Jeremy dengan lembut menyentuhkan jari-jarinya ke huruf-huruf di batu nisan sebelum akhirnya berdiri.Sekelilingnya kosong, sama seperti hatinya yang sunyi saat ini.Saat gerimis tiba-tiba mulai tercurah dari langit, Jeremy pergi dengan enggan.Setelah Madeline menjemput Lilian dan kembali ke apartemen, ia menerima telepon dari Jeremy.Pria itu bilang kalau sudah berada di gerbang depan dan mencarinya untuk menyampaikan sesuatu yang penting.Madeline menutup telepon dan menatap Felipe yang sedang bermain bersama Lilian.“Pergilah dan lakukan hal-hal yang ingin kau lakukan.” Felipe sudah bisa membaca lewat rasa sungkan dan keragu-raguan di kedua mata Madeline.Pria itu tahu bahwa satu-satunya yang gadis itu ingin lakukan sekarang adalah membalaskan dendamnya.Jeremy adalah salah satu target balas dendam gadis itu.Madeline mengganti pakaiannya dan pergi ke bawah dengan membawa tas. Segera setelah ia keluar dari lift, ia melihat mobil Jeremy terparkir di luar.Saat itu hujan turun dengan
Meredith memencet bel pintu.Ini benar-benar mengejutkan Madeline.Tiga tahun telah berlalu. Apakah Meredith bahkan tak punya kunci pintu rumah ini?Ia bingung. Ia melihat Jeremy sedikit mengerutkan keningnya dengan sebuah tatapan dalam seolah-olah sedang memikirkan sesuatu."Tuan Whitman, apakah Anda tidak akan membuka pintu? Miss Crawford ada di sini. Bagaimanapun, dia adalah ibu anak Anda." Madeline tersenyum tipis.Jeremy perlahan mengangkat sepasang matanya yang gelap saat mendengar kata-kata Madeline. "Aku hanya akan pergi sebentar. Tunggu aku.""Baiklah." Madeline tersenyum dan mengangguk. Menatap Jeremy berbalik, seulas senyum satiris muncul di sepasang matanya yang indah dan memesona.‘Hmph, sepertinya kau masih belum rela untuk berjauhan dengan gadis itu, ya?’Hujan diluar sangat lebat. Saat pintu itu terbuka, angin sepoi-sepoi akhir musim panas berhembus masuk. Terasa sedikit mendinginkan."Jeremy, kau akhirnya mau menemuiku." Meredith bergegas maju ke arah Jeremy dengan sik
Suasana hati Meredith sudah sangat buruk akhir-akhir ini sehingga dia hampir meledak saat ini. Dia tak menyangka akan melihat kemunculan Vera di rumah Jeremy!Cukup sudah.Meredith juga tak bisa menerima makan malam dengan cahaya lilin yang indah di depannya atau pemandangan Jeremy yang memegang tangan Vera dengan gugup saat mencoba untuk menangani luka gadis itu."Ini hanya luka kecil. Anda tak perlu khawatir, Mr. Whitman," Madeline berkata ringan, menarik kembali tangannya."Meskipun luka kecil, bisa kena infeksi jika tidak ditangani dengan baik. Aku akan mengambil penyeka alkohol," kata Jeremy lembut kemudian berdiri. Melihat kalau ternyata Meredith juga mengikutinya, dia hanya melirik gadis itu sebelum akhirnya berbalik untuk mengambil kotak P3K."Terima kasih." Madeline berterima kasih pada pria itu kemudian dengan perlahan berdiri.Ia mengangkat kedua matanya, seolah-olah baru menyadari kehadiran Meredith dengan wajah basah dan muramnya. "Miss Crawford, kita bertemu lagi."Hati M
Meredith menatap wajah tegas itu, kebingungan. "Jeremy, apa tadi kau bilang?""Kenapa kau tidak pergi saja?" Pria itu sudah menurunkan nada bicaranya, terdengar seakan-akan masih punya perasaan pada Meredith.Meredith begitu marah hingga menggertakan gigi-giginya. Ketika melihat Madeline dengan kedua bibirnya yang melengkung membentuk senyuman saat Jeremy melindunginya di belakang punggung pria itu, dia benar-benar murka.Tepat ketika Madeline mengira Meredith akan meledak oleh amarah, Meredith sebaliknya seolah tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang berbeda. Dia melepaskan tinjunya dan amarahnya hilang. Kemudian, dia mendekati Jeremy dan berkata pelan..."Jeremy."Kedua mata Meredith memerah saat menatap sedih pria di hadapannya yang masih tetap mempertahankan ekspresi dinginnya."Aku tahu aku melakukan sesuatu yang salah dan itu sudah mengecewakanmu, namun aku tidak mengkhianati hati nuraniku. Semua yang kulakukan adalah untuk Jack dan dirimu. Aku tak pernah menyakiti Orang yang ta
Jeremy menguncikan kedua matanya dengan sepasang mata indah Madeline dengan sebuah garansi. Dia kemudian mengangkat gelas anggurnya."Ini untuk meminta maaf atas nama orang yang menamparmu sebelumnya," ucap Jeremy sebelum melanjutkan menghabiskan anggur merah di gelasnya. Dia kemudian menuang gelas berikutnya. "Ini untuk merayakan pertemananku dengan wanita yang luar biasa seperti Miss Vera."Dia terus berbicara sambil meminum beberapa gelas, satu demi satu.Malam menjadi semakin gelap. Hujan di luar juga reda secara bertahap sementara Jeremy sudah menandaskan seluruh isi botol anggur merah.Wajah aslinya yang putih sekarang memerah dengan sedikit warna merah karena mabuk, dan matanya yang sipit dan memikat berkabut karena efek alkohol.“Calon Mrs. Whitman, izinkan aku mengantarmu pulang." Jeremy berdiri, namun jelas, dia sudah mabuk."Mr. Whitman, Anda sebaiknya beristirahat. Saya akan menelepon Felipe untuk datang menjemput saya.""Dia?" Jeremy tertawa dalam suara rendahnya. Suaranya
Madeline bisa melupakan banyak hal dalam hidupnya. Ia bisa melupakan saat-saat terbaik dalam hidupnya dan perasaan indah yang dimilikinya ketika dirinya mencintai Jeremy dengan begitu dalam, tapi ia tidak akan pernah bisa bersikap biasa saja dengan sesuatu di depannya ini selama sisa hidupnya.Bingung, ia perlahan mengulurkan tangannya untuk mengambil benda yang jatuh ke lantai itu sebelum akhirnya meletakkannya di telapak tangannya.Melihat benda itu, ia seolah tiba-tiba bisa mendengar suara ombak serta bau dan rasa asin angin laut. Bahkan janji lembut seorang anak laki-laki terdengar di telinganya, "Linnie, saat aku besar nanti, aku akan menjadikanmu pengantinku..."Namun, janji itu hilang terbawa angin dan pada akhirnya tenggelam ke dasar laut untuk selamanya. Segala sesuatunya tak akan pernah bisa kembali ke saat itu lagi dalam hidup ini..."Linnie..."Madeline berhenti memanjakan dirinya menyusuri memori masa lalunya dan melihat ke arah Jeremy yang sedang bergumam.Pria itu masih
Madeline sudah berbalik dengan santai saat Meredith menyeimbangkan dirinya. Saat melihat punggung Madeline, Meredith menjadi marah!Dia menunjuk punggung Madeline dengan marah saat kemurkaan menyembur keluar dari mulutnya. “Vera Quinn, pelacur kau! Aku akan membiarkanmu melihat apa yang bisa aku perbuat padamu! Tunggu saja!”Meredith meraung sekuat tenaga. Ketika mengingat apa yang dia lihat melalui jendela tadi, paru-parunya terasa seperti akan meledak karena amarah.Tidak!Dia harus mengembalikan kontrol dirinya.Meredith mengingatkan dirinya sendiri bahwa Vera bukanlah tandingannya. Lagi pula, bagaimana mungkin seorang wanita yang terlihat persis seperti Madeline bisa menang melawannya?“Vera Quinn, aku akan membuatmu melihat apa yang bisa aku lakukan secepatnya!”Meredith menyipitkan matanya yang tampak menyeramkan seolah-olah tertutup lapisan bisa ular.…Madeline menunggu Felipe di persimpangan jalan. Kemudian, pria itu membawanya pulang.Saat itu, dalam kegelapan malam Madelin
Madeline melihat Jeremy ragu-ragu sejenak. Dalam dua sampai tiga detik itu, ia tak tahu apa yang pria itu pikirkan. Namun, setelah beberapa saat, Jeremy menatapnya dengan tatapan rumit di matanya sebelum bergegas ke Meredith.Dia berlutut dan menarik Meredith yang tampaknya tidak sadar ke dalam pelukannya.“Mer, Mer, bangun.”Dia menepuk ringan pipi Meredith dengan tatapan khawatir di kedua matanya.Sambil memegang sarapan di tangannya, Madeline berdiri di pintu depan. Ketika melihat apa yang terjadi di depannya, ia menyeringai sinis.‘Jeremy, kau tak pernah mengecewakan aku.’‘Kau masih sangat peduli dengan gadis itu.’‘Terlepas dari semua hal mengerikan yang telah Meredith lakukan, gadis itu tetap cinta sejatimu?’Pada saat ini, Meredith perlahan membuka kedua matanya di pelukan Jeremy. Dengan berlinang air mata, dia menatap Jeremy dengan menyedihkan.“Jeremy, aku salah. Aku tahu semua kesalahanku. Mohon jangan tinggalkan aku, oke?” Meredith berkata dengan lemah saat air mata semakin
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka