Suara pria itu lembut dan pasti. Namun, juga terdengar seperti memohon padanya. Kedua matanya kabur dan bingung. Meskipun dia terlihat tidak mabuk, dia juga terlihat mabuk pada saat yang bersamaan.Madeline memandang pria di depannya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Aku tak ingin mendengarkan apa pun yang kau katakan. Aku merasa jijik melihatmu.”Kata-katanya secara blak-blakan menunjukkan penghinaannya terhadap pria itu sementara matanya yang kesal menyebabkan Jeremy berdiri di sana dengan perasaan terperanjat.Jeremy merasa seolah-olah hatinya telah jatuh ke sebuah palung tak berdasar di mana rasa dingin yang menusuk tulang menyebar dari hatinya ke sekujur tubuhnya.Dia sangat merindukan ini. Dulu, gadis ini akan menatapnya dengan begitu banyak kekaguman dan cinta di sepasang matanya yang berbinar.Sekarang, Madeline menatapnya dengan tatapan yang bahkan lebih dingin dari bagaimana seseorang akan memandang orang asing.Saat dia melihat Jeremy menatapnya dengan sebuah ekspresi lingl
Di tengah keheningan, Jeremy bisa mendengar Madeline tertawa kecil.“Jeremy, semuanya sudah sangat terlambat. Aku tak akan punya perasaan padamu apapun yang kau katakan sekarang," ucap Madeline dingin. Dia tak lagi memiliki kerinduan yang sama pada pria ini.“Karena aku tidak mencintaimu lagi.”Meskipun dia tahu bahwa gadis ini tidak mencintainya, ketika dia mendengar Madeline mengatakannya dengan lantang, Jeremy akhirnya merasakan bagaimana rasanya ada sejuta anak panah menancap di hatinya..Dia merasa seperti ada pisau-pisau tak terlihat menghujani dirinya, mengiris lepas dagingnya dari tubuhnya. Yang tersisa darinya sekarang hanyalah tulang belulangnya.Madeline tiba-tiba mengangkat tangannya dan mendorong lengan Jeremy yang tak bernyawa.Dia berbalik dan menatap sinis pria yang putus asa itu.“Jeremy, aku sudah selesai denganmu. Saat kau menyuruh seseorang untuk membongkar batu nisan kakekku, aku langsung menyesal telah jatuh cinta dengan laki-laki berdarah dingin dan tidak berpera
Mungkin karena terkejut, tapi jantung Madeline berdegup kencang.Awalnya dia ingin mengabaikan pria di lantai itu, tapi saat dia melihat kedua alis Jeremy mengerut dan penampakannya yang seperti sedang kesakitan, tanpa sadar dia berjongkok dan mengukur suhu pria itu.Pipinya dingin, tapi keningnya panas sekali.Saat dia mendekat, selain aroma tubuh pria ini, bau alkohol yang menyengat juga tercium.Jeremy telah minum banyak dan bahkan berada di luar di tengah dinginnya angin sepanjang malam. Sepertinya pria ini sedang demam sekarang.Madeline tak mau berurusan dengan Jeremy, jadi dia berpikir untuk menelepon 911 agar ambulans bisa membawa pria ini pergi. Namun, ketika dia berbalik untuk melakukan itu, Jeremy meraih tangannya.Tangan pria ini sangat dingin, seolah-olah telah dibekukan menjadi es. Hawa dingin dari tangan pria ini menembus tulang-belulangnya.“Jangan pergi…” Jeremy bergumam seperti masih berada di dalam mimpi, bulu-bulu matanya bergerak sedikit. Kemudian, dia perlahan mem
Desas-desus tentang utang Jeremy dan kejatuhannya dari kejayaan juga mulai ramai.Banyak orang menunggu tanggapan Jeremy. Namun, setelah sekian lama, akun Twitter pria itu tidak pernah diperbarui.Felipe juga memprediksi apa yang akan dilakukan Jeremy. Namun, bahkan setelah satu hari, Jeremy tak pernah muncul.Seolah-olah pria itu hilang. Jeremy bahkan mematikan ponselnya.Sebaliknya, Madeline tahu Jeremy ada di apartemennya. Namun, ini sudah sehari. Apakah pria itu masih belum sadarkan diri?Mustahil bagi pria itu untuk tidak bereaksi setelah melihat konferensi pers hari ini. Apakah dia bertambah sakit?Madeline merenungkan hal ini dalam diam. Kemudian, dia mengikuti Felipe ke restoran termewah di Glendale. Untuk merayakan keberhasilan mereka, Felipe membuka sebotol anggur termahal.“Selamat karena akhirnya berhasil mencapai tujuanmu. Sekarang, Whitman Corporation menjadi milikmu.” Madeline mengangkat gelas anggurnya sambil memberi ucapan selamat.Felipe tersenyum lewat kedua matanya.
Ini tahun keenam.Enam tahun berlalu dalam sekejap mata.Madeline menekankan jarinya di ID kunci sidik jari dan membuka pintu apartemen. Pada saat ini, pikirannya melayang. Dia ingat bagaimana dia dipenjara secara tidak sah dan bagaimana dia disiksa selama bertahun-tahun di sana.Dia tak bisa melupakan bagaimana dia dipaksa untuk melahirkan oleh beberapa napi wanita pada malam yang penuh badai itu. Bagaimana dia bisa lupa kalau besok adalah hari ulang tahun anaknya?Namun, tahun ini akan berbeda karena dia tak akan menangis di kuburan yang kosong.Dia tahu bahwa anaknya tidak meninggal“Mommy, besok adalah hari ulang tahunku,” kata Jackson. Suaranya yang sejelas lonceng membawa Madeline kembali ke dunia nyata. Dia sedikit terkejut dan tak bisa menahan rasa sakit di hatinya.Jackson adalah anak Meredith dan Jeremy. Ironisnya, anaknya lahir di hari yang sama dengan Jackson.“Mommy, kau akan merayakan ulang tahunku bersamaku besok, ‘kan?” Si kecil menarik sudut mantelnya.Madeline menun
“Daddy,”panggil Jackson padanya.Jeremy menoleh, terkejut. Bocah tampan itu berjalan ke arahnya sambil tersenyum, kedua matanya yang jernih makin terlihat seperti mata Madeline.Sebenarnya, selama tiga tahun Madeline 'meninggal', dia jarang mendengar Jackson memanggilnya 'Daddy'. Bahkan jika anak itu memanggilnya, suaranya akan terdengar tidak bernyawa dan asal-asalan, tidak seperti sekarang.“Daddy, kamu di sini juga? Apa kau mau merayakan ulang tahunku dengan Mommy?”Ulang tahun.Jeremy tiba-tiba teringat bahwa besok adalah hari ulang tahun Jackson.Jackson berusia enam tahun, tapi dari apa yang dia ingat, sepertinya dia belum pernah merayakan ulang tahun putranya bersama anak itu sebelumnya“Jack, ayahmu harus pergi sekarang. Lain kali saja kau katakan padanya apa yang ingin kamu katakan,” ucap Madeline pada Jackson sambil tersenyum saat dia berjalan mendekat. Dia sengaja mengatakan itu pada Jeremy agar pria itu mau pergi.Dia berbalik dan menatap pria itu, matanya menjadi beberapa
Banyak orang mulai berkumpul melihat kecelakaan itu.Saat mobil itu melaju kencang, Madeline mengira dirinya tak bisa menghindar. Namun, dalam sekejap, ada sebuah kekuatan kuat yang memeluknya. Saat itu juga, dia merasakan rasa aman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Saat dia masih dalam keadaan panik, seseorang memegang pundaknya dengan erat.“Eveline, kamu baik-baik saja? Apa kau terluka?”Ketika dia mendengar suara familier penuh perhatian itu, Madeline akhirnya menyadari bahwa orang yang telah menariknya ke tempat aman adalah Eloise.Wajah anggun dan elegan Eloise dipenuhi dengan kekhawatiran. Matanya yang penuh perhatian sedang mengamati tubuh Madeline dari atas ke bawah untuk melihat apakah ada luka.Madeline terjebak dalam keadaan linglung selama beberapa detik sebelum dia berkata, "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Mrs. Montgomery.”Ketika Eloise mendengar bagaimana Madeline memanggilnya, matanya menjadi merah. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa.Dia tahu dirinya sudah
Dia seharusnya sudah lama berhenti memperdulikan mereka. Namun, dia bisa merasakan air mata mengalir dari kedua matanya ketika melihat Eloise berjalan dengan susah payah.Setelah Jeremy meninggalkan apartemen Madeline, dia mengunci diri di kamarnya di Whitman Manor.Selama itu pula, Yvonne dan Karen berulang kali datang dan mengetuk pintu kamarnya. Namun, dia selalu mengabaikan mereka.Dia duduk di sana dari pagi-pagi buta hingga senja, terus-menerus menonton video pernikahannya dengan Madeline.Kakeknya benar. Dia sudah lama jatuh cinta pada Madeline. Bukti tak terbantahkan kalau dia memutuskan memilih gadis itu sebagai pasangan hidupnya adalah ketika dia menikahi Madeline menggunakan nama Old Master.Namun, Meredith telah membodohinya selama enam tahun penuh karena janji yang dia buat ketika dia masih remaja.Pada akhirnya, Meredith hanyalah seorang penipu.Gadis yang dia cintai adalah gadis yang dia beri janji dulu.Jeremy bersandar di kursi dalam diam. Tiba-tiba, dia tertawa terbah