremy berlutut dengan satu kaki, air mata hampir mengalir dari kedua matanya.Kedua matanya berpendar dengan ketulusan, memancarkan perasaan cinta yang kuat.Madeline mengangguk sambil tersenyum. "Ya, mari kita mulai dari awal lagi."Ava tersentak kembali ke dunia nyata setelah mendengar jawaban Madeline.Dia tak percaya sahabatnya hilang akal melihat perilaku Jeremy.Namun, dia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Madeline sekali lagi kembali ke sisi Jeremy. Bagaimanapun, masa lalu yang berdarah itu masih menyala dengan jelas di benaknya.Terutama dengan fakta bahwa Madeline sebelumnya sangat membenci Jeremy ketika wanita ini belum kehilangan ingatannya.Daniel mengamati dari sudut. Dia tak bisa menjelaskan perasaan lega yang dia rasakan ketika mendengar jawaban Madeline kepada Jeremy.Dia akhirnya mengerti bahwa orang yang bisa sangat menyakiti Madeline adalah orang yang sama yang sangat Madeline cintai.Ava berusaha menghentikan Madeline tetapi ditahan oleh Eloise dan Sean. "Mis
Setelah mendengar anjuran dokter, ekspresi Jeremy menggelap karena dia tak ingin mengambil risiko.Dia takut Madeline tidak hanya tidak akan menjadi lebih baik, tapi wanita itu akan melupakan keberadaannya untuk selamanya.Dia lebih suka wanita itu membencinya daripada ingatan akan dirinya dihapus selamanya.Dalam perjalanan pulang, Jeremy menerima pesan dari Adam. Ada hal-hal yang tidak nyaman untuk dikatakan di ruang praktik. Selain itu, akan lebih baik jika Madeline tidak mengetahuinya.Pesan Adam kepada Jeremy adalah bahwa Madeline saat ini memiliki kepribadian ganda. Salah satunya mencintai Jeremy sementara yang lain menyimpan dendam padanya. Keduanya tidak berada di halaman yang sama dan akan menjadi ekstrem. Hanya dalam keadaan tertentu satu kepribadian tertentu akan diekspresikan.Jeremy sudah mengetahui apa itu keadaan tertentu yang dimaksud Adam.Yaitu saat terjadi hantaman keras atau jika tiba-tiba ada suara tabrakan.Satu-satunya cara untuk membuat Madeline pulih sepenuhnya