Di saat yang sama, Madeline juga sangat yakin bahwa Meredith-lah dalang di balik hilangnya buku hariannya.“Meredith, kaulah yang mencuri buku harianku dulu. Kau melihat isi di dalamnya dan tahu bahwa Jeremy dan aku memiliki hubungan spesial ketika kami masih remaja. Jadi, kau berpura-pura menjadi aku, merencanakan sebuah tipu daya, dan membuat Jeremy yakin sekali kalau dirimu adalah gadis kecil yang dia beri janji dulu.”Setelah Madeline mengatakan seluruh kebenarannya, sepasang mata Meredith langsung menyipit.Dia tidak membuat alasan, jadi itu sudah termasuk pengakuan secara diam-diam.Menurutnya, tak ada gunanya berdebat lagi karena Jeremy sudah mengetahuinya.Madeline mengepalkan tinjunya, cahaya dingin menerobos keluar dari sepasang mata indahnya. “Kau sangat menyedihkan, Meredith Crawford.”Mendengar itu, Meredith tiba-tiba mengangkat kedua matanya yang bersinar tajam dan menghantamkan tinjunya ke atas meja. "Apa katamu? Madeline, apa katamu?! Kau menyebutku menyedihkan?”“Benar
Sebelum dia bisa menyentuh Madeline, dia ditundukkan oleh dua penjaga penjara.Namun, Meredith tidak berhenti berteriak. Dia menjadi lebih gila dan lebih histeris. “Aku tak akan membiarkanmu dan Jeremy menjadi pasangan! Aku tak akan membiarkanmu melakukan semua yang kau inginkan, Madeline!”“Jeremy milikku, dia milikku! Madeline, siapa kau mau mencuri lelaki-ku? Mengapa perempuan sepertimu bisa mendapat tempat di hati Jeremy selama 18 tahun?! Berani-beraninya kau?!”Delapan belas tahun…Kata-kata yang diteriakkan Meredith tiba-tiba mempercepat detak jantung Madeline.Sebelum dia bisa memikirkannya dengan lebih mendalam, Meredith terus berteriak dengan gila.“Jalang! Dasar jalang! Jika bukan karenamu, orang yang akan membuat Jeremy jatuh cinta pada pandangan pertama pada hari pertama kuliah adalah aku! Kau sengaja berpura-pura menabrak Jeremy untuk menarik perhatiannya! Karena dirimu, Jeremy mengabaikan surat cinta yang kutulis untuknya!”‘Sebelum Meredith berpura-pura menjadi aku, dia
Meredith tiba-tiba tersadar setelah mendengar itu. Baru kemudian dia menyadari bahwa dia baru saja mengungkapkan kebenaran yang seharusnya tidak dia ungkapkan!Buatnya, apa yang dikatakannya adalah hadiah yang luar biasa untuk Madeline, tetapi merupakan ejekan terbesar bagi dirinya sendiri!Ekspresi Meredith tiba-tiba berubah. Dia menyesal dan ingin menarik kembali kata-kata itu, tapi sudah terlambat.Melihat Madeline berbalik dengan anggun, Meredith berteriak panik, “Kembali kau, Madeline! Kembali kau! Apa yang barusan aku katakan adalah kebohongan. Jeremy tidak mencintaimu! Dia tidak mencintaimu sama sekali, dia mencintai aku! Akuuuuu....”Di akhir perdebatan, emosi Meredith benar-benar ambruk.Semakin Meredith ingin menutup-nutupi dan bernalar secara keliru, itu hanya membuat Madeline semakin yakin akan fakta bahwa Jeremy sangat mencintainya dengan begitu dalam.Dalam perjalanan pulang, pikiran Madeline mau tidak mau mengembara. Pikirannya tak bisa beristirahat.Kata-kata yang diuca
Sayang sekali mereka hanya bisa melewatkannya."Daddy, mengapa Mommy tidak datang menemuiku hari ini? Dia bilang dia akan bermain denganku akhir pekan ini." Suara Jackson menarik kembali pikiran Madeline.Dia mengangkat kepalanya dan melihat si kecil menarik kaki celana Jeremy, kepalanya mendongak saat dia bertanya dengan penuh harap.Jeremy mengulurkan tangannya dan mengelus kepala mungil putranya dengan seulas senyum lembut. "Jack, mulai Senin depan, Daddy akan melakukan perjalanan bisnis dan tak akan bisa kembali untuk waktu yang lama. Kamu harus mendengarkan ibumu, oke?""Berapa lama waktu yang lama itu?” Tanya si kecil polos.Jeremy tersenyum enggan. "Kamu akan mengerti saat kamu besar nanti."Jackson mengedip-ngedipkan sepasang matanya yang besar, terang, dan cerdas. "Kalau begitu, aku harus cepat besar agar bisa segera bertemu lagi dengan Daddy.""Sayangku, kamu pintar sekali.” Jeremy memuji. Dia tiba-tiba berlutut dan memeluk Jackson."Daddy, ada apa denganmu?” Jackson berkedip
Untuk sesaat wajah Jeremy diselimuti awan gelap saat gelombang badai terlihat di sepasang matanya yang dalam."Apa kau gila? Tahukah kau apa yang kau katakan?" Matanya bersinar dengan cahaya dingin yang menyilaukan sementara kata-katanya sedingin es. "Dengan kata-katamu itu, kau bahkan tidak pantas menjadi nenek Jack!"Karen merasa panas dingin ketika menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan.Dia buru-buru mengoreksi dirinya sendiri dan melembutkan nadanya. "Jeremy, aku hanya mengatakan hal yang salah karena aku sangat marah, tapi perempuan ini memang menghancurkan keluarga kita saat dia berkolusi dengan Felipe.""Mari kita kesampingkan masalah itu untuk saat ini, tapi dia memang berniat membunuh kakekmu!" Winston memelototi Madeline dengan marah."Linnie tak akan melakukan hal seperti itu," kata Jeremy meyakinkan tanpa ragu-ragu.Madeline tak pernah mengira kalau suatu hari Jeremy akan memilih untuk mempercayainya tanpa ragu, tetapi begitu pria itu mengatakan itu, Madeline menden
Madeline melangkah keluar dari pintu rumah sakit dan perlahan berhenti. Kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. "Tak akan pernah ada hari di mana kau dan aku bisa berdiri bersama lagi."Hati Jeremy seketika hancur menjadi dua bagian ketika mendengar kata-kata itu. Dia menatap punggung Madeline yang ada dalam jangkauan tangannya, tapi dia merasa ada jarak berupa pegunungan dan sungai yang tak berujung di antara mereka."Eveline? Ini benar-benar kamu, Eveline!” Di kejauhan, Eloise memanggil Madeline karena terkejut dan berlari mendekat.Madeline menatap orang yang perlahan mendekat itu, merasa terkejut. Sementara dia masih kebingungan, lelaki kecil dalam pelukan Jeremy bertanya, "Granny, kenapa kamu juga datang ke rumah sakit?"Ada kilatan kekhawatiran di kedua mata Eloise saat dia menjawab, "Tidak apa-apa. Granny dan Grandpa hanya disini untuk pemeriksaan rutin.""Apa kalian berdua sungguh-sungguh baik-baik saja?” Madeline membuka sedikit bibirnya.Melihat Madeline peduli pada dirinya
Saat benturan terjadi, kaca depan mobil langsung pecah berkeping-keping disertai asap mengepul yang muncul dari depan mobil. Roda-roda masih bergesekan dengan keras di aspal jalanan dan kantung udara telah terbuka tepat di saat mobil itu menghantam penghalang.Pada saat itu, Jeremy semakin mengencangkan pelukannya dan berusaha mati-matian melindungi Madeline.Mendengar rengekan lemah dan kesakitan Madeline, Jeremy tak peduli dengan luka-lukanya sendiri dan mengangkat matanya yang dalam yang dipenuhi rasa khawatir untuk mengamati situasi Madeline.Namun, begitu dia melakukannya, dia melihat kedua alis halus Madeline berkerut dalam-dalam dan wajahnya pucat.Yang membuatnya semakin kalut adalah kepala Madeline yang terkulai lemah dan kedua matanya terpejam rapat-rapat.Sejenak pikiran Jeremy kosong, merasakan hatinya telah terjatuh ke palung yang dalam. Matanya melebar saat tangannya yang berdarah karena tersayat kaca jendela mobil, menangkup wajah Madeline yang semakin pucat."Linnie? Li
Eloise dan Sean, yang belum meninggalkan rumah sakit, hampir ambruk saat kaki mereka lemas setelah mengetahui bahwa Madeline dan Jeremy terlibat dalam sebuah kecelakaan mobil.Mereka bergegas ke ruang gawat darurat dan melihat Jeremy yang sedang menunggu di luar. Pria itu duduk tak bergerak di kursi, tangannya masih berlumuran darah.Seluruh tubuhnya tampak membeku, memancarkan udara dingin dan pahit. Mendekati pria itu seolah-olah ditusuk oleh tajamnya sepatu seluncur es di tubuhnya.Eloise masih ingat apa yang terjadi tiga tahun lalu ketika Madeline dibawa ke meja operasi. Jeremy dulu juga seperti ini, ketakutan setengah mati.Eloise akhirnya mengerti sekarang mengapa dulu Jeremy sangat marah padanya dan Meredith. Itu karena dia takut sesuatu terjadi pada Madeline.Sekarang, Eloise juga punya firasat. Dia benar-benar tak mau adegan tiga tahun lalu terulang kembali.Melihat lampu merah masih menyala di luar ruang gawat darurat, hati Eloise dan Sean tegang.‘Madeline, tolong baik-baik