Madeline terlihat sangat memukau dalam balutan gaun pengantinnya. Namun, Jeremy dengan egoisnya berharap dirinya adalah satu-satunya orang yang memiliki sisi cantik wanita itu.Madeline mencoba mengingat mengapa dia akhirnya mengenakan gaun pengantin, tetapi tidak membuahkan hasil.Jeremy tahu bahwa ingatan dan sikap Madeline saat ini telah kembali ke masa ketika wanita ini masih sangat mencintainya. Dia merasa bersyukur tapi sakit pada saat yang bersamaan. Dia membawanya ke tempat tidur dan duduk. Tangannya dengan lembut dia sentuhkan di kedua alis indah Madeline sembari berkata, "Linnie, jangan dipikirkan lagi. Kamu tak bisa mengingatnya karena kamu telah kehilangan ingatanmu.""Aku? Kehilangan ingatanku?” Sepasang mata Madeline melebar dalam kebingungan.Jeremy menatapnya dan mengangguk, merasakan sejumput rasa sakit di hatinya. "Linnie, kita menikah enam tahun yang lalu. Hanya saja, ada yang salah dengan ingatanmu dan kamu telah melupakan banyak hal. Dokter berhasil menyembuhkan tu
Felipe masih mengenakan pakaian pengantin pria yang dibuat khusus untuk hari ini.Dia memegang payung saat hujan mulai semakin deras. Dia masih tampak elegan seperti biasanya, tetapi kehangatan tak lagi terlihat di kedua matanya.Madeline menatap Felipe yang berdiri di hadapannya sementara pikirannya berkelap-kelip dengan berbagai kenangan, mengatakan kepadanya bahwa entah bagaimana dia mengenal pria di hadapannya ini.Waktu berlalu di tengah hujan yang terus turun dengan deras, dan Felipe masih memegang payung dan mengenakan tuksedo hitamnya. Dia berjalan ke arah Madeline. "Felipe, kenapa kau di sini?" Suara Jeremy membuat Madeline tersentak dari lamunannya.Dia menaikkan pandangannya dan secara tidak sengaja melihat bibir Felipe melengkung ke atas."Aku di sini bukan untukmu." Tatapan Felipe tertuju pada wajah Madeline, yang kemudian menjadi sangat menenangkan. "Madeline, kau pasti sangat bingung kenapa tadi kamu akan menikahiku di upacara pernikahan itu. Itu karena—""Felipe Whitma
Mereka datang dengan maksud untuk mengetahui keberadaan Madeline, namun mereka malah bertemu dengan Jeremy."Kau benar-benar bajingan, Jeremy. Di mana kau sembunyikan Maddie?" Ava bergegas ke depan Jeremy, cemas dan jengkel.Beberapa detik yang lalu, Madeline masih di ruang tamu, tapi secara kebetulan, dia pergi ke halaman belakang bersama Jackson.Jeremy hendak menjelaskan, tapi Ava yang marah mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara, bersiap menampar Jeremy."Ava!" Daniel dengan cepat menghentikan gadis itu dan menenangkannya, berkata, "Tenang, Ava. Maddie tidak akan mendapat masalah.""Bagaimana aku bisa tenang? Maddie pasti akan mendapat masalah jika dia terus berlama-lama di dekat laki-laki ini! Lepaskan aku, Dan. Aku ingin sekali menghajar bajingan ini!" Ava mengomel lewat gigi-giginya yang terkatup, menatap dengan kedua matanya yang memerah."Kau benar-benar sampah, Jeremy. Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan? Kau berencana untuk membalaskan dendam Meredith! Ber
Jeremy berlutut dengan satu kaki, air mata hampir mengalir dari kedua matanya.Kedua matanya berpendar dengan ketulusan, memancarkan perasaan cinta yang kuat.Madeline mengangguk sambil tersenyum. "Ya, mari kita mulai dari awal lagi."Ava tersentak kembali ke dunia nyata setelah mendengar jawaban Madeline.Dia tak percaya sahabatnya hilang akal melihat perilaku Jeremy.Namun, dia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Madeline sekali lagi kembali ke sisi Jeremy. Bagaimanapun, masa lalu yang berdarah itu masih menyala dengan jelas di benaknya.Terutama dengan fakta bahwa Madeline sebelumnya sangat membenci Jeremy ketika wanita ini belum kehilangan ingatannya.Daniel mengamati dari sudut. Dia tak bisa menjelaskan perasaan lega yang dia rasakan ketika mendengar jawaban Madeline kepada Jeremy.Dia akhirnya mengerti bahwa orang yang bisa sangat menyakiti Madeline adalah orang yang sama yang sangat Madeline cintai.Ava berusaha menghentikan Madeline tetapi ditahan oleh Eloise dan Sean. "Mis
Setelah mendengar anjuran dokter, ekspresi Jeremy menggelap karena dia tak ingin mengambil risiko.Dia takut Madeline tidak hanya tidak akan menjadi lebih baik, tapi wanita itu akan melupakan keberadaannya untuk selamanya.Dia lebih suka wanita itu membencinya daripada ingatan akan dirinya dihapus selamanya.Dalam perjalanan pulang, Jeremy menerima pesan dari Adam. Ada hal-hal yang tidak nyaman untuk dikatakan di ruang praktik. Selain itu, akan lebih baik jika Madeline tidak mengetahuinya.Pesan Adam kepada Jeremy adalah bahwa Madeline saat ini memiliki kepribadian ganda. Salah satunya mencintai Jeremy sementara yang lain menyimpan dendam padanya. Keduanya tidak berada di halaman yang sama dan akan menjadi ekstrem. Hanya dalam keadaan tertentu satu kepribadian tertentu akan diekspresikan.Jeremy sudah mengetahui apa itu keadaan tertentu yang dimaksud Adam.Yaitu saat terjadi hantaman keras atau jika tiba-tiba ada suara tabrakan.Satu-satunya cara untuk membuat Madeline pulih sepenuhnya
Tak seorang pun menyangka kalau lelaki tua itu bersuara di saat itu.Itu membuat mulut Yvonne menganga lebar saat wajahnya menjadi pucat pasi.'Bukankah semua orang mengatakan kalau lelaki tua ini sudah lumpuh dan tidak akan bisa berbicara atau berjalan sampai di hari dia merangkak ke kuburannya? Kenapa dia menunjukkan reaksi saat ini?’'Selama ini, aku telah mengutuk dan menghina dia. Tidakkah semuanya akan terungkap?'"Grandpa." Jeremy sangat senang saat dia berbalik dan kembali ke sisi Old Master. "Grandpa, kau bisa bergerak? Apa yang ingin kau katakan?"Kedua mata lelaki tua itu melotot saat beliau mengerahkan seluruh kemampuannya, tapi pada akhirnya mereka tidak mendengar sepatah kata pun keluar dari mulut beliau.Namun, dengan susah payah, beliau mengulurkan jari telunjuk kanannya yang gemetaran dan menunjuk ke depan.Yvonne, yang melihat gerakan itu, dengan cepat mundur selangkah dan mencibir, "Lihat, Jeremy. Grandpa menunjuk ke arah perempuan ini. Grandpa berusaha mengatakan ba
Yvonne menyusul Karen dan memasang wajah khawatir palsu. Kenyataannya, wajahnya menampakkan seringai jahat.Dia pikir Karen akan membuat masalah dengan Madeline. Namun, ternyata bibinya akhirnya datang ke rumah sakit.Dengan jaringan pertemanan yang Karen miliki, dia bisa mendapat info tentang penyakit Madeline.Setelah mengetahui kondisi Madeline dengan detail, dia tertawa. “Haha, sepertinya pelacur itu benar-benar hilang ingatan. Pantas saja tadi dia menyapaku 'Mom' dengan begitu sopan. Ternyata dia sudah kembali ke masa-masa bodohnya!"Karen merasa kesempatannya telah tiba saat dia buru-buru pulang untuk berkemas. Dia keluar dari rumah dan menyeret kopernya ke villa Jeremy dan Madeline.Tepat ketika dia turun dari taksi, dia melihat Jeremy menyalakan mobilnya dan meninggalkan villa.Madeline sedang membersihkan tubuh Old Master Whitman dengan cermat lalu menyelimuti lelaki tua itu agar beliau bisa tidur nyenyak.Dia mendengar bel pintu berbunyi tepat ketika dirinya akan berbicara be
Kemunculan Jeremy yang tiba-tiba membuat Karen dan Yvonne merasa seperti disambar petir.Mereka berdua tersedak daging buah dan mulai batuk-batuk dengan keras sampai wajah mereka merah padam.Madeline mengangkat kedua matanya dan melihat ekspresi gelap Jeremy. Tatapan tajam pria itu menatap tepat ke arahnya.Namun, saat mata mereka bertemu, ekspresi Jeremy berubah dan menjadi lebih tenang."Linnie." Dia meletakkan belanjaan yang baru saja dia beli di supermarket. Dengan patah hati, dia mengambil sapu dari tangan Madeline. "Apa yang kau lakukan, Sayang?""Aku sedang bersih-bersih. Mom bilang dia akan tinggal di sini bersama Yvonne. Aku sudah merapikan kamar tamu.” Madeline menjelaskan sambil tersenyum.Jeremy mengerutkan kening, mengalihkan pandangannya yang dingin ke kedua wanita itu."Enyah sekarang juga!” Tanpa pikir panjang dia mengusir mereka.Karen memasang tampang menyedihkan saat melihat Jeremy geram. "Jeremy, aku ibumu. Ayahmu pergi ke luar negeri lagi demi meminimalisir kerugi