Jeremy menatap Meredith, gadis yang pernah dia janjikan untuk dia jaga selamanya, dan seulas senyum sarkastik merayap ke wajah tampannya. “Aku bahkan tidak menemukan sopir itu.”“…” Tak seorang pun menyangka kalau Jeremy akan tiba-tiba mengatakan sebuah kalimat seperti itu.Udara di seluruh ruang tamu seketika seperti membeku saat kedua mata Meredith membelalak sebesar alas cangkir. Gadis itu menatap wajah tampan Jeremy yang penuh dengan kekecewaan dan cemooh, dengan tatapan syok.Pria itu benar-benar menjebaknya!Dirinya telah mengakui bersama-sama dengan Tanner menjebak Madeline karena ketakutan!Madeline duduk dengan anteng di sofa, namun jantungnya sama sekali tidak kalem saat ini.Hanya sehari sebelumnya, Jeremy telah memintanya untuk berdandan seperti Madeline untuk menjebak Tanner, namun usaha itu gagal.Ia awalnya mengira bahwa tak ada bukti manusia atau fisik yang dapat ditemukan untuk membuktikan fakta bahwa Meredith melakukan perbuatan keji saat itu. Namun, yang tidak ia dug
Mendengar ini, Meredith tampak seperti kehabisan tenaga.Sepertinya pria itu benar-benar serius.“Jeremy, bagaimana bisa kau melakukan ini?” Eloise segera mencari keadilan untuk Meredith. “Meredith telah bersamamu selama bertahun-tahun, dan anak yang dia lahirkan sudah berusia lima tahun. Dalam lima tahun terakhir, dia telah didiskreditkan dengan jahat sebagai simpanan. Sekarang, karena Madeline terkutuk itu, kau tidak menginginkan Meredith lagi?" wanita itu bertanya.Kedua pelipis Jeremy tiba-tiba berdenyut, dan tatapannya tiba-tiba menjadi gelap.Dia benar-benar tidak ingin mendengar orang selalu menggunakan 'Madeline terkutuk' saat menyebut nama Madeline.“Diam!" Old Master Whitman balas memarahi dengan murka, "Mrs. Montgomery, meskipun gadis ini adalah putrimu yang telah lama hilang, kau tidak boleh menggunakan cara ini untuk mengganti hutang yang harus kau bayar kepada putrimu! Madeline juga dibesarkan oleh orang tuanya! Jika orang tuanya tahu bahwa dia telah menanggung kesedihan
Madeline tak peduli jika Jeremy memberi mawar untuk wanita lain. Ia hanya merasa ada yang aneh.Mobil Jeremy melaju lurus. Secara bertahap mobil-mobil menjadi semakin sedikit di sepanjang jalan ini.Agar tidak ketahuan Jeremy, Felipe menjaga jarak yang lumayan jauh.Setelah sekitar 20 menit, Madeline melihat mobil Jeremy berhenti.Namun, tempat di mana dia memarkir mobilnya membuat Madeline dan Felipe bingung.“Kuburan?”Jeremy benar-benar datang ke kuburan.Kenapa dia datang ke tempat ini sambil membawa sebuah buket mawar?Selain itu, pemakaman ini adalah tempat dirinya pernah menguburkan abu kakek dan anak pertamanya. Ini juga tempat di mana pria itu dengan kejam menghancurkan abu anak mereka di depannya. Hati Madeline bergetar hebat memikirkan itu. Salju yang melayang di langit pada hari yang menentukan itu seakan-akan melayang ke dalam hatinya saat ini, sangat dingin.Ia tak akan pernah melupakan betapa putus asa dan tidak berdayanya dirinya ketika memohon pada Jeremy. Namun, pria
Jeremy dengan lembut menyentuhkan jari-jarinya ke huruf-huruf di batu nisan sebelum akhirnya berdiri.Sekelilingnya kosong, sama seperti hatinya yang sunyi saat ini.Saat gerimis tiba-tiba mulai tercurah dari langit, Jeremy pergi dengan enggan.Setelah Madeline menjemput Lilian dan kembali ke apartemen, ia menerima telepon dari Jeremy.Pria itu bilang kalau sudah berada di gerbang depan dan mencarinya untuk menyampaikan sesuatu yang penting.Madeline menutup telepon dan menatap Felipe yang sedang bermain bersama Lilian.“Pergilah dan lakukan hal-hal yang ingin kau lakukan.” Felipe sudah bisa membaca lewat rasa sungkan dan keragu-raguan di kedua mata Madeline.Pria itu tahu bahwa satu-satunya yang gadis itu ingin lakukan sekarang adalah membalaskan dendamnya.Jeremy adalah salah satu target balas dendam gadis itu.Madeline mengganti pakaiannya dan pergi ke bawah dengan membawa tas. Segera setelah ia keluar dari lift, ia melihat mobil Jeremy terparkir di luar.Saat itu hujan turun dengan
Meredith memencet bel pintu.Ini benar-benar mengejutkan Madeline.Tiga tahun telah berlalu. Apakah Meredith bahkan tak punya kunci pintu rumah ini?Ia bingung. Ia melihat Jeremy sedikit mengerutkan keningnya dengan sebuah tatapan dalam seolah-olah sedang memikirkan sesuatu."Tuan Whitman, apakah Anda tidak akan membuka pintu? Miss Crawford ada di sini. Bagaimanapun, dia adalah ibu anak Anda." Madeline tersenyum tipis.Jeremy perlahan mengangkat sepasang matanya yang gelap saat mendengar kata-kata Madeline. "Aku hanya akan pergi sebentar. Tunggu aku.""Baiklah." Madeline tersenyum dan mengangguk. Menatap Jeremy berbalik, seulas senyum satiris muncul di sepasang matanya yang indah dan memesona.‘Hmph, sepertinya kau masih belum rela untuk berjauhan dengan gadis itu, ya?’Hujan diluar sangat lebat. Saat pintu itu terbuka, angin sepoi-sepoi akhir musim panas berhembus masuk. Terasa sedikit mendinginkan."Jeremy, kau akhirnya mau menemuiku." Meredith bergegas maju ke arah Jeremy dengan sik
Suasana hati Meredith sudah sangat buruk akhir-akhir ini sehingga dia hampir meledak saat ini. Dia tak menyangka akan melihat kemunculan Vera di rumah Jeremy!Cukup sudah.Meredith juga tak bisa menerima makan malam dengan cahaya lilin yang indah di depannya atau pemandangan Jeremy yang memegang tangan Vera dengan gugup saat mencoba untuk menangani luka gadis itu."Ini hanya luka kecil. Anda tak perlu khawatir, Mr. Whitman," Madeline berkata ringan, menarik kembali tangannya."Meskipun luka kecil, bisa kena infeksi jika tidak ditangani dengan baik. Aku akan mengambil penyeka alkohol," kata Jeremy lembut kemudian berdiri. Melihat kalau ternyata Meredith juga mengikutinya, dia hanya melirik gadis itu sebelum akhirnya berbalik untuk mengambil kotak P3K."Terima kasih." Madeline berterima kasih pada pria itu kemudian dengan perlahan berdiri.Ia mengangkat kedua matanya, seolah-olah baru menyadari kehadiran Meredith dengan wajah basah dan muramnya. "Miss Crawford, kita bertemu lagi."Hati M
Meredith menatap wajah tegas itu, kebingungan. "Jeremy, apa tadi kau bilang?""Kenapa kau tidak pergi saja?" Pria itu sudah menurunkan nada bicaranya, terdengar seakan-akan masih punya perasaan pada Meredith.Meredith begitu marah hingga menggertakan gigi-giginya. Ketika melihat Madeline dengan kedua bibirnya yang melengkung membentuk senyuman saat Jeremy melindunginya di belakang punggung pria itu, dia benar-benar murka.Tepat ketika Madeline mengira Meredith akan meledak oleh amarah, Meredith sebaliknya seolah tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang berbeda. Dia melepaskan tinjunya dan amarahnya hilang. Kemudian, dia mendekati Jeremy dan berkata pelan..."Jeremy."Kedua mata Meredith memerah saat menatap sedih pria di hadapannya yang masih tetap mempertahankan ekspresi dinginnya."Aku tahu aku melakukan sesuatu yang salah dan itu sudah mengecewakanmu, namun aku tidak mengkhianati hati nuraniku. Semua yang kulakukan adalah untuk Jack dan dirimu. Aku tak pernah menyakiti Orang yang ta
Jeremy menguncikan kedua matanya dengan sepasang mata indah Madeline dengan sebuah garansi. Dia kemudian mengangkat gelas anggurnya."Ini untuk meminta maaf atas nama orang yang menamparmu sebelumnya," ucap Jeremy sebelum melanjutkan menghabiskan anggur merah di gelasnya. Dia kemudian menuang gelas berikutnya. "Ini untuk merayakan pertemananku dengan wanita yang luar biasa seperti Miss Vera."Dia terus berbicara sambil meminum beberapa gelas, satu demi satu.Malam menjadi semakin gelap. Hujan di luar juga reda secara bertahap sementara Jeremy sudah menandaskan seluruh isi botol anggur merah.Wajah aslinya yang putih sekarang memerah dengan sedikit warna merah karena mabuk, dan matanya yang sipit dan memikat berkabut karena efek alkohol.“Calon Mrs. Whitman, izinkan aku mengantarmu pulang." Jeremy berdiri, namun jelas, dia sudah mabuk."Mr. Whitman, Anda sebaiknya beristirahat. Saya akan menelepon Felipe untuk datang menjemput saya.""Dia?" Jeremy tertawa dalam suara rendahnya. Suaranya