Meskipun upacara itu bertentangan dengan keinginan hatinya, paling tidak dia senang karena Jackson bertugas sebagai penebar bunga. Di tengah para undangan, dia mendapati bahwa Eloise dan Sean juga hadir untuk memberikan restu mereka. Secara tidak langsung, bisa dikatakan bahwa dia telah mendapatkan persetujuan kedua orangtuanya. Sementara itu, Mrs. Whitman hanya terlihat kesal melihat situasi ini. Salah satu teman Mrs. Whitman, yang juga adalah istri seorang pria kaya, datang untuk mengucapkan selamat padanya. “Sungguh seorang menantu yang luar biasa, Mrs. Whitman. Gadis itu kaya, menguasai pekerjaannya, dan sangat cantik. Kali ini kau pasti puas, benar ‘kan?” “Terus kenapa kalau gadis itu kaya? Kayak Keluarga Whitman miskin saja! Kau bisa menemukan gadis cantik di seluruh dunia. Penampilan gadis itu biasa-biasa saja!” Mrs. Whitman memutar kedua matanya dengan penghinaan ke arah Madeline yang sedang minum dengan tanu-tamu lain. Setelah berbalik, dia menemukan Eloise dan Sean dan
Ekspresi Madeline berubah mendengar kata-kata Eloise. Tanda lahir. Rencananya akan dipaksa untuk diakhiri andaikan Eloise membicarakan tanda lahir di tubuhnya. “Tanda lahir apa?” Jeremy bertanya dengan penasaran. “Sebuah ku—” “Aku merasa sedikit pusing, Jeremy…” Kedua alis Madeline mengerut tepat di saat Eloise mulai mendeskripsikan tanda lahir berbentuk kupu-kupu itu. Dia kemudian bersandar lemah di dada Jeremy. Perhatian Jeremy seketika kembali ke Madeline. Dia langsung membawanya pergi. “Aku akan membawamu ke rumah sakit.” “Tidak usah, cuma capek saja kok,” jawab Madeline lembut saat menyandarkan dirinya ke bahu Jeremy. Entah mengapa mata Eloise dan Sean bersinar dengan kekhawatiran saat mereka menyaksikan Jeremy membawa Madeline pergi. Malam semakin kelam di kala angin menggesek dedaunan di pohon di depan bingkai jendela. Madeline berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam, berpura-pura tidur meskipun dia bahkan tidak mengantuk. Malam ini adalah malam pertama mer
Bibir merah muda Madeline mengerucut saat dia menatap dengan acuh tak acuh wajah bahagia pria yang sedang tidur di hadapannya.‘Seingatku kau bilang kalau kau menderita insomnia selama tiga tahun belakangan ini?’ ‘Namun pagi ini tampaknya kau tidur dengan nyenyak.’‘Hmph. Pernahkah kau merasa bersalah atau tidak tenang dengan kematianku, Jeremy?’ ‘Tidak, kau tidak pernah.’ Madeline langsung membasuh wajahnya dan berganti pakaian setelah menyempatkan waktu untuk memberikan lirikan terakhir pada wajah pria itu. Keluar dari kamar, dia bertemu Jackson yang juga sedang keluar dari kamarnya. “Selamat pagi, Jack.’ Dia tersenyum dan menghampiri anak itu. “Sudah waktunya berangkat ke sekolah, ya? Kau mau Kakak Vera membuatkanmu sarapan?” Jackson mengedipkan matanya dan mengangguk dengan polos saat menatap Madeline. “Ya.” Emosi Madeline berkurang drastis saat menatap wajah menggemaskan bocah kecil itu. Meskipun pelayan sudah menyiapkan sarapan, Madeline memasak lagi. Sarapan yang lebih
Baik mata Madeline maupun Eloise membelalak mendengar komentar Jackson. Eloise Patton juga seorang desainer, jadi dia bisa menggambar kembali tanda lahir Madeline dengan sempurna di atas kertas A4. Madeline mulai mengira-ngira apakah Jackson pernah kebetulan lewat saat tanda lahirnya terlihat. “Kau pernah melihat kupu-kupu ini, Jack? Di mana?” Eloise membungkuk untuk menanyai bocah itu, keinginan kuat bersinar di kedua matanya yang berkaca-kaca. “Kenapa kau mencetak begitu banyak selebaran, Mrs. Montgomery? Apa kau mencoba untuk mencari putrimu?” Madeline dengan tenang mengalihkan topik pembicaraan. Eloise mengangguk. “Aku juga mengunggahnya ke dunia maya, namun semua selebaran ini hanya pilihan lain. Aku mencoba semua cara jika itu artinya aku bisa menemukan putriku!” Kata-katanya tidak mengandung maksud lain kecuali harapan dan ketulusan. Wanita itu sungguh-sungguh berharap bisa menemukan putrinya yang lama hilang. Madeline merasakan hatinya bergetar dan jantungnya terkepal d
Sean menatap Madeline dengan bingung. “Kenapa kau membawa istriku ke rumah sakit, Miss Quinn?” “Itu karena…” Madeline hampir memberikan penjelasan ketika suara isakan terdengar dari dalam kamar. Ekspresi Sean berubah dan dia segera berbalik untuk masuk ke dalam kamar. Menghela nafas dalam-dalam, Madeline memasuki kamar seolah tak terjadi apa-apa. Eloise benar-benar sudah sadar dan wanita itu saat ini sedang menangis tersedu-sedu. Sean menghampiri istrinya dengan khawatir. “Ada apa, Ellie? Apa yang membuatmu begitu sedih?” Baru saat itulah Eloise tampaknya menyadari kehadiran Sean. Dia menatap suaminya dengan mata memerah karena tangisannya. Ada rasa sakit yang tak bisa dipulihkan dan tak bisa disembuhkan dalam tatapan sedihnya.“Kenapa Tuhan harus menghukum kita seperti ini, Sean? Kenapa…” Suara Eloise bergetar saat air mata berjatuhan bagaikan mutiara dari kedua matanya.Bingung, Sean merasakan hatinya bertambah panik. “Apa maksudmu, Ellie? Jangan menangis. Shh, tenanglah. B
Dalam waktu sepersekian detik, Eloise dan Sean mendengar teriakan Madeline.Meskipun beberapa saat sebelumnya Eloise telah bertekad untuk mengikuti putrinya ke alam baka, wanita itu berbalik karena terkejut dan memanjat kembali ke dalam setelah mendengar kata-kata Madeline. Air mata mengalir deras di kedua pipinya saat dia menatap Madeline yang berdiri tidak terlalu jauh. Dia linglung. Lewat air matanya yang berkilauan, dia menyadari bahwa gadis itu memiliki penampakan yang sama dengan yang terkubur dalam-dalam secara menyakitkan di benaknya. “Eveline-mu masih hidup, Mom. Kau tak perlu mati untukku,” kata Madeline sambil tersenyum lembut. “Turunlah. Dad semakin cemas, hmm?” “Eveline…” Eloise berjalan menjauh dari batas bahaya sambil menatap Madeline seperti kesurupan. Sean berkedip kosong pada Madeline untuk beberapa saat sebelum kembali tersadar dan menarik Eloise ke dalam kamar rumah sakit yang aman. Kemudian, dia mengunci pintu ke balkon. “Apa ... apa kau Madeline? Apa kau ben
Saat kau melihat keluar dari satu sisi jendela transparan setinggi langit-langit, kau akan melihat sebuah tepian sungai yang rimbun. Sisi lainnya mengizinkan mereka yang ada di kantor untuk mengawasi setiap jengkal kota di bawah. Sungguh sebuah tempat yang luar biasa untuk sebuah kantor, dan pastinya bukan tempat yang bisa dimiliki oleh sembarang Tom, Dick, atau Harry jika mereka mau. Dia pernah dicabut haknya untuk mengunjungi tempat ini.Jeremy adalah suaminya, dan sementara dia tidak pernah diizinkan masuk ke kantornya, pria itu membiarkan wanita lain datang dan pergi sesuka hati. Sepasang bibir Madeline melengkung ke atas saat dia diam-diam mengeluarkan makanan yang dibelinya. Dia tak akan pernah memakai celemek dan memasak untuk pria ini lagi, karena kerelaan apa pun yang dia beri dulu kini sudah tidak ada lagi. Jeremy jelas sedang dalam suasana hati yang bagus saat pria itu makan dengan gembira tanpa curiga apakah Madeline sendiri yang benar-benar memasak makanan itu atau tid
Madeline tak punya waktu lagi untuk menghentikan wanita itu saat Eloise terlanjur mengucapkan kalimat seperti itu.Untuk sesaat udara di sekitar mereka menjadi senyap, dan Madeline memperhatikan reaksi Jeremy lewat kedua sudut matanya. Ekspresi pria itu agak sedikit rumit, seakan dia barusan saja mendengar sebuah berita yang tak terduga. Namun, juga terlihat tenang.Madeline merenung selama beberapa detik sebelum memecahkan kesunyian. "Mr. Montgomery, Mrs. Montgomery, kalian sungguh-sungguh berpikir kalau Madeline adalah putri kandung kalian?"Eloise menatapnya, berucap, "Meskipun belum ada verifikasi secara ilmiah, aku sudah 90% yakin kalau Madeline adalah putriku!"Intonasi wanita itu sangat yakin, dan kedua matanya yang berkaca-kaca dengan selapis kabut menatap wajah Madeline dengan nostalgia yang tak tertandingi."Miss Vera punya seorang putri, benar?" Tiba-tiba Eloise bertanya.Madeline mengangguk. "Yeah.""Ketika aku melihat putrimu di pintu masuk taman kanak-kanak, aku terkejut
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka