Dokumen itu diformat seolah-olah itu adalah buku harian. Saat dia buka, hal pertama yang dilihat Madeline adalah tanggal di baris paling atas. Tertanggal tiga tahun lalu, sehari setelah dia 'meninggal'. Isinya membuat lidah Madeline kelu. [Aku tidak pernah menyangka kau akan meninggalkanku seperti ini. Kau tak akan melakukannya, bukan? Ini pasti lelucon, ‘kan? Jangan bercanda soal hal-hal seperti ini, Madeline. Ini tidak lucu.[Kau bilang kau mencintaiku, bahwa kau akan menggangguku selamanya. Mengapa selamanya-mu begitu singkat? Tidak mungkin. Aku menolak untuk percaya bahwa ini adalah...[Kau pasti melakukan ini dengan sengaja, Madeline. Kau melakukan ini agar aku tak akan pernah melupakanmu dan merindukanmu selamanya. Kau licik, tapi aku tak akan tertipu olehmu.[Madeline…[Madeline…]“...” Semuanya setelah itu hanya namanya yang diketik lagi dan lagi. Tangannya yang berada di atas tetikus bergetar ringan. Meskipun dia dapat dengan jelas membaca kata-kata yang diketik dalam
Meski Madeline tidak mengambil mawar itu, dia cukup senang dengan penerimaan diam Madeline. Namun, Madeline langsung melemparkan surat cerai ke kursi pengemudi begitu dia masuk ke dalam mobil. “Aku sudah menandatangani bagianku. Berikan kembali padaku setelah kau selesai menandatangani milikmu.” Jeremy merasa hatinya tenggelam saat dirinya mengarahkan pandangannya pada kata-kata di atas dokumen. Memaksa dirinya untuk tidak terlalu memikirkannya, dia menyimpan kertas-kertas itu dan menginjak pedal gas. “Jack belum pernah tahu seperti apa keluarga yang lengkap dan bahagia selama enam tahun terakhir, Eveline. Kau yakin—” “Jangan mencoba menggunakan Jack sebagai alasan untuk tidak menandatangani surat-surat itu, Jeremy. Aku tak tahu apa yang ingin kau capai, tapi ada baiknya kau berhenti percaya bahwa aku akan percaya pada kebohonganmu soal mencintai aku.” Nada bicara Madeline dingin dan tidak menyisakan ruang untuk bernegosiasi. Karena itu, Jeremy tetap diam dan menahan sakit hati
Sepasang mata Madeline menyala saat dia mengepalkan tinjunya kuat-kuat, intonasinya terdengar mantap. “Lilly sama sekali tak ada hubungannya denganmu, Jeremy! Hentikan khayalanmu!” Kontrol atas emosinya mengendur saat dia berjuang untuk menyangkal. “Karena kau telah menyakitiku dengan begitu kejam, bajingan, sehingga aku menyerahkan diriku pada Felipe. Dia adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang kau ciptakan untukku!” Madeline bertemu dengan tatapan Jeremy yang semakin muram. “Lilian adalah anakku dan Felipe. Anak itu tak akan pernah punya orang sepertimu sebagai ayahnya, jadi berhentilah menyamakan Lilly dengan orang sepertimu!” Dengan itu, Madeline mengangkat tangannya dan mendorong pria di depannya. Tanpa menyadari betapa tidak bertulangnya kakinya, Jeremy merasakan dirinya terhuyung-huyung mundur saat didorong. Madeline mengambil tasnya dan meninggalkan vila tanpa menoleh lagi. Duduk di taksi yang dia panggil untuk pulang, pikiran Madeline mulai mengembara menyusuri
Bagaikan semut di atas wajan panas, Karen memanggil Jeremy pulang. Tak berapa lama setelah Jeremy sampai, datanglah Felipe. Mengenakan setelan jas hitam, aura Felipe yang biasanya elegan dan santun diwarnai dengan satu sentuhan mendominasi. Menyadari bahwa Old Master Whitman, Jeremy, dan semua anggota keluarga Whitman hadir, Felipe menyuruh asistennya menyerahkan dokumen sebelum langsung ke pokok permasalahan. “Rumah ini sekarang menjadi milikku. Mempertimbangkan hubungan kita, aku akan memberi kalian waktu satu hari untuk mengemas semuanya dan pindah.” Karen melompat dan menunjuk Felipe dengan marah. “Bajingan kau, Felipe! Bagaimana bisa kau membuat muslihat untuk merebut semua aset di bawah nama Whitman? Kau sudah mengambil Whitman Corporation, dan kau sekarang juga mengambil rumah pensiunan Old Master? Kau tidak punya hati nurani!” Felipe tersenyum tidak peduli. "Hati nurani?” Sepasang matanya yang gelap bersinar dengan sebuah kilatan ironis. “Kita tidak akan berada di titik
Jeremy merasakan sebuah sentakan di sanubarinya. Dia langsung mencoba menelepon Madeline setelah panggilan Felipe dengan gadis itu berakhir, namun tidak diragukan lagi bahwa Madeline telah memasukkan nomornya ke daftar hitam. Felipe terkekeh pelan. “Jangan buang energimu. Madeline mencintaiku sekarang. Yang dia rasakan untukmu hanyalah kebencian.” Ekspresi Jeremy menggelap. “Apa yang terjadi dengan Madeline, Felipe? Apa yang dia katakan padamu?!” “Bukan urusanmu," jawab Felipe dingin, "Kau tak lagi punya hak untuk bertanya-tanya soal Madeline.” “Siapa yang peduli apa yang terjadi pada perempuan itu?!” Karen dengan percaya diri memburu Felipe dari belakang sebelum Jeremy bisa berbicara dan menahan putranya.“Madeline itu membantu Felipe. Salah merekalah keluarga kita seperti ini sekarang, Jeremy. Kenapa kau masih memikirkan perempuan itu? Apa yang salah denganmu? Apa kau lupa seberapa bencinya kau padanya dulu?” Jeremy menarik lengannya ke belakang dengan kesal. "Jangan campuri u
Ada ribuan alasan untuk membuat Madeline tetap di sisinya, namun dia pasrah melihat Madeline pergi bersama Felipe. Waktu berlalu begitu pelan saat dia menunggu datangnya sore. Dia segera menjemput Madeline dari Jalan First Crystal hanya untuk diberi tahu bahwa Madeline telah pergi. Jeremy segera pergi ke taman kanak-kanak, tapi guru kelas mengatakan bahwa Madeline sudah menjemput Jackson. Jeremy merasakan hatinya kacau mendengar berita itu. Firasatnya mengatakan kalau Madeline akan meninggalkannya. Panik, dia menginjak pedal gas dan berhasil mencapai apartemen Madeline dalam waktu singkat. Dia terus menekan bel, tapi tak ada yang menjawab. Jeremy merasa kedinginan. Kegelapan kembali menyelimuti seluruh dunianya saat kegelisahan yang membuatnya kewalahan membuatnya sulit bernafas dan mengganggu detak jantungnya. ‘Linnie…’ ‘Apakah kau begitu membenciku sehingga dirimu bahkan tak bisa memaksa diri untuk melihatku lagi…’ Jeremy bersandar ke dinding dengan sedih dan dengan kedua m
Dengan hati hancur berkeping-keping, Jeremy merasakan pecahan-pecahannya memotong jauh ke dalam dirinya, meninggalkan jejak luka berdarah di belakangnya. Dia mengambil bolpoin dan menatap ke arah fitur-fitur memikat Madeline dengan nafas tersengal-sengal.“Kau benar-benar membenciku, ya?" Dia bertanya dengan lemah, secercah harapan berkelip di dalam hatinya. Namun, tanggapan Madeline sangat tegas. “Ya, aku membencimu. Teramat sangat.” Bibir Jeremy melengkung tipis saat dia menarik nafas dalam-dalam. Dia mengambil kertas-kertas itu dan membacanya. Madeline tak menuntut harta gono-gini, tak satupun aset atau uangnya—hanya hak asuh atas Jack. Jeremy meletakkan bolpoin. “Baiklah. Aku setuju kita bercerai, tapi aku tak akan melepaskan Jack.” Ekspresi kalem Madeline retak. “Hak apa yang kau punya buat memperebutkan hak asuh atas Jack, Jeremy? Apa kau punya hak untuk menjadi ayah Jack?” Jeremy hanya tersenyum. Dia tak memprotes ataupun melawan. Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya
“Keluar! Pergi kau! Aku tak mau melihatmu lagi!” Madeline mendorong pria itu keluar sambil masih merasa linglung dan menutup pintu. Bersandar di pintu, dia menarik nafas dalam-dalam dan menunduk, baru menyadari kalau kemejanya sudah tidak terkancing. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di antara mereka jika dia tidak menampar pria itu. Rasionalitasnya tampaknya telah dilahap oleh ciuman bertubi-tubi dan permintaan maaf lirih Jeremy. Madeline mencengkeram kerahnya yang terbuka dengan lega karena dia tak menyerahkan dirinya pada pria itu lagi. … Madeline membawa Jack ke pinggiran kota untuk bermain selama akhir pekan dan mendapati dirinya tenang dengan kenyataan bahwa Jeremy tidak muncul di hadapannya lagi. Hawa hari itu mungkin dingin, namun hatinya hangat. Senyuman polos Jackson memberinya kenyamanan dan pada saat yang sama juga membuat hatinya terkepal. Dalam semua ingatannya, hampir tidak ada yang membuatnya bahagia. Satu-satunya kenangan yang dia miliki adalah hari d
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka