Jeremy tampaknya tertarik mengetahui keadaan putranya, jadi dia mulai berjalan ke dalam rumah."Tunggu." Madeline menghentikannya.Jeremy menghentikan langkahnya dan melihat Madeline berjalan ke arahnya dengan ekspresi muram.Dia menyerahkan Lilian kepada Karen. “Mom, bisakah kau membawa Lilly dan Jack ke dalam? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Jeremy.”Karen merasakan atmosfer aneh di udara. Dia khawatir Madeline dan Jeremy hendak bertengkar, jadi dia mengingatkan mereka. “Kalian harus saling berkomunikasi. Bagaimanapun juga, kalian adalah suami istri.”'Suami istri.’'Tentu.’'Suami istri, tapi dia sekarang istri orang lain.'"Jeremy, kenapa kau mengabaikan Lilly?" Madeline mencoba bertanya dengan suara tenang. “Kau sudah mengabaikan Lilly terakhir kali ketika kau menjadi mata-mata dan berusaha menyenangkan Lana.”“Meskipun Lilly masih kecil, dia tetap punya perasaan dan akan merasa sedih juga. Tapi, terlepas dari semua ini, dia masih menyukaimu. Kenapa kau menyakitinya seperti in
"Kau memanggil laki-laki itu 'Rye' dengan sangat manis dan akrab." Kata-kata Jeremy dibalut dengan kecemburuan yang hebat.Madeline menatap mata pria itu dengan berani. “Ya, aku memanggilnya Rye karena sudah menganggap pria itu sebagai teman dekat.”“Saat itu, kau pergi tanpa sepatah kata pun dan bahkan menolak untuk melihatku sebelum menyerahkanku kepada pria itu. Pernahkah kau berpikir tentang bagaimana hal itu akan membuatku merasa?”Sambil mengatakan itu, mata Madeline memerah. Dia bahkan mulai menangis.“Saat kau tidak ada di sini, dialah yang menjagaku dan anak-anak. Dia tidak pernah meminta imbalan apapun kepadaku. Dia bahkan mengatakan bahwa jika kau kembali, dia akan menceraikanku.”"Jeremy, Rye bukan saingan mu, jadi berhentilah berpikir berlebihan." Madeline mencoba menenangkan pikiran Jeremy.Setelah mendengar apa yang Madeline katakan, sorot dingin di kedua mata Jeremy berangsur-angsur menghilang.Dia melepaskan Madeline dan kembali memeluknya dengan lembut. “Eveline, apa
Dia marah dan ingin mengumpulkan teman-temannya untuk memberi Jackson pelajaran. Namun, sebelum bisa mengatakan apa-apa, dia merasakan seseorang menarik kerahnya. Segera setelah itu, dia tergantung di udara.Wajahnya menjadi pucat karena ketakutan saat kedua kakinya mulai menendang-nendang. Ketika mengangkat kepalanya, dia melihat wajah yang sangat muram."S―siapa kamu?"“Minta maaf pada gadis kecil itu sekarang. Jika tidak, aku akan melemparkanmu ke laut untuk memberi makan ikan,” kata Fabian memperingatkan. Dia sama sekali tidak bercanda.Bocah itu mengerutkan lehernya dan ngompol melihat tatapan menakutkan Fabian.Fabian menatap kaki bocah itu, lalu melemparkannya ke depan Lilian. "Minta maaf."“A―aku akan melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!" Bocah itu tergagap dan berulang kali minta maaf pada Lilian.Fabian memandang teman-teman bocah itu dan mereka semua langsung mengerti. Kemudian, mereka maju dan mulai minta maaf kepada Lilian juga.Lilian berdiri di belakang Jackson.
Ryan baru saja mengambil gelas air minumnya ketika mendengar itu. Tangannya sekarang membeku di udara.Senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan dan elegan. "Jeremy, kupikir kau mungkin salah paham."“Oh, ya?” Jeremy tersenyum dalam-dalam. Ada gelombang gelap di bawah kedua mata amber-nya. "Kalau kau tidak mau aku salah paham, kembalikan wanitaku."Ryan mengerti apa yang dimaksud Jeremy. Kemudian, dia meneguk airnya. “Meskipun penampilanmu telah banyak berubah, kau tetap posesif dan sombong seperti biasanya.”“Kau juga salah satu alasan kenapa aku menjadi seperti ini,” balas Jeremy.Senyum di wajah Ryan membeku. “Kupikir kau sudah tahu banyak. Tapi, kurasa dirimu belum memperoleh semua informasinya. Ada beberapa hal yang tidak akan pernah kau ketahui.”Jeremy mengangkat alisnya. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Madeline kembali."Apa yang kalian bicarakan?" Madeline bertanya sambil tersenyum. Kemudian, dia berjalan ke tempat Jeremy duduk. Sebelum dia bisa duduk, Jeremy tiba-tib
Madeline menahan rasa sakit di pergelangan tangannya dan berkata dengan tenang, “Ada apa, Jeremy? Aku Linnie.”Linnie.Nama itu melayang tepat ke telinga Jeremy dan ke dalam hatinya.Kebencian di matanya menghilang saat matanya yang gelap langsung menjadi cerah.Seolah-olah dia baru menyadari dirinya memegang Madeline dengan cengkeraman yang begitu erat. Dia buru-buru melepaskan dan membelai pergelangan tangan Madeline. "Apa aku menyakitimu?"Madeline menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi Jeremy, kenapa kau bereaksi seperti itu barusan? Apa yang terjadi padamu saat kau menghilang?”Jeremy tetap diam, alisnya bertaut erat.Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, dia hanya menginjak pedal gas dan terus mengemudi.“Apa yang terjadi padaku ketika aku menghilang?” Dia bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.Agar tetap hidup dan kembali pada Madeline, dia harus menanggung konsekuensi yang begitu berat.Hari masih sore ketika mereka sampai di Whitman Manor. Lilian dan Jackson sedan
Madeline mengatakan ini agar Lilian menganggap serius masalah Jeremy sebagai ayah kandungnya.Tentu saja, jika dia bisa membuat Lilian bicara, maka itu akan luar biasa."Lilly, apa kau mengerti apa yang aku katakan?" Madeline bertanya dengan sabar.Lilian mengedipkan matanya yang besar seolah-olah mengerti. Kemudian, dia menghentakkan kedua kaki pendeknya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Dia menatap Jeremy, sepasang matanya yang cemerlang memantulkan sosok Jeremy."Lilly, tuan tampan itu adalah ayahmu yang sebenarnya," ulang Madeline sekali lagi.Dia tak tahu apakah Lilian bisa memahaminya, tapi setidaknya dia melihat binar di mata gadis kecil itu.Mungkin untuk membuat Lilian berbicara lagi dan menyembuhkan traumanya, gadis kecil itu mungkin perlu melakukan lebih dari sekadar konseling.Akhirnya anak-anak kembali ke kamar masing-masing, begitu pula Madeline dan Jeremy.Jeremy pergi mandi sementara Madeline mempersiapkan prosedur perceraian.Pada saat ini, Ryan menelepon nya.Madeli
“Jeremy, meskipun aku tidak tahu apa yang telah kau alami dalam enam bulan terakhir, aku tahu bahwa kau mengalami masa-masa sulit. Tapi, aku juga berharap dirimu bisa mempercayaiku. Tidak pernah ada pria lain di hatiku selain dirimu.”Madeline mengeratkan pelukannya. Meskipun Jeremy tidak mengatakan apa-apa, dia tahu kalau pria itu mendengar apa yang dia katakan.Keesokan harinya, Madeline bangun lebih awal. Dia menyiapkan sarapan dan kotak makan siang untuk anak-anaknya sebelum membiarkan sopir mengantar mereka ke sekolah. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan Jeremy.Madeline menerima telepon dari Ryan tepat ketika dia selesai sarapan. Pria itu meminta untuk menemuinya di kantor pengacara setengah jam lagi.Ketika dia bertanya kepada Jeremy apakah pria itu ingin ikut, Jeremy kebetulan sedang menelepon dan mengatakan kepadanya bahwa ada sesuatu yang terjadi di kantor.Jadi, Madeline pergi ke kantor pengacara sendirian. Dalam perjalanan ke sana, mau tak mau dia mera
Setelah berdiri tegak lagi, Madeline merasa sangat canggung saat melihat tangan yang dilingkarkan di pinggangnya.Dia juga tak bisa membebaskan dirinya sekarang. Dia ingin membawa Ryan ke tempat tidur sesegera mungkin.Namun, setelah mencapai tempat tidur, Ryan mengeratkan pelukannya saat dia ingin melepaskannya.Suara pria itu terdengar agak sedih. "Sejujurnya, aku tidak benar-benar ingin melepaskanmu begitu saja," katanya.Apa?Madeline tercengang. Segera setelah itu, Ryan lalu membuat pengakuan. "Eveline, aku menyadari kalau aku benar-benar jatuh cinta padamu," katanya.“...” Madeline tak bisa mempercayai pengakuan yang begitu tiba-tiba itu.Ryan sedikit mengencangkan pelukannya, aroma ebony-nya melayang-layang di sekitar hidungnya.Ini bukan aroma yang dia ingin menyelimutinya. Madeline melepaskan pria itu dan berkata dengan tenang, "Ryan, duduklah dulu."“Eveline, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mempersulitmu. Aku sudah berjanji padamu kalau aku akan membiarkanmu kembali