Dokter menatap Jeremy yang terlihat cemas dan menghiburnya dengan ramah. "Pak, Anda tak perlu terlalu khawatir. Tidak ada bahaya yang mengancam nyawa istri Anda dan juga tidak ada goresan ataupun memar di tubuhnya, tapi luka-luka di tangan Anda terlihat lebih serius daripada luka istri Anda.”Jeremy bahkan tidak memperhatikan telapak tangannya yang berdarah. "Punyaku hanya luka permukaan. Aku ingin tahu kondisi istriku. Jika dia baik-baik saja, mengapa dia pingsan dengan tidak nyaman? Bagaimana keadaannya sekarang? Aku mau masuk dan menemuinya!"Sambil berbicara, dia sudah hendak bergegas masuk ke ruang gawat darurat.Tiga tahun lalu, Madeline memasuki ruang gawat darurat dengan cara yang sama dan tak pernah keluar lagi.Peristiwa hari itu meninggalkan luka dan trauma yang tak terhapuskan di hatinya.Dia takut kejadian hari itu akan terulang kembali dan Madeline tak akan pernah keluar lagi setelah memasuki ruangan itu.Dia tidak sanggup menahan rasa sakit itu lagi.Ketika para dokter d
Tidak senang melihat Felipe yang menatap Madeline dengan penuh kasih sayang, Jeremy melangkah maju dan memblokir pandangan Felipe. "Ayo keluar, ada yang ingin kubicarakan denganmu."Felipe tersenyum santai saat mendengar kata-kata Jeremy. Dia kemudian berbalik dan mengikuti Jeremy keluar.Di ujung koridor, Jeremy berkata blak-blakan, "Felipe, kau mungkin bisa menipu Linnie, tapi kau tak bisa menipuku. Kau menggunakan Linnie untuk mencapai tujuanmu."Felipe mendengarkan dengan tenang, tanpa mendebat. Dia malah tersenyum dan berkata, "Benar, aku menggunakan Vera. Jika bukan karena Vera, akan sangat sulit bagiku untuk mendapatkan Whitman Corporation dan Whitman Manor secepat itu."Setelah dia mendengarkan jawaban Felipe yang tanpa penyesalan, Jeremy membengkokkan jari-jarinya dengan buku-buku jarinya yang mulai berderak. "Felipe, kau benar-benar hina."“Hina?" Felipe terkekeh saat arogansi mengalir dari kedua matanya. "Bukankah dirimu juga hina? Kau dulu melukai Vera sampai wanita itu ham
Pertanyaan yang diajukan Madeline mengejutkan semua orang di bangsal."Eveline, aku ibumu." Eloise menunjuk dirinya sendiri sambil terlihat panik. Air mata sudah mengalir dari kedua matanya.Sulit bagi Jeremy untuk mempercayai hal ini. Bahkan lebih sulit lagi untuk dipercaya ketika dia melihat ekspresi bingung dan waspada di wajah mungil yang lembut di depannya.Bagaimana mungkin?Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?Wanita yang sangat mencintainya, yang sama-sama membencinya dan sangat mencintainya, benar-benar melupakannya?Setelah melalui keterkejutan, Felipe menggunakan waktu sesingkat mungkin untuk menata keraguannya. Dia kemudian melengkungkan bibirnya ke atas dan berjalan ke sebelah Madeline sambil tersenyum hangat. "Jangan khawatir, Vera. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu. Mari minta dokter memeriksa kondisimu dulu."Setelah mendengarkan kata-kata Felipe dengan cermat, Madeline menurut dan membiarkan dokter memeriksanya.Jeremy benar-benar tidak ingin mempe
Sambil menghampirinya, Madeline hanya menunjukkan senyuman sopan. "Halo, Mr. Whitman. Saya Vera, tunangan Felipe."Perkenalannya meremukkan hati Jeremy, namun membuat Felipe diam-diam menunjukkan senyum kemenangan.Jeremy memaksa dirinya untuk tenang, namun pada akhirnya dia tak bisa menahan diri dan tiba-tiba memegang tangan Madeline. "Linnie, aku bukan Mr. Whitman. Aku suamimu!"Madeline seketika menarik tangannya kembali dengan paksa ketika mendengar kata-kata itu. Dia memelototinya dengan tidak senang. "Mr. Whitman, tolong hormati saya. Saya ini calon bibi Anda."Kata-kata yang familiar itu kembali melewati gendang telinga Jeremy, menyebabkan hatinya yang sudah babak belur ditaburi garam di atasnya.Darah memenuhi jantungnya saat rasa sakit karena dirobek dan dikoyak membuat napasnya menegang."Jeremy, jangan bercanda. Nanti Vera marah." Felipe berjalan mendekat dan mengingatkan dengan serius.Kedua matanya secara halus bertemu dengan sepasang mata Jeremy yang memancarkan aura perm
Setelah mendengar kata-kata itu, Madeline mau tak mau mengerutkan kedua alisnya.Dia hendak mendorong pintu ketika tangannya yang terangkat digenggam dengan lembut.Madeline menoleh dan melihat senyum hangat Felipe. "Prosedurnya sudah lengkap, ayo pergi."Pria itu menggandengnya dan hendak pergi saat Madeline menahan tangannya. "Felipe, ada seorang wanita di dalam sana yang sedang menindas seorang laki-laki tua.""Kita tak seharusnya mencampuri urusan keluarga orang lain." Felipe mengerut kan kening seakan terganggu, namun tatapannya penuh kasih. "Lagi pula, kita tak tahu duduk perkara situasi itu. Ayo pergi."Madeline kembali melirik ke dalam bangsal. Wajah kejam Yvonne dan sosok menyedihkan yang duduk di kursi roda membuatnya merasa tak senang.Karen mengejar Madeline sampai ke lift, namun sebelum dia punya kesempatan untuk melampiaskan kemarahannya, pintu lift menutup di depan kedua matanya.Dia mengumpat dalam kemarahan, dan saat dia hendak berbalik, pintu lift di sampingnya terbuk
Setelah mengetahui bahwa Madeline telah keluar dari rumah sakit bersama Felipe, meskipun Eloise dan Sean sedikit gugup, mereka tidak terlalu panik.Meskipun mereka tidak mengenal Felipe, mereka cukup yakin kalau Felipe tidak akan menyakiti Madeline....Di pihak lain, Felipe langsung membawa Madeline pulang ke apartemen mereka sebelumnya.Madeline jelas tidak asing dengan apartemen ini. Dia pergi ke kamar tidurnya sendiri, lalu berganti dengan pakaian rumah yang sederhana.Felipe memandang Madeline dengan cermat. Meski dia merasa amnesia adalah hal yang tidak biasa, tingkah laku Madeline memang seolah menunjukkan bahwa wanita itu sebenarnya telah kehilangan sebagian dari ingatannya.Semua kenangan itu terkait dengan Jeremy.Madeline telah benar-benar melupakan Jeremy. Apakah itu cinta atau kebenciannya, wanita itu sama sekali tidak dapat mengingatnya.Bagi Felipe, tentu saja ini hal yang baik.Melihat Madeline tiba-tiba mulai mengemasi pakaiannya, Felipe melangkah maju dengan ragu. "
Eloise dan Sean mendengarkan Felipe memperkenalkan mereka dengan tatapan penuh harap.Madeline membelalakkan kedua mata indahnya karena terkejut. "Orang tua kandungku?"Dia jelas lupa dengan hubungan mereka.Eloise dan Sean tersenyum sembari menahan sakit yang mereka rasakan. "Eveline, kami benar-benar orang tua kandungmu."Melihat tatapan sedih dan tertekan pasangan di depannya, suasana hati Madeline berangsur-angsur menjadi lebih berat.Dia cuma ingat bahwa dirinya hanya memiliki satu kerabat sejak kecil dan kerabat itu adalah Kakek Len.Sejak masih kecil, dia iri dengan anak-anak lain. Dia tak pernah tahu apa itu cinta seorang ayah maupun ibu dan dia tak pernah bisa membayangkan seperti apa wajah kedua orang tuanya.Ternyata seperti ini penampakan mereka."Vera, kamu sudah mengenali kedua orang tua kandungmu sebelum kecelakaan mobil. Nama aslimu adalah Eveline Montgomery." Felipe menjelaskan dengan serius.Madeline berangsur-angsur kembali ke alam sadarnya. Dia mengerutkan kening da
Awalnya, mereka sedikit gugup saat menelepon Felipe.Selain itu, Jeremy sempat mengingatkan mereka bahwa Felipe adalah orang yang berbahaya. Namun, dari apa yang mereka lihat, Felipe tampak seperti pria sejati yang elegan."Terima kasih, Mr. Whitman." Eloise berterima kasih padanya."Sama-sama. Aku hanya berharap untuk kebahagiaan Vera," kata Felipe dengan sedikit jengah, "Tapi tolong jangan menyebut-nyebut keponakanku, Jeremy, di depan Vera."Luka yang ditimbulkan Jeremy pada Vera terlalu dalam. Tak pernah ada satu menit pun dimana Vera bahagia saat bersamanya. Sekarang, karena Vera memilih untuk melupakan Jeremy, itu adalah bukti terbaik bahwa Jeremy yang paling menyakitinya.”"Juga, ketika Vera dan aku berada di Negara F, kami mempunyai seorang putri. Namanya Lilian dan nama panggilannya adalah Lilly.”"Awalnya aku berencana untuk menyelesaikan urusanku disini lalu membawa Vera kembali untuk mendaftarkan pernikahan kami, tapi karena sekarang dia telah bertemu dengan kalian, aku berh