Dia marah dan ingin mengumpulkan teman-temannya untuk memberi Jackson pelajaran. Namun, sebelum bisa mengatakan apa-apa, dia merasakan seseorang menarik kerahnya. Segera setelah itu, dia tergantung di udara.Wajahnya menjadi pucat karena ketakutan saat kedua kakinya mulai menendang-nendang. Ketika mengangkat kepalanya, dia melihat wajah yang sangat muram."S―siapa kamu?"“Minta maaf pada gadis kecil itu sekarang. Jika tidak, aku akan melemparkanmu ke laut untuk memberi makan ikan,” kata Fabian memperingatkan. Dia sama sekali tidak bercanda.Bocah itu mengerutkan lehernya dan ngompol melihat tatapan menakutkan Fabian.Fabian menatap kaki bocah itu, lalu melemparkannya ke depan Lilian. "Minta maaf."“A―aku akan melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!" Bocah itu tergagap dan berulang kali minta maaf pada Lilian.Fabian memandang teman-teman bocah itu dan mereka semua langsung mengerti. Kemudian, mereka maju dan mulai minta maaf kepada Lilian juga.Lilian berdiri di belakang Jackson.
Ryan baru saja mengambil gelas air minumnya ketika mendengar itu. Tangannya sekarang membeku di udara.Senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan dan elegan. "Jeremy, kupikir kau mungkin salah paham."“Oh, ya?” Jeremy tersenyum dalam-dalam. Ada gelombang gelap di bawah kedua mata amber-nya. "Kalau kau tidak mau aku salah paham, kembalikan wanitaku."Ryan mengerti apa yang dimaksud Jeremy. Kemudian, dia meneguk airnya. “Meskipun penampilanmu telah banyak berubah, kau tetap posesif dan sombong seperti biasanya.”“Kau juga salah satu alasan kenapa aku menjadi seperti ini,” balas Jeremy.Senyum di wajah Ryan membeku. “Kupikir kau sudah tahu banyak. Tapi, kurasa dirimu belum memperoleh semua informasinya. Ada beberapa hal yang tidak akan pernah kau ketahui.”Jeremy mengangkat alisnya. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Madeline kembali."Apa yang kalian bicarakan?" Madeline bertanya sambil tersenyum. Kemudian, dia berjalan ke tempat Jeremy duduk. Sebelum dia bisa duduk, Jeremy tiba-tib
Madeline menahan rasa sakit di pergelangan tangannya dan berkata dengan tenang, “Ada apa, Jeremy? Aku Linnie.”Linnie.Nama itu melayang tepat ke telinga Jeremy dan ke dalam hatinya.Kebencian di matanya menghilang saat matanya yang gelap langsung menjadi cerah.Seolah-olah dia baru menyadari dirinya memegang Madeline dengan cengkeraman yang begitu erat. Dia buru-buru melepaskan dan membelai pergelangan tangan Madeline. "Apa aku menyakitimu?"Madeline menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi Jeremy, kenapa kau bereaksi seperti itu barusan? Apa yang terjadi padamu saat kau menghilang?”Jeremy tetap diam, alisnya bertaut erat.Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, dia hanya menginjak pedal gas dan terus mengemudi.“Apa yang terjadi padaku ketika aku menghilang?” Dia bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.Agar tetap hidup dan kembali pada Madeline, dia harus menanggung konsekuensi yang begitu berat.Hari masih sore ketika mereka sampai di Whitman Manor. Lilian dan Jackson sedan
Madeline mengatakan ini agar Lilian menganggap serius masalah Jeremy sebagai ayah kandungnya.Tentu saja, jika dia bisa membuat Lilian bicara, maka itu akan luar biasa."Lilly, apa kau mengerti apa yang aku katakan?" Madeline bertanya dengan sabar.Lilian mengedipkan matanya yang besar seolah-olah mengerti. Kemudian, dia menghentakkan kedua kaki pendeknya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Dia menatap Jeremy, sepasang matanya yang cemerlang memantulkan sosok Jeremy."Lilly, tuan tampan itu adalah ayahmu yang sebenarnya," ulang Madeline sekali lagi.Dia tak tahu apakah Lilian bisa memahaminya, tapi setidaknya dia melihat binar di mata gadis kecil itu.Mungkin untuk membuat Lilian berbicara lagi dan menyembuhkan traumanya, gadis kecil itu mungkin perlu melakukan lebih dari sekadar konseling.Akhirnya anak-anak kembali ke kamar masing-masing, begitu pula Madeline dan Jeremy.Jeremy pergi mandi sementara Madeline mempersiapkan prosedur perceraian.Pada saat ini, Ryan menelepon nya.Madeli
“Jeremy, meskipun aku tidak tahu apa yang telah kau alami dalam enam bulan terakhir, aku tahu bahwa kau mengalami masa-masa sulit. Tapi, aku juga berharap dirimu bisa mempercayaiku. Tidak pernah ada pria lain di hatiku selain dirimu.”Madeline mengeratkan pelukannya. Meskipun Jeremy tidak mengatakan apa-apa, dia tahu kalau pria itu mendengar apa yang dia katakan.Keesokan harinya, Madeline bangun lebih awal. Dia menyiapkan sarapan dan kotak makan siang untuk anak-anaknya sebelum membiarkan sopir mengantar mereka ke sekolah. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan Jeremy.Madeline menerima telepon dari Ryan tepat ketika dia selesai sarapan. Pria itu meminta untuk menemuinya di kantor pengacara setengah jam lagi.Ketika dia bertanya kepada Jeremy apakah pria itu ingin ikut, Jeremy kebetulan sedang menelepon dan mengatakan kepadanya bahwa ada sesuatu yang terjadi di kantor.Jadi, Madeline pergi ke kantor pengacara sendirian. Dalam perjalanan ke sana, mau tak mau dia mera
Setelah berdiri tegak lagi, Madeline merasa sangat canggung saat melihat tangan yang dilingkarkan di pinggangnya.Dia juga tak bisa membebaskan dirinya sekarang. Dia ingin membawa Ryan ke tempat tidur sesegera mungkin.Namun, setelah mencapai tempat tidur, Ryan mengeratkan pelukannya saat dia ingin melepaskannya.Suara pria itu terdengar agak sedih. "Sejujurnya, aku tidak benar-benar ingin melepaskanmu begitu saja," katanya.Apa?Madeline tercengang. Segera setelah itu, Ryan lalu membuat pengakuan. "Eveline, aku menyadari kalau aku benar-benar jatuh cinta padamu," katanya.“...” Madeline tak bisa mempercayai pengakuan yang begitu tiba-tiba itu.Ryan sedikit mengencangkan pelukannya, aroma ebony-nya melayang-layang di sekitar hidungnya.Ini bukan aroma yang dia ingin menyelimutinya. Madeline melepaskan pria itu dan berkata dengan tenang, "Ryan, duduklah dulu."“Eveline, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mempersulitmu. Aku sudah berjanji padamu kalau aku akan membiarkanmu kembali
Jeremy memasukkan satu tangannya ke saku dan mengambil satu langkah lebih dekat ke Ryan dengan lesu.“Aku akan meminta pengacara datang untuk berbicara denganmu besok. Kau tidak perlu mengambil satu langkah pun,” katanya. Dia sudah mengatur semuanya dengan sempurna. “Jika kau masih terus mencari alasan untuk menunda proses cerai kalian, itu akan membuktikan bahwa kau punya motif yang berbeda dari saat kau menikahi Eveline saat itu,” tambahnya.Ryan menatap Jeremy dengan tenang. “Motif ku yang sebenarnya adalah untuk melindungi Eveline. Jeremy, kau berpikir terlalu jauh."“Justru karena aku tidak memikirkannya saat itu. Karena itulah aku akhirnya rela menyerahkan wanita tersayang kepadamu seperti orang bodoh,” kata Jeremy, sedikit keganasan terpancar dari kedua matanya. Dia melirik kaki kanan Ryan yang dibalut gips.Nada suaranya merendahkan saat berbicara, "Kecelakaan lalu lintas ini terjadi pada waktu yang tepat." Dia kemudian berjalan ke sisi tempat tidur. Dia menatap kaki Ryan yang
Madeline tak menyangka Jeremy akan melakukan sesuatu seperti itu. Dia mulai memberontak setelah terjebak dalam kebingungan selama beberapa detik.Meskipun demikian, Jeremy sangat kuat. Dia memainkan lidahnya dan memperdalam ciumannya dengan sengaja.Wajah Madeline langsung memanas. Dia merasa malu dan canggung tapi tak berdaya untuk melakukan apa pun.Ryan menekan kedua bibirnya menjadi garis tipis sambil berusaha menghindari tatapan Jeremy. Namun, tak mungkin dia bisa mencegah dirinya untuk tidak melihat mereka."Apa yang sedang kalian lakukan?!" Mrs. Jones tiba-tiba masuk ke bangsal.Jeremy mengangkat sudut matanya dan menatap ibu Ryan dengan dingin. Dia melepaskan dirinya dari Madeline dengan dingin.Namun, dia tidak melepaskan Madeline sepenuhnya dan tetap memeluk wanita itu.Memperhatikan Madeline, yang berada dalam pelukan Jeremy, Mrs. Jones bergegas menghampiri menantunya dengan marah. "Eveline Montgomery, apa kau tak punya malu? Ryan ada di sini Berani-beraninya kau melakukan i