Madeline mengambil benda yang tergeletak di telapak tangan Jeremy.Matanya berkedip saat ingatan itu tiba-tiba menyeretnya kembali ke musim panas, dulu sekali…Pada usia 10 tahun, dia bertemu dengan Jeremy yang berusia 12 tahun.Pada saat itu, dia memberi anak laki-laki itu sebuah kerang berwarna-warni dan mendoakan anak laki-laki itu agar selalu bahagia.Saat itu, sepasang mata Jeremy penuh kehati-hatian, namun pada akhirnya, anak laki-laki itu tetap menunjukkan senyum langkanya pada Madeline.Madeline yang berusia 10 tahun bersikap masa bodoh dan naif. Dia kemudian baru menyadari bahwa pada saat Jeremy menatapnya, denyut jantungnya menandakan cinta pada pandangan pertama yang akan bertahan selama seribu tahun.Belakangan, Jeremy membuat pembatas buku dari dedaunan dan memberikan benda itu padanya.Dia telah menyimpannya dengan hati-hati, menyelipkannya di buku hariannya dan terkadang menatapnya sekilas.Meskipun, suatu kali ketika dia ingin membaca isi dari buku harian sebelumnya, di
Melihat orang yang sudah duduk di depannya, dia mencibir. Dia berjalan mendekat dan duduk dengan perlahan. "Kau datang.”Nada suaranya kasar dan dia terlihat tenang menghadapi kematian.“Jangan bicara omong kosong. Kau masih punya lima juta di rekeningmu?” Tanner bertanya dengan tidak sabar.“Aku sudah bersama Jeremy selama bertahun-tahun, jadi aku berhasil mendapatkan beberapa keuntungan," ejek Meredith dengan arogan saat dia bersandar di kursi. “Pertama-tama kau bisa ke rekening ku yang lain untuk menarik satu juta. Setelah semuanya selesai, aku akan memberitahumu sandi rekening ku yang lain lagi.”Mata Tanner langsung bersinar, tapi dia masih ragu. “Jangan main-main denganku.”“Hmph, setengah bulan lagi aku akan mati. Apa gunanya aku menyimpan uang itu?” Meredith berkata dengan acuh tak acuh, tapi tiba-tiba, dia mengepalkan tinjunya saat semburan kegilaan muncul di kedua matanya. “Tapi sebelum aku mati, pertama-tama aku harus menyaksikan kematian si pelacur Madeline itu dengan mata
Di saat yang sama, Madeline juga sangat yakin bahwa Meredith-lah dalang di balik hilangnya buku hariannya.“Meredith, kaulah yang mencuri buku harianku dulu. Kau melihat isi di dalamnya dan tahu bahwa Jeremy dan aku memiliki hubungan spesial ketika kami masih remaja. Jadi, kau berpura-pura menjadi aku, merencanakan sebuah tipu daya, dan membuat Jeremy yakin sekali kalau dirimu adalah gadis kecil yang dia beri janji dulu.”Setelah Madeline mengatakan seluruh kebenarannya, sepasang mata Meredith langsung menyipit.Dia tidak membuat alasan, jadi itu sudah termasuk pengakuan secara diam-diam.Menurutnya, tak ada gunanya berdebat lagi karena Jeremy sudah mengetahuinya.Madeline mengepalkan tinjunya, cahaya dingin menerobos keluar dari sepasang mata indahnya. “Kau sangat menyedihkan, Meredith Crawford.”Mendengar itu, Meredith tiba-tiba mengangkat kedua matanya yang bersinar tajam dan menghantamkan tinjunya ke atas meja. "Apa katamu? Madeline, apa katamu?! Kau menyebutku menyedihkan?”“Benar
Sebelum dia bisa menyentuh Madeline, dia ditundukkan oleh dua penjaga penjara.Namun, Meredith tidak berhenti berteriak. Dia menjadi lebih gila dan lebih histeris. “Aku tak akan membiarkanmu dan Jeremy menjadi pasangan! Aku tak akan membiarkanmu melakukan semua yang kau inginkan, Madeline!”“Jeremy milikku, dia milikku! Madeline, siapa kau mau mencuri lelaki-ku? Mengapa perempuan sepertimu bisa mendapat tempat di hati Jeremy selama 18 tahun?! Berani-beraninya kau?!”Delapan belas tahun…Kata-kata yang diteriakkan Meredith tiba-tiba mempercepat detak jantung Madeline.Sebelum dia bisa memikirkannya dengan lebih mendalam, Meredith terus berteriak dengan gila.“Jalang! Dasar jalang! Jika bukan karenamu, orang yang akan membuat Jeremy jatuh cinta pada pandangan pertama pada hari pertama kuliah adalah aku! Kau sengaja berpura-pura menabrak Jeremy untuk menarik perhatiannya! Karena dirimu, Jeremy mengabaikan surat cinta yang kutulis untuknya!”‘Sebelum Meredith berpura-pura menjadi aku, dia
Meredith tiba-tiba tersadar setelah mendengar itu. Baru kemudian dia menyadari bahwa dia baru saja mengungkapkan kebenaran yang seharusnya tidak dia ungkapkan!Buatnya, apa yang dikatakannya adalah hadiah yang luar biasa untuk Madeline, tetapi merupakan ejekan terbesar bagi dirinya sendiri!Ekspresi Meredith tiba-tiba berubah. Dia menyesal dan ingin menarik kembali kata-kata itu, tapi sudah terlambat.Melihat Madeline berbalik dengan anggun, Meredith berteriak panik, “Kembali kau, Madeline! Kembali kau! Apa yang barusan aku katakan adalah kebohongan. Jeremy tidak mencintaimu! Dia tidak mencintaimu sama sekali, dia mencintai aku! Akuuuuu....”Di akhir perdebatan, emosi Meredith benar-benar ambruk.Semakin Meredith ingin menutup-nutupi dan bernalar secara keliru, itu hanya membuat Madeline semakin yakin akan fakta bahwa Jeremy sangat mencintainya dengan begitu dalam.Dalam perjalanan pulang, pikiran Madeline mau tidak mau mengembara. Pikirannya tak bisa beristirahat.Kata-kata yang diuca
Sayang sekali mereka hanya bisa melewatkannya."Daddy, mengapa Mommy tidak datang menemuiku hari ini? Dia bilang dia akan bermain denganku akhir pekan ini." Suara Jackson menarik kembali pikiran Madeline.Dia mengangkat kepalanya dan melihat si kecil menarik kaki celana Jeremy, kepalanya mendongak saat dia bertanya dengan penuh harap.Jeremy mengulurkan tangannya dan mengelus kepala mungil putranya dengan seulas senyum lembut. "Jack, mulai Senin depan, Daddy akan melakukan perjalanan bisnis dan tak akan bisa kembali untuk waktu yang lama. Kamu harus mendengarkan ibumu, oke?""Berapa lama waktu yang lama itu?” Tanya si kecil polos.Jeremy tersenyum enggan. "Kamu akan mengerti saat kamu besar nanti."Jackson mengedip-ngedipkan sepasang matanya yang besar, terang, dan cerdas. "Kalau begitu, aku harus cepat besar agar bisa segera bertemu lagi dengan Daddy.""Sayangku, kamu pintar sekali.” Jeremy memuji. Dia tiba-tiba berlutut dan memeluk Jackson."Daddy, ada apa denganmu?” Jackson berkedip
Untuk sesaat wajah Jeremy diselimuti awan gelap saat gelombang badai terlihat di sepasang matanya yang dalam."Apa kau gila? Tahukah kau apa yang kau katakan?" Matanya bersinar dengan cahaya dingin yang menyilaukan sementara kata-katanya sedingin es. "Dengan kata-katamu itu, kau bahkan tidak pantas menjadi nenek Jack!"Karen merasa panas dingin ketika menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan.Dia buru-buru mengoreksi dirinya sendiri dan melembutkan nadanya. "Jeremy, aku hanya mengatakan hal yang salah karena aku sangat marah, tapi perempuan ini memang menghancurkan keluarga kita saat dia berkolusi dengan Felipe.""Mari kita kesampingkan masalah itu untuk saat ini, tapi dia memang berniat membunuh kakekmu!" Winston memelototi Madeline dengan marah."Linnie tak akan melakukan hal seperti itu," kata Jeremy meyakinkan tanpa ragu-ragu.Madeline tak pernah mengira kalau suatu hari Jeremy akan memilih untuk mempercayainya tanpa ragu, tetapi begitu pria itu mengatakan itu, Madeline menden
Madeline melangkah keluar dari pintu rumah sakit dan perlahan berhenti. Kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. "Tak akan pernah ada hari di mana kau dan aku bisa berdiri bersama lagi."Hati Jeremy seketika hancur menjadi dua bagian ketika mendengar kata-kata itu. Dia menatap punggung Madeline yang ada dalam jangkauan tangannya, tapi dia merasa ada jarak berupa pegunungan dan sungai yang tak berujung di antara mereka."Eveline? Ini benar-benar kamu, Eveline!” Di kejauhan, Eloise memanggil Madeline karena terkejut dan berlari mendekat.Madeline menatap orang yang perlahan mendekat itu, merasa terkejut. Sementara dia masih kebingungan, lelaki kecil dalam pelukan Jeremy bertanya, "Granny, kenapa kamu juga datang ke rumah sakit?"Ada kilatan kekhawatiran di kedua mata Eloise saat dia menjawab, "Tidak apa-apa. Granny dan Grandpa hanya disini untuk pemeriksaan rutin.""Apa kalian berdua sungguh-sungguh baik-baik saja?” Madeline membuka sedikit bibirnya.Melihat Madeline peduli pada dirinya