Madeline bisa melupakan banyak hal dalam hidupnya. Ia bisa melupakan saat-saat terbaik dalam hidupnya dan perasaan indah yang dimilikinya ketika dirinya mencintai Jeremy dengan begitu dalam, tapi ia tidak akan pernah bisa bersikap biasa saja dengan sesuatu di depannya ini selama sisa hidupnya.Bingung, ia perlahan mengulurkan tangannya untuk mengambil benda yang jatuh ke lantai itu sebelum akhirnya meletakkannya di telapak tangannya.Melihat benda itu, ia seolah tiba-tiba bisa mendengar suara ombak serta bau dan rasa asin angin laut. Bahkan janji lembut seorang anak laki-laki terdengar di telinganya, "Linnie, saat aku besar nanti, aku akan menjadikanmu pengantinku..."Namun, janji itu hilang terbawa angin dan pada akhirnya tenggelam ke dasar laut untuk selamanya. Segala sesuatunya tak akan pernah bisa kembali ke saat itu lagi dalam hidup ini..."Linnie..."Madeline berhenti memanjakan dirinya menyusuri memori masa lalunya dan melihat ke arah Jeremy yang sedang bergumam.Pria itu masih
Madeline sudah berbalik dengan santai saat Meredith menyeimbangkan dirinya. Saat melihat punggung Madeline, Meredith menjadi marah!Dia menunjuk punggung Madeline dengan marah saat kemurkaan menyembur keluar dari mulutnya. “Vera Quinn, pelacur kau! Aku akan membiarkanmu melihat apa yang bisa aku perbuat padamu! Tunggu saja!”Meredith meraung sekuat tenaga. Ketika mengingat apa yang dia lihat melalui jendela tadi, paru-parunya terasa seperti akan meledak karena amarah.Tidak!Dia harus mengembalikan kontrol dirinya.Meredith mengingatkan dirinya sendiri bahwa Vera bukanlah tandingannya. Lagi pula, bagaimana mungkin seorang wanita yang terlihat persis seperti Madeline bisa menang melawannya?“Vera Quinn, aku akan membuatmu melihat apa yang bisa aku lakukan secepatnya!”Meredith menyipitkan matanya yang tampak menyeramkan seolah-olah tertutup lapisan bisa ular.…Madeline menunggu Felipe di persimpangan jalan. Kemudian, pria itu membawanya pulang.Saat itu, dalam kegelapan malam Madelin
Madeline melihat Jeremy ragu-ragu sejenak. Dalam dua sampai tiga detik itu, ia tak tahu apa yang pria itu pikirkan. Namun, setelah beberapa saat, Jeremy menatapnya dengan tatapan rumit di matanya sebelum bergegas ke Meredith.Dia berlutut dan menarik Meredith yang tampaknya tidak sadar ke dalam pelukannya.“Mer, Mer, bangun.”Dia menepuk ringan pipi Meredith dengan tatapan khawatir di kedua matanya.Sambil memegang sarapan di tangannya, Madeline berdiri di pintu depan. Ketika melihat apa yang terjadi di depannya, ia menyeringai sinis.‘Jeremy, kau tak pernah mengecewakan aku.’‘Kau masih sangat peduli dengan gadis itu.’‘Terlepas dari semua hal mengerikan yang telah Meredith lakukan, gadis itu tetap cinta sejatimu?’Pada saat ini, Meredith perlahan membuka kedua matanya di pelukan Jeremy. Dengan berlinang air mata, dia menatap Jeremy dengan menyedihkan.“Jeremy, aku salah. Aku tahu semua kesalahanku. Mohon jangan tinggalkan aku, oke?” Meredith berkata dengan lemah saat air mata semakin
Karena ikan sudah menyambar umpannya, tinggal tunggu waktu sebelum ia menarik pancingnya kembali.Hari Minggu.Madeline dan Felipe sudah berjanji pada Lilian kalau mereka akan membawanya ke taman hiburan.Meskipun Lilian bukan anak kandung Felipe, pria itu masih sangat memanjakan gadis kecil itu.Felipe merawat Madeline dengan telaten ketika gadis itu hamil sampai melahirkan. Setelah Lilian lahir, Felipe menjadi lebih peduli dan penuh perhatian dari sebelumnya.Felipe adalah pria sempurna yang hanya ada satu di antara sejuta.Namun, Madeline tahu bahwa dirinya tidak layak untuk pria itu. Ia tak pernah berpikir untuk memiliki hubungan romantis apapun dengan pria itu.“Daddy, aku mau kelinci itu.” Suara manis Lilian menarik benak Madeline yang mengembara kembali ke realitas.Ia melihat Lilian dengan kedua lengan melingkari leher Felipe. Kedua kakinya terayun-ayun gembira saat gadis kecil itu dengan manis menyentuhkan hidungnya dengan lembut ke pipi Felipe. Jari imutnya menunjuk ke arah b
Saat mencium aroma familier itu di belakangnya, Madeline langsung tahu siapa orang yang memeluk pinggangnya.Akan tetapi, mengapa Jeremy di sini?Apakah dia juga membawa Jackson ke sini?Apakah bocah itu juga di sini?Madeline tiba-tiba mulai memikirkan Jackson. Kemudian, ia menyeimbangkan tubuhnya dan melepaskan diri dari pelukan Jeremy.“Halo, Tuan yang baik!”Lilian memanggil Jeremy bersamaan dengan munculnya cengiran senang di wajah merah mudanya. Tampaknya Lilian sangat menyukai Jeremy.Ada sedikit senyum di wajah tampan Jeremy. Dia menatap Lilian, lalu mengalihkan pandangannya ke Madeline.“Kukira aku sudah membuat keputusan yang tepat untuk keluar hari ini." Pria itu punya beberapa nada tambahan dalam kalimatnya. “Kenapa kau tidak mengangkat semua teleponku?”Madeline mengangkat kepalanya dan memalsukan seulas senyum. “Maaf, Mr. Whitman. Saya sibuk menghabiskan waktu bersama Felipe dan putri saya. Saya tidak punya waktu untuk menjawab panggilan yang tidak berarti.”“Panggilan ta
“Kau mengenalnya selama tiga tahun tapi anakmu sudah berusia dua tahun?” Jeremy mengerutkan kening. Dia menatap tajam Madeline. “Itu artinya kau sudah mulai mengencaninya sesaat setelah kalian saling kenal.”“Felipe dan saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya langsung tahu kalau saya ingin bersamanya dan memberinya anak. Ada masalah dengan itu?” Tanpa basa basi Madeline menjawab tanpa keragu-raguan sedkit pun.Hati Jeremy karam, namun semua kecurigaan yang tak mau hilang itu muncul lagi dalam dirinya.“Jeremy!”Tiba-tiba, jeritan Meredith menembus gendang telinga mereka.Madeline mengangkat kepalanya dan ia melihat Meredith berlari mendekat dengan panik. Saat kedua pasang mata mereka bertemu, ada rasa jijik dan amarah dalam kedua mata Meredith.Meredith terlihat lumayan bersemangat hari ini dibandingkan hari itu di tengah hujan saat dia terlihat sangat lemah.Dia berlari ke Jeremy dan menggaet tangan pria itu yang sedang menggenggam Madeline. Dia melirik ke situ sebelum menatap J
Pada saat itu, Madeline mengingat sesuatu. Ia dengan cepat berbalik dan berlari ke suatu tempat.Langit sudah gelap dan lampu-lampu jalan sudah dinyalakan. Taman hiburan yang kosong telah kehilangan kehidupannya sejak pagi. Saat ini, yang terdengar hanyalah suara gemerisik pepohonan yang tertiup angin.“Jeremy, apa yang harus kita lakukan sekarang? Jack pasti diculik!” Saat ini, Meredith menyandarkan dirinya pada Jeremy dengan wajah ketakutan dan khawatir.“Jeremy, aku tak sanggup kehilangan Jack! Dia satu-satunya anak kita!”Dia menekankan kata-kata ‘satu-satunya anak kita’ dan tak menyadari ekspresi Jeremy yang karam saat dirinya menyebutkan itu.Saat Jeremy hendak mengatakan sesuatu, dia melihat sesosok figur yang familiar lewat sudut matanya.“Sebaiknya kau kembali saja dulu. Aku punya sesuatu yang harus aku tangani,” ucap Jeremy untuk membuat Meredith pergi sebelum akhirnya segera pergi setelah mengatakan itu.“Jeremy! Jeremy!” Meredith memanggil pria itu, namun Jeremy terus berja
Madeline berbalik sembari berkata, “Satu lagi, saya sarankan Anda membawa Jackson ke dokter. Saya akan pergi sekarang.”“Dia bukan satu-satunya anakku.”?Penjelasan aneh Jeremy terdengar dari belakangnya. Pria ini juga mengatakan itu siang tadi.Madeline berhenti melangkah, dan ia bisa merasakan Jeremy mendekatinya dari belakang.“Aku punya seorang anak perempuan.”“...”Madeline merasakan jantungnya melewati satu detakan saat kilatan rasa kehilangan bisa terlihat dalam sepasang matanya.Apakah Jeremy jadi curiga setelah apa yang ia katakan siang tadi? Mungkin pria ini menemukan sesuatu selama periode waktu yang singkat ini?Namun, ketika pikiran Madeline mulai berkelana, ia mendengar suara Jeremy di telinganya. “Dengan mantan istriku.”“...”Ia membelalakkan matanya sekejap karena syok, merasakan sakit yang menusuk tulang di hatinya.“Benarkah?” Ia bertanya. Ia berbalik untuk menatap ke dalam sepasang mata pria itu sambil menyunggingkan senyum. “Di mana anak itu sekarang?”Jeremy men