Jeremy menatap Madeline. Lalu, di bawah tatapan penuh harap Meredith, pria itu berjalan melewatinya dan langsung menuju Madeline.Meredith berdiri di karpet merah, bingung. Dia membeku di tempat.“Kenapa kau di sini?” Jeremy berjalan ke arah Madeline, wajah cantiknya terpantul di sepasang mata lembut pria itu.“Miss Crawford mengundangku,” jawab Madeline sambil tersenyum. Dia mengangkat kedua tangannya untuk meluruskan dasi Jeremy. “Miss Crawford mengatakan padaku bahwa kau sudah lama menantikan hari ini. Dia juga bilang kalau kau akan segera menjadi miliknya, jadi aku seharusnya tidak lagi berangan-angan dan segera enyah. Tapi, aku sangat mencintaimu, jadi bagaimana mungkin aku rela melepaskanmu?”“...” Wajah Meredith menggelap setelah mendengar itu.Saat dia melihat Jeremy mengangkat alisnya dengan dingin, dia buru-buru menjelaskan. “Jeremy, jangan dengarkan dia. Aku tak pernah mengatakan semua itu.””Kau sangat tidak bertanggung jawab Miss Crawford. Jika kau bisa mengatakannya, kena
Setelah MC selesai mengatakan itu, Meredith tersipu. Dia menatap Jeremy dengan penuh kerinduan.‘Jeremy, cepat katakan kau bersedia!’‘Aku sudah terlalu lama menunggu datangnya hari ini!’Jantung Meredith berpacu. Dia merasa seolah-olah dirinya akan mendapatkan pencapaian terbesar dalam hidupnya.Lagi pula, dia memperhatikan bahwa Jeremy tersenyum hangat padanya. Ada kelembutan di kedua mata pria itu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Meredith sangat yakin dia akan mendapatkan ini!Namun, di saat itu, ponsel seseorang mulai berdering.Dering itu memecahkan keheningan, membuat Meredith tidak senang. Akan tetapi, dia menyadari kalau itu adalah ponsel Jeremy.Jeremy menekan apa yang dia rasakan sebelumnya dan mengeluarkan ponselnya.Saat melihat ID peneleponnya, dia mengangkat kepalanya dan menatap Madeline yang duduk di baris paling belakang.“Jeremy, tiba-tiba perutku sakit. Aku tak tahu apakah mungkin ada yang salah dengan bayi kita. Kurasa aku tak sanggup lagi menyaksikan ini. Ak
Memandang sepasang mata indah dan hidup di depannya, pikiran Jeremy mulai mengembara.Lagi pula dia tak pernah ingin mengatakan 'aku bersedia'.Ketika MC mengambil janji pernikahannya, dia teringat saat dirinya menikahi Madeline. Itulah mengapa dia tersenyum dan juga mengapa tatapannya melembut.Ketika Madeline melihat Jeremy tenggelam dalam pikirannya, dia memanggil pria itu, “Jeremy, apa yang sedang kau pikirkan?”Setelah dia menanyakan itu, ponsel Jeremy berdering.“Aku harus mengurus beberapa hal. Aku akan kembali secepatnya.” Jeremy berkata setelah melihat ID penelepon di layar.“Pergilah.”Jeremy mengangguk, dan ketika hendak menutup pintu di belakangnya, dia menaikkan pandangannya untuk melihat wanita yang sedang bersandar di kepala tempat tidur itu. Ada sebuah tatapan yang menggugah pikiran di kedua matanya.Madeline bangun dari tempat tidur ketika mendengar suara mesin mobil.Dia tak menyangka Jeremy akan membawanya pulang ke rumah pria itu.Namun, dia senang. Jeremy menelanta
Meredith tak bisa menerima akhir seperti ini. Dia juga menolak untuk mempercayai ini.Tidak, Jeremy pasti mengambil langkah mundur demi untuk menang!‘Jeremy pasti berpura-pura tidak peduli agar aku berhenti menggunakan abu Madeline sebagai alat tawar menawar.’Saat Meredith memikirkan ini, dia mendapati kalau hal itu masuk akal.Namun, saat dia kembali ke kesadarannya, Jeremy sudah pergi.Meredith tak teryakinkan. Dia sudah hampir menjadi Mrs. Whitman, tapi dia tetap didiskualifikasi. Apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan ini lolos begitu saja!Dia mengepalkan kedua tinjunya dengan murka. “Pelacur kau, Vera Quinn! Tunggu saja!”Karena mengkhawatirkan putrinya, Eloise keluar rumah tepat pada waktunya.Namun, dia tidak menyangka melihat Meredith mengepalkan tinjunya dan mengucapkan kata-kata keji itu.Hati Eloise yang khawatir mencelos.Ini adalah pertama kalinya dia melihat ekspresi menyeramkan di wajah Meredith. Dalam benaknya, Meredith kalem dan lembut. Selain itu, gadis itu
Dia tak bisa membalas perasaan Felipe meskipun dia pria yang baik. Setelah membalas dendam, satu-satunya hal yang bisa dia berikan pada pria itu adalah rasa saling menghormati dan sebuah janji untuk menemani pria itu.Keesokan paginya, Felipe menerima sebuah panggilan telepon dan keluar.Setelah Madeline selesai memandikan Lilian, bel pintu berbunyi.Yang mengejutkan, ketika dia membuka pintu, dia melihat Jeremy berdiri di depan pintu, terlihat lelah seperti habis bepergian.Saat melihat ekspresi terkejut di wajah Madeline, Jeremy berjalan mendekat. Sepasang matanya serius ketika dia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menarik Madeline ke dalam pelukannya.Madeline terpana. “Jeremy?”“Aku sangat merindukanmu.”Dia menjawab dan memeluk Madeline semakin erat. Seolah-olah gadis ini akan menghilang dari dunianya selamanya jika dia melepaskan pelukannya.Dia tak akan membiarkan gadis ini menghilang.Ada seulas senyum sinis di wajah Madeline. ‘Jeremy, kami jelas-jelas memiliki wajah yang sa
Setelah melihat dengan lebih saksama, memang benar itu Rose.Eloise bingung. Ini adalah studio tato, jadi apa yang Rose dan Mer lakukan di sini?Apakah Mer di sini untuk membuat tato?Apakah karena gadis itu cinta mati pada Jeremy makanya dia ingin menato nama Jeremy di tubuhnya?Setelah merenungkannya, Eloise memutuskan untuk masuk.Namun, saat dia melangkah, dia mendengar Rose dengan gembira berbicara dengan seseorang lewat telepon. “Jangan khawatir, aku sudah lama menyuruh seseorang untuk menanyakan ini. Pemilik studio tato ini sangat terampil, jadi si Montgomery itu pasti tak akan memperhatikan. Lagi pula, Mer hanya melakukan sebuah perbaikan. Tak akan ada masalah.”Saat mendengar itu, Eloise berhenti.‘Si Montgomery tak akan memperhatikan?’‘Apa yang keluarga Montgomery tak akan lihat?’Jantung Eloise berpacu. Dia merasa panik.Setengah jam kemudian, Meredith dan Rose keluar.Eloise bersembunyi di satu sisi. Saat melihat Meredith, dia hanya melihat kalau gadis itu sedang bersemang
Setelah mendengar perkataan Meredith, Eloise tak lagi menghentikan gadis itu.Meredith membawa kopernya ke rumah Jeremy. Dia tak memiliki kunci, jadi pembantu lah yang membukakan pintu untuknya.Pembantu itu telah mendengar tentang pernikahan Meredith dan Jeremy. Ketika melihat Meredith, dia menyapa dengan penuh sanjungan, “Madam, Anda pulang.”Meredith sangat senang mendengarnya.Meskipun upacara pernikahan mereka telah dikacaukan, dia masih mendapatkan statusnya.Siapa di Glendale ini yang tidak tahu bahwa Meredith Crawford adalah istri Jeremy?Meredith melenggang ke lantai atas. Saat ingin memasuki kamar Jeremy, dia menyadari kalau pintu kamar itu terkunci.Saat ini, suara-suara terdengar dari lantai bawah. “Tuan, Anda pulang. Madam juga baru saja pulang.”“Madam?” Jeremy mengerutkan keningnya sambil menatap wanita yang sedang tersenyum di sebelahnya.Pembantu itu merasa canggung saat menatap Madeline yang sedang memeluk lengan Jeremy.“Ambil barang belanjaan sana.” Jeremy menyuruh
Meredith dengan bingung membelalakkan kedua matanya sembari menatap wanita di hadapannya. Dia luar biasa syok ketika melihat tatapan menusuk dan arogan yang ditujukan padanya.“Kau… Vera, apa maksudmu? Apa hubungannya masa laluku dengan dirimu?”“Apa hubungannya?” Madeline memajukan wajahnya ke wajah Meredith. “Lihat wajahku. Tanpa melawan hati nuranimu, bisakah kau katakan bahwa semua yang sudah kau lakukan dulu tidak ada hubungannya denganku?”“...”Jantung Meredith berpacu kencang.Wajah di hadapannya mengingatkannya pada Madeline, gadis yang dia tekan hingga menjemput ajalnya.Kedua matanya membelalak, dan dia sangat ketakutan.“K-kau… Madeline…”Madeline menyeringai saat melihat ekspresi ketakutan Meredith.“Kenapa? Apa kau akhirnya ingat apa yang sudah kau perbuat? Apa kau ingat bagaimana tidak tahu malunya dirimu menceburkan diri ke dalam pernikahan Madeline dan Jeremy? Apa kau ingat bagaimana kau menyakiti Madeline dengan semua kelicikanmu dan membuat gadis itu harus menanggung