Madeline tak pernah menyangka akan tiba hari ketika dirinya melihat Jeremy berlutut di hadapannya. Bohong kalau dia menyangkal bahwa dirinya terkejut, namun kaget tidak kaget, akan lebih tepat untuk mengklaim bahwa dia menganggap situasi ini sangat tidak masuk akal. Pria di hadapannya adalah salah satu pria berstatus ningrat dan namanya dikenal di seluruh Glendale. Siapa pun yang berpapasan dengannya pasti akan memperlakukan pria ini dengan hormat, sementara sebagian lagi akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatiannya. Sulit membayangkan pria seperti itu berlutut di hadapannya, di depan wanita yang pernah dia buang. Madeline menunduk untuk menatap wajah tampan Jeremy, sepasang alis Jeremy yang bertaut memancarkan kesedihan yang pria itu rasakan. “Siapa sangka tuan muda dari keluarga terhebat akan berlutut di hadapan wanita yang pernah dia buang? Bukankah menurutmu itu lucu, Mr. Whitman?” Jeremy menerima ejekan Madeline dengan tenang. “Aku akan melakukan apa pun untuk
Kedua pasang mata itu terkunci di bawah kegelapan malam. Tatapan Madeline terasa dingin saat dia membuka bibir merah mudanya dan berkata, "Si tuli mendengar si bisu berkata bahwa si buta melihat cinta.” “...” Mata Jeremy yang memerah membelalak saat mendengar kata-kata Madeline. “Mungkin karena kau tidak pernah serius dengan kata-kata yang kau ucapkan, Jeremy, itulah sebabnya kau memperlakukan janjimu sebagai olok-olok dan pernyataan cintamu sebagai lelucon. Tapi bukan berarti aku melupakan semua itu.” Madeline berhenti sejenak, ejekan di kedua matanya semakin menebal. “Kaulah yang bilang padaku bahwa Meredith punya tempat yang tak tergantikan di hatimu, bahwa saat matamu tertuju pada perempuan itu, kau tahu bahwa dialah satu-satunya perempuan yang akan kau cintai dan lindungi sepanjang hidupmu.” Mengulangi kata-kata Jeremy pada pria itu, kebencian muncul dalam senyum Madeline. “Kaulah yang mengatakan bahwa Meredith adalah satu-satunya milikmu, tapi sekarang kau bilang padaku bah
Madeline terkejut saat mendapati dirinya ditarik erat-erat dalam pelukan Jeremy. Dia tak punya kesempatan untuk menghindarinya.Noda amarah mewarnai fitur-fitur lembut Felipe. “Lepaskan, Jeremy. Berhenti mengganggunya. Vera adalah tunanganku.”“Kau tahu pasti siapa sebenarnya yang ada dalam pelukanku, Felipe, dan aku bisa memberitahumu dengan sangat yakin bahwa Madeline dan aku masih menikah secara resmi. Jangan menjadi perusak rumah tangga.” Ekspresi Felipe menjadi gelap. Jeremy menarik pelan pinggang Madeline sambil tersenyum tipis. “Ayo pergi, Sayang.” “...” Madeline setengah berpikir untuk berjuang melepaskan diri hanya untuk menyadari bahwa beberapa orangtua murid sedang mengawasinya dan Jeremy. Mengingat betapa bahagia dan bangganya Jackson saat anak itu memperkenalkannya dan Jeremy beberapa saat yang lalu, Madeline mengalah.Menatap sekilas Felipe dengan kedua matanya yang dingin, Madeline mengikuti Jeremy ke dalam mobil pria itu. Hanya setelah mereka meninggalkan batas ta
Dia masih istri Jeremy! Tok, tok, tok. Seseorang mengetuk pintu ruangan kantornya.Mendongak, Madeline mendapati Felipe yang sedang menyunggingkan seulas senyum hangat. Setelah membersihkan mejanya, dia membukakan pintu untuk Felipe masuk dan membuatkan pria itu secangkir teh hitam.Felipe menyesap sedikit sebelum langsung ke intinya. “Mengapa kau mematikan ponselmu selama dua hari terakhir? Apa yang Jeremy katakan padamu hari itu di depan Whitman Corporation?”Saat membicarakan topik ini, wajah Madeline berseri-seri dan dihiasi seulas senyum yang indah. Sepasang matanya dipenuhi kegembiraan. “Aku menemukan anakku.” Felipe tergoncang. “Anak pertamamu dan Jeremy?” “Ya. Siapa sangka anak itu selalu ada di sisiku?" Madeline tersenyum manis, memperlihatkan lesung pipinya. “Jackson adalah anakku.” “Jackson adalah anakmu?” Felipe tercengang. Madeline mengangguk. “Itu menjelaskan mengapa aku selalu merasakan hubungan khusus dan keintiman ketika berinteraksi dengan Jack.”Mata Felipe m
Dokumen itu diformat seolah-olah itu adalah buku harian. Saat dia buka, hal pertama yang dilihat Madeline adalah tanggal di baris paling atas. Tertanggal tiga tahun lalu, sehari setelah dia 'meninggal'. Isinya membuat lidah Madeline kelu. [Aku tidak pernah menyangka kau akan meninggalkanku seperti ini. Kau tak akan melakukannya, bukan? Ini pasti lelucon, ‘kan? Jangan bercanda soal hal-hal seperti ini, Madeline. Ini tidak lucu.[Kau bilang kau mencintaiku, bahwa kau akan menggangguku selamanya. Mengapa selamanya-mu begitu singkat? Tidak mungkin. Aku menolak untuk percaya bahwa ini adalah...[Kau pasti melakukan ini dengan sengaja, Madeline. Kau melakukan ini agar aku tak akan pernah melupakanmu dan merindukanmu selamanya. Kau licik, tapi aku tak akan tertipu olehmu.[Madeline…[Madeline…]“...” Semuanya setelah itu hanya namanya yang diketik lagi dan lagi. Tangannya yang berada di atas tetikus bergetar ringan. Meskipun dia dapat dengan jelas membaca kata-kata yang diketik dalam
Meski Madeline tidak mengambil mawar itu, dia cukup senang dengan penerimaan diam Madeline. Namun, Madeline langsung melemparkan surat cerai ke kursi pengemudi begitu dia masuk ke dalam mobil. “Aku sudah menandatangani bagianku. Berikan kembali padaku setelah kau selesai menandatangani milikmu.” Jeremy merasa hatinya tenggelam saat dirinya mengarahkan pandangannya pada kata-kata di atas dokumen. Memaksa dirinya untuk tidak terlalu memikirkannya, dia menyimpan kertas-kertas itu dan menginjak pedal gas. “Jack belum pernah tahu seperti apa keluarga yang lengkap dan bahagia selama enam tahun terakhir, Eveline. Kau yakin—” “Jangan mencoba menggunakan Jack sebagai alasan untuk tidak menandatangani surat-surat itu, Jeremy. Aku tak tahu apa yang ingin kau capai, tapi ada baiknya kau berhenti percaya bahwa aku akan percaya pada kebohonganmu soal mencintai aku.” Nada bicara Madeline dingin dan tidak menyisakan ruang untuk bernegosiasi. Karena itu, Jeremy tetap diam dan menahan sakit hati
Sepasang mata Madeline menyala saat dia mengepalkan tinjunya kuat-kuat, intonasinya terdengar mantap. “Lilly sama sekali tak ada hubungannya denganmu, Jeremy! Hentikan khayalanmu!” Kontrol atas emosinya mengendur saat dia berjuang untuk menyangkal. “Karena kau telah menyakitiku dengan begitu kejam, bajingan, sehingga aku menyerahkan diriku pada Felipe. Dia adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang kau ciptakan untukku!” Madeline bertemu dengan tatapan Jeremy yang semakin muram. “Lilian adalah anakku dan Felipe. Anak itu tak akan pernah punya orang sepertimu sebagai ayahnya, jadi berhentilah menyamakan Lilly dengan orang sepertimu!” Dengan itu, Madeline mengangkat tangannya dan mendorong pria di depannya. Tanpa menyadari betapa tidak bertulangnya kakinya, Jeremy merasakan dirinya terhuyung-huyung mundur saat didorong. Madeline mengambil tasnya dan meninggalkan vila tanpa menoleh lagi. Duduk di taksi yang dia panggil untuk pulang, pikiran Madeline mulai mengembara menyusuri
Bagaikan semut di atas wajan panas, Karen memanggil Jeremy pulang. Tak berapa lama setelah Jeremy sampai, datanglah Felipe. Mengenakan setelan jas hitam, aura Felipe yang biasanya elegan dan santun diwarnai dengan satu sentuhan mendominasi. Menyadari bahwa Old Master Whitman, Jeremy, dan semua anggota keluarga Whitman hadir, Felipe menyuruh asistennya menyerahkan dokumen sebelum langsung ke pokok permasalahan. “Rumah ini sekarang menjadi milikku. Mempertimbangkan hubungan kita, aku akan memberi kalian waktu satu hari untuk mengemas semuanya dan pindah.” Karen melompat dan menunjuk Felipe dengan marah. “Bajingan kau, Felipe! Bagaimana bisa kau membuat muslihat untuk merebut semua aset di bawah nama Whitman? Kau sudah mengambil Whitman Corporation, dan kau sekarang juga mengambil rumah pensiunan Old Master? Kau tidak punya hati nurani!” Felipe tersenyum tidak peduli. "Hati nurani?” Sepasang matanya yang gelap bersinar dengan sebuah kilatan ironis. “Kita tidak akan berada di titik