Mereka datang dengan maksud untuk mengetahui keberadaan Madeline, namun mereka malah bertemu dengan Jeremy."Kau benar-benar bajingan, Jeremy. Di mana kau sembunyikan Maddie?" Ava bergegas ke depan Jeremy, cemas dan jengkel.Beberapa detik yang lalu, Madeline masih di ruang tamu, tapi secara kebetulan, dia pergi ke halaman belakang bersama Jackson.Jeremy hendak menjelaskan, tapi Ava yang marah mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara, bersiap menampar Jeremy."Ava!" Daniel dengan cepat menghentikan gadis itu dan menenangkannya, berkata, "Tenang, Ava. Maddie tidak akan mendapat masalah.""Bagaimana aku bisa tenang? Maddie pasti akan mendapat masalah jika dia terus berlama-lama di dekat laki-laki ini! Lepaskan aku, Dan. Aku ingin sekali menghajar bajingan ini!" Ava mengomel lewat gigi-giginya yang terkatup, menatap dengan kedua matanya yang memerah."Kau benar-benar sampah, Jeremy. Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan? Kau berencana untuk membalaskan dendam Meredith! Ber
Jeremy berlutut dengan satu kaki, air mata hampir mengalir dari kedua matanya.Kedua matanya berpendar dengan ketulusan, memancarkan perasaan cinta yang kuat.Madeline mengangguk sambil tersenyum. "Ya, mari kita mulai dari awal lagi."Ava tersentak kembali ke dunia nyata setelah mendengar jawaban Madeline.Dia tak percaya sahabatnya hilang akal melihat perilaku Jeremy.Namun, dia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Madeline sekali lagi kembali ke sisi Jeremy. Bagaimanapun, masa lalu yang berdarah itu masih menyala dengan jelas di benaknya.Terutama dengan fakta bahwa Madeline sebelumnya sangat membenci Jeremy ketika wanita ini belum kehilangan ingatannya.Daniel mengamati dari sudut. Dia tak bisa menjelaskan perasaan lega yang dia rasakan ketika mendengar jawaban Madeline kepada Jeremy.Dia akhirnya mengerti bahwa orang yang bisa sangat menyakiti Madeline adalah orang yang sama yang sangat Madeline cintai.Ava berusaha menghentikan Madeline tetapi ditahan oleh Eloise dan Sean. "Mis
Setelah mendengar anjuran dokter, ekspresi Jeremy menggelap karena dia tak ingin mengambil risiko.Dia takut Madeline tidak hanya tidak akan menjadi lebih baik, tapi wanita itu akan melupakan keberadaannya untuk selamanya.Dia lebih suka wanita itu membencinya daripada ingatan akan dirinya dihapus selamanya.Dalam perjalanan pulang, Jeremy menerima pesan dari Adam. Ada hal-hal yang tidak nyaman untuk dikatakan di ruang praktik. Selain itu, akan lebih baik jika Madeline tidak mengetahuinya.Pesan Adam kepada Jeremy adalah bahwa Madeline saat ini memiliki kepribadian ganda. Salah satunya mencintai Jeremy sementara yang lain menyimpan dendam padanya. Keduanya tidak berada di halaman yang sama dan akan menjadi ekstrem. Hanya dalam keadaan tertentu satu kepribadian tertentu akan diekspresikan.Jeremy sudah mengetahui apa itu keadaan tertentu yang dimaksud Adam.Yaitu saat terjadi hantaman keras atau jika tiba-tiba ada suara tabrakan.Satu-satunya cara untuk membuat Madeline pulih sepenuhnya
Tak seorang pun menyangka kalau lelaki tua itu bersuara di saat itu.Itu membuat mulut Yvonne menganga lebar saat wajahnya menjadi pucat pasi.'Bukankah semua orang mengatakan kalau lelaki tua ini sudah lumpuh dan tidak akan bisa berbicara atau berjalan sampai di hari dia merangkak ke kuburannya? Kenapa dia menunjukkan reaksi saat ini?’'Selama ini, aku telah mengutuk dan menghina dia. Tidakkah semuanya akan terungkap?'"Grandpa." Jeremy sangat senang saat dia berbalik dan kembali ke sisi Old Master. "Grandpa, kau bisa bergerak? Apa yang ingin kau katakan?"Kedua mata lelaki tua itu melotot saat beliau mengerahkan seluruh kemampuannya, tapi pada akhirnya mereka tidak mendengar sepatah kata pun keluar dari mulut beliau.Namun, dengan susah payah, beliau mengulurkan jari telunjuk kanannya yang gemetaran dan menunjuk ke depan.Yvonne, yang melihat gerakan itu, dengan cepat mundur selangkah dan mencibir, "Lihat, Jeremy. Grandpa menunjuk ke arah perempuan ini. Grandpa berusaha mengatakan ba
Yvonne menyusul Karen dan memasang wajah khawatir palsu. Kenyataannya, wajahnya menampakkan seringai jahat.Dia pikir Karen akan membuat masalah dengan Madeline. Namun, ternyata bibinya akhirnya datang ke rumah sakit.Dengan jaringan pertemanan yang Karen miliki, dia bisa mendapat info tentang penyakit Madeline.Setelah mengetahui kondisi Madeline dengan detail, dia tertawa. “Haha, sepertinya pelacur itu benar-benar hilang ingatan. Pantas saja tadi dia menyapaku 'Mom' dengan begitu sopan. Ternyata dia sudah kembali ke masa-masa bodohnya!"Karen merasa kesempatannya telah tiba saat dia buru-buru pulang untuk berkemas. Dia keluar dari rumah dan menyeret kopernya ke villa Jeremy dan Madeline.Tepat ketika dia turun dari taksi, dia melihat Jeremy menyalakan mobilnya dan meninggalkan villa.Madeline sedang membersihkan tubuh Old Master Whitman dengan cermat lalu menyelimuti lelaki tua itu agar beliau bisa tidur nyenyak.Dia mendengar bel pintu berbunyi tepat ketika dirinya akan berbicara be
Kemunculan Jeremy yang tiba-tiba membuat Karen dan Yvonne merasa seperti disambar petir.Mereka berdua tersedak daging buah dan mulai batuk-batuk dengan keras sampai wajah mereka merah padam.Madeline mengangkat kedua matanya dan melihat ekspresi gelap Jeremy. Tatapan tajam pria itu menatap tepat ke arahnya.Namun, saat mata mereka bertemu, ekspresi Jeremy berubah dan menjadi lebih tenang."Linnie." Dia meletakkan belanjaan yang baru saja dia beli di supermarket. Dengan patah hati, dia mengambil sapu dari tangan Madeline. "Apa yang kau lakukan, Sayang?""Aku sedang bersih-bersih. Mom bilang dia akan tinggal di sini bersama Yvonne. Aku sudah merapikan kamar tamu.” Madeline menjelaskan sambil tersenyum.Jeremy mengerutkan kening, mengalihkan pandangannya yang dingin ke kedua wanita itu."Enyah sekarang juga!” Tanpa pikir panjang dia mengusir mereka.Karen memasang tampang menyedihkan saat melihat Jeremy geram. "Jeremy, aku ibumu. Ayahmu pergi ke luar negeri lagi demi meminimalisir kerugi
“Lebih baik kita tidak memprovokasi Jeremy sekarang. Kau harus membersihkan tempat ini dan kita akan membicarakannya besok." Karen pergi tanpa menoleh.“...” Yvonne hanya bisa menelan amarahnya dan membersihkan meja sebelum mencuci piring.Setelah Madeline menidurkan Old Master dan Jackson, dia melihat Jeremy menunggunya di pintu ketika dia meninggalkan kamar Jackson.Begitu dia menutup pintu, Jeremy tiba-tiba mengangkatnya.Madeline terkesiap kaget dan spontan melingkarkan kedua lengannya di leher Jeremy.Saat dia menghirup aroma pria itu, wajahnya memanas. Kemudian, dia memejamkan kedua matanya dengan malu-malu.“Aku bisa jalan sendiri, Jeremy. Tolong turunkan aku.”“Tidak mau.” Jeremy menggeleng. Kemudian, dia menatap jauh ke dalam kedua mata Madeline. "Linnie, aku tak akan pernah melepaskanmu selama aku masih bernapas.”Kata-kata Jeremy begitu menyentuh dan membungkus hatinya dengan manis.Madeline tersenyum sambil bersandar di bahu Jeremy. Dia menikmati momen penuh kelembutan yang
Dia menatap Madeline, kedua matanya dipenuhi kegugupan dan kekhawatiran.Namun, Madeline hanya menggelengkan kepalanya. Dia sedikit menurunkan sepasang matanya yang menawan.Jeremy memahami reaksi Madeline.Perlakuan brutalnya terhadap Madeline dulu telah meninggalkan bekas di hati wanita itu, jadi pada saat ini, bukan kepribadiannya yang berubah karena Madeline benar-benar ketakutan.Saat memikirkan hal itu, Jeremy memeluk Madeline erat-erat sambil merasa menyesal.‘Maafkan aku, Linnie. Aku sangat menyesal…’Dia mendekap Madeline dengan lembut dan meminta maaf di dalam hatinya.“Kita sangat sibuk sepanjang hari ini, jadi kamu pasti lelah, Linnie. Kita harus tidur lebih awal.” Jeremy menekan panas di tubuhnya dan tertidur dengan Madeline di pelukannya.Akhirnya, dia bisa tidur nyenyak dengan Madeline dalam pelukannya lagi. Dia merasa seperti sedang bermimpi. Namun, dia berharap mimpi ini bisa bertahan dan dia bisa tinggal di dalam mimpi ini lebih lama.Andaikan bisa, dia tak ingin bang