Yvonne bergegas menoleh ketika mendengar kata-kata Madeline, hanya untuk menemukan sebuah kamera pengintai.Kepercayaan diri Yvonne seketika mengempis. Dia tampak sangat malu.Mata sedingin es Jeremy menyapu wajah Yvonne. “Jangan sampai aku melihatmu dekat-dekat dengan Vera.”Yvonne gemetar ketakutan. “Jez, aku…”“Enyah.”“…”Yvonne tidak senang dengan hal ini, tapi dia melihat para karyawan di sekitar mereka saling berbisik sambil menatapnya. Dia tiba-tiba merasakan pipinya sangat panas. Dia memelototi Madeline dengan marah sebelum akhirnya kabur.Jeremy berjalan menuju Madeline, hawa dingin di kedua matanya langsung menghilang. “Apa dia melukaimu?”Madeline menggelengkan kepalanya dan tersenyum tenang. “Aku tidak apa-apa.”Jeremy tampak lebih lega setelah mendengar itu. Dia menggandeng tangannya dengan lembut dan berjalan ke lift. “Apa kau capek setelah bekerja sepanjang pagi ini?”“Semua kelelahanku hilang saat melihatmu." Madeline tersenyum dengan mata menyipit.Jeremy menatap waja
Madeline menghapus semua jejaknya, lalu meletakkan laptop itu ke tempatnya semula.Dia memegang USB flash drive yang ringan itu di tangannya, tapi entah mengapa terasa berat.Meskipun sejak kecil dia tidak dididik oleh orangtuanya, kakeknya selalu mengajarinya untuk menjadi orang yang baik hati dan jujur.Hati nuraninya selalu jernih dan tidak pernah melakukan apa pun yang membahayakan orang lain.Namun, saat ini, dia sebenarnya merasa ragu-ragu.‘Apakah ini termasuk tidak jujur?’‘Tidak, ini tidak termasuk.’‘Jeremy Whitman, dulu, kau bekerja sama dengan Meredith untuk menghancurkanku sepenuhnya. Bahkan di hari 'kematian' ku, aku masih harus menanggung semua serangan kejam dan kritis dari kalian berdua.’‘Dosa-dosa yang tidak pernah ada itu, kerusakan dari metode tirani mu, rasa sakit dari tiga tahun hukuman yang tidak adil, dan pemisahan darah dagingku, semuanya tampak jelas bagiku.’‘Kau telah memberiku kemalangan seperti itu, jadi jangan salahkan aku karena membalas sekarang.’‘Jer
Tangan Madeline yang terulur tiba-tiba dipegang dan Felipe langsung diinterupsi tepat di saat tangannya menyentuh sudut USB flash drive itu.Dengan sepasang mata dinginnya dia mendongak dengan tidak senang dan melihat seraut wajah marah."Vera Quinn, bagaimana bisa kau begitu tidak tahu malu?!"Yvonne berteriak, "Begitu Jeremy pergi, kau langsung pergi makan siang dengan pria lain. Kalian berdua bahkan berpegangan tangan di depan umum. Kau benar-benar murahan, kau tidak pantas menjadi sepupu iparku! Aku akan segera memberi tahu Jeremy tentang hal ini!"Madeline benar-benar tidak menyangka Yvonne telah membuntutinya. Saat dia mendengarkan kata-kata fitnah Yvonne, dia menarik kembali tangannya dengan tidak senang dan berkata, "Bicaralah dengan hormat. 'Pria lain' yang kau bicarakan ini adalah paman Jeremy.""Apa?” Terkejut, Yvonne menatap Felipe yang memasang ekspresi dingin di wajahnya. Baru kemudian dia menyadari bahwa pria ini tidak hanya terlihat tampan dan luar biasa, namun fitur-fi
Dia memberi jeda selama beberapa detik sebelum mengangkatnya.Suara seorang pria yang dalam dan serak terdengar lirih, "Kau sudah kembali ke kantor?""Belum, aku balik ke tokoku," jawab Madeline dengan tenang, "Kau tidak sibuk? Kok punya waktu untuk meneleponku?"“Aku tiba-tiba kangen kamu,” ucap Jeremy lirih. Setelah mengatakan itu, pria itu menambahkan, "Sungguh."Satu kata itu membuat detak jantung Madeline tiba-tiba berdebar kencang. Tatapannya beralih ke layar komputer, hatinya merasa terusik."Vera, aku mungkin tak bisa pulang malam ini. Akankah kau merindukanku sebesar aku merindukanmu?"Madeline terdiam beberapa saat mendengarkan kata-kata Jeremy.Tak tahu berapa lama waktu telah berlalu, dia kemudian menjawab dengan lembut, "Tentu, tentu saja aku akan merindukanmu."Setelah mendapat jawaban Madeline, Jeremy terkekeh pelan dan berkata dengan nada mesra, "Jangan khawatir, semuanya akan segera beres. Kita tak akan pernah berpisah lagi setelah ini."Madeline mendengarkan kata-kata
Madeline tak menyangka Jeremy akan muncul dengan begitu tiba-tiba saat ini. Tidak hanya dia menghentikannya, tapi pria itu bahkan mengatakan sesuatu seperti itu.Tatapan Felipe menjadi dingin. "Jeremy, bukannya kamu sedang dalam perjalanan bisnis?""Apa aku tidak boleh pulang setelah perjalanan bisnisku selesai? Bagaimana aku bisa melihatmu mengganggu istriku kalau aku tidak pulang tepat waktu?" Jeremy berkata dengan nada dingin, lalu dia meletakkan tangan Madeline ke telapak tangannya. "Ayo masuk."Dia mengabaikan Felipe dan berbalik sambil membawa Madeline ke pintu.Madeline menoleh untuk menatap Felipe, lalu mengikuti Jeremy ke dalam kantor tanpa bersuara.Sesampainya di dalam ruangan kantor, Madeline mengira Jeremy akan menanyainya, tapi pria itu tidak menanyakan apa pun."Apa kau tidak punya pertanyaan untuk ditanyakan padaku?” Dengan penuh rasa ingin tahu Madeline menatap pria dengan ekspresi tenang itu.Jeremy melepas mantelnya dan menjawab dengan nada lembut, "Apa ada yang haru
Saudara perempuan Diana terlihat seperti orang jujur. Namun, nadanya sangat menghina ketika dia berbicara, “Sekitar 28 tahun yang lalu, saudara perempuan saya, Diana, memberi saya seorang bayi. Dia mengatakan kalau bayi itu telah ditelantarkan oleh seseorang. Karena mengasihani bayi itu, dia meminta saya untuk mengadopsinya.“Saat itu, Diana memberi saya sejumlah besar uang untuk menjaga bayi itu, jadi saya merawat bayi itu selama beberapa hari karena saya membutuhkan uang tunai. Akan tetapi, bayi itu menangis tanpa henti setiap malam. Saya pikir bayi itu menyebalkan sekali dan saya akhirnya memberikannya kepada ayah saya.”Ketika Eloise dan Sean mendengar apa yang sesungguhnya terjadi, mereka sangat sedih hingga sulit untuk bernafas.Putri mereka telah menangis setiap malam karena anak itu menginginkan pelukan dan kenyamanan dari kedua orangtuanya. Namun, tak ada yang memberikan itu padanya. Sebaliknya, anak itu malah ditelantarkan.Pada saat yang bersamaan, mereka memanjakan putri ka
Meskipun Madeline sudah bisa menebak dari jawaban Meredith, ketika Jeremy memberinya jawaban tegas, dia tetap terpana.Angin dingin di awal musim dingin membelai wajahnya. Hawa dingin yang menusuk tulang itu membuat Madeline teringat kekejaman pria ini dulu.Dia tak pernah bisa melupakan tindakan kejam dan berdarah dingin serta tatapan pria ini. Setelah beberapa saat, Madeline mengerutkan bibirnya dengan dangkal. “Kau sangat membenci Madeline, tapi kenapa kau bahkan mendirikan batu nisan untuknya? Kau bahkan juga memberinya mawar. Aku tak mengerti ini," ujarnya sambil tersenyum. Dia tak bisa menerima kenyataan ini.Jeremy sangat membencinya sampai-sampai ingin menghancurkannya menjadi debu, jadi mengapa pria ini mendirikan batu nisan untuk mengenang kematiannya?Jeremy tersenyum mendengar itu. Tatapan lembutnya mendarat di wajah Madeline. “Aku tahu kau tak akan memercayaiku karena bahkan aku pun beberapa kali telah membohongi diriku sendiri.”Madeline menoleh. “Membohongi dirimu sendi
Saat ini, suara notifikasi terdengar dari ponsel Madeline.Madeline memusatkan pikirannya dan melihat ke layar. Dari FelipeFelipe berharap Madeline akan mengirimkan USB flash drive berisi dokumen penting itu.“Daddy, apa Vera akan menjadi ibuku mulai sekarang? Bolehkah aku memberi tahu anak-anak lain kalau ibuku adalah Vera Quinn saat mereka bertanya padaku?” Jackson bertanya dengan suaranya yang kekanak-kanakan dan polos.Madeline menoleh dan melihat Jeremy menyendokkan makanan ke piring Jackson. Kemudian, pria itu tersenyum hangat dan mengangguk. "Jack, tak peduli apakah itu di masa lalu atau masa depan, kamu hanya punya satu ibu dan dia duduk di depanmu.”Setelah mendengar Jeremy mengatakan itu, Jackson tersenyum polos pada Madeline.Ada sebuah kilatan di kedua mata Jackson yang langsung menyembuhkan hati Madeline yang terluka.Tiba-tiba, dia merasakan sakit di hatinya. Kemudian, dia merasa tidak rela.Dia tidak rela untuk menghilangkan senyum Jackson di kemudian hari.Di saat repu