Dexter bangun pagi ini dengan mata bengkak. Mungkin bayangan matanya juga besar, tetapi dia tidak peduli. Sungguh sial, sulit sekali tidurnya semalam.
Dia tidak bisa mengikat tangan kakinya ke ranjang jadi dia mengunci pintu kamarnya dan menaruh kunci kamarnya dalam tas laptopnya, di bagian paling bawah dan paling sulit diraih karena tumpukan kabel charger, mouse dan beberapa barang lainnya. Mana mau dia mengorek-ngorek tas laptop di malam hari hanya untuk mencari kunci.
Ternyata dia salah, dia benar-benar membongkar tas laptopnya untuk mencari kunci kamarnya sendiri. Ini gila! Itu yang dikatakan Dexter pada dirinya sendiri berkali-kali saat rasa kantuknya sudah hilang.
Semalam dia bangun 3 kali dengan siklus yang sama. Terbangun, meraba sebelahnya kosong, membongkar tas laptopnya sampai kantuknya hilang, mencoba tidur lagi, bisa tidur lagi, terbangun dan begitu seterusnya.
Kepalanya juga terasa berat karena tidurnya tidak nyenyak. Ada beban satu ton
Terima kasih sudah membaca novel ini. You know what to do if you like it! Hug and kiss, Josie.
Daniel benar-benar bayi sempurna. Kita tidak membicarakan ketampanan dan kelucuannya, hampir semua bayi memiliki itu di mata Dexter. Sempurna di sini adalah sempurna dalam bersaing mencari perhatian Eve. Bagaimana tidak? Sejak pulang ke rumah tadi, Eve yang telah membersihkan diri dan berganti pakaian, hampir tidak pernah melepaskan pandangannya dari Daniel. Bayi itu merengek setiap kali tidak melihat Eve dalam jangkauan pandangannya.Dexter bahkan tidak bisa mendekati Eve tanpa dipandangi Daniel atau Maya yang selalu bersama Daniel. Dan pastinya tidak bisa menggiring Eve ke kamarnya seperti tadi pagi karena Maya dan Daniel akan mengikuti Eve. Apakah mungkin bayi itu pengawas yang dikirim Papa Erick untuk mengawasinya? Hanya menggesek bibir Eve saja dilarang, dia tidak tahu harus berbuat apa.Dexter tidak memiliki masalah dilihat orang lain saat menyentuh tangan Eve ringan seakan itu tidak disengaja. Dia menyukai skinship dengan Eve, rasanya hangat dan menenangkan. Dul
Dexter baru saja tiba di kantor proyek The Asterix Grand Mall itu dimiliki oleh Grup Asterix, saham terbesarnya dipegang Keluarga Daveno. Wongso Contructions sejak beberapa tahun lalu memakai salah satu properti Keluarga Daveno yang kebetulan berdekatan dengan proyek mall tersebut sebagai kantor mereka. Rumor mengatakan Keluarga Daveno memiliki saham dalam Wongso Contructions yang lebih banyak mengembangkan usahanya di bidang konstruksi di Indonesia. Makanya Wongso yang tidak memiliki banyak usaha di Singapura bisa dengan sigap menerima kontrak pembangunan mall itu. “Pekerjaan itu sudah hampir selesai, tukangnya bisa kamu pakai dulu,” kata Felix. “No, no, selesaikan dulu semua pekerjaan itu!” “Kamu bilang masalah gawat. Sampai bawa-bawa nama Wongso yang numpang di properti Asterix segala.” Felix hanya bisa melihat Dexter menggaruk kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Dexter memang memaksa Felix untuk meminjamkan pekerja padanya tetapi Felix menolak kare
Aksa memutus sambungan telponnya dengan Felix. Satu tangannya memainkan ponsel itu, memutarnya di atas meja kerjanya. Dia tersenyum dengan penuh kekaguman.Perkiraan Eve memang benar-benar tepat soal itu. Anak itu benar-benar pintar. Pertanyaannya apa yang diperbuat Eve sampai Dexter berubah pikiran? Dexter itu anak yang keras kepala, selalu beranggapan dia selalu benar, tidak peduli apa yang dikatakan orang di sekitarnya termasuk kedua orang tuanya. Diana, ibu Dexter, bisa menang sesekali tetapi tidak jarang mesti menerima kekalahan. Tampaknya ini sudah tidak berlaku lagi.Dimulai saja awalnya Dexter tidak membuat masalah di rumah Evita, nenek Eve, nenek itu tidak akan segan-segan menegur Aksa kalau anaknya berulah. Aksa sangat menghormati Evita seperti orang tuanya sendiri. Aksa menunggu dan menunggu, mengejutkan tidak ada teguran sama sekali sampai saat ini. Padahal ada Aze di sana, Dexter terus-terusan mengatakan membenci Aze dan mengancam Aksa bahwa dia mungkin ak
Sudah 1 bulan lebih Dexter mengasuh Daniel bersama dengan Eve, Daniel sudah berumur hampir 2 bulan. Hampir semua hal sudah dikuasai Dexter. Dia sudah mengenal kebiasaan Daniel dengan baik. Daniel bisa menangis kalau digelitik di lehernya. Daniel lebih suka ditepuk-tepuk pantatnya daripada pahanya saat ingin tidur kembali. Masih banyak lagi yang tiba-tiba saja dihapalnya tanpa ada tujuan untuk itu. Syukurlah anak itu tidak suka begadang di malam hari, hanya dua kali untuk minum susu. Segera setelah Daniel merengek, Dexter dengan cekatan menyiapkan susunya sebelum anak itu mulai mengeluarkan tangisnya lebih keras. Daniel menyedot dot susunya dengan rakus sambil telentang memandangi Dexter yang setengah mengantuk. Saat susunya sudah habis, Dexter menggendongnya untuk membuatnya bersendawa lalu anak itu segera terlelap di dalam boks bayinya dengan tepukan ringan tangan besar Dexter di pantatnya. Malam itu Eve mencoba menidurkan Daniel di ranjangnya, bukan di boks bayi. D
7 Oktober 2018 Erick bergerak dengan tidak sabar di kursinya, tidak ada posisi yang enak untuk tubuhnya sekarang, meskipun tidak ada masalah dengan sofa di ruang tamu rumah Aksa itu. Aksa melihat temannya itu dengan senyum geli tanpa mau berkomentar. “Daniel sudah berumur 3 bulan hari ini. Tapi Eve belum memutuskan apa-apa. Pasti anakmu itu yang tidak mau pulang,” kata Erick dengan nada ketus pada Aksa. Aksa tetap saja memasang wajah geli itu, membuat Erick makin kesal. “Kau menghitung umur Daniel dengan tepat?!” “Dia cucuku. Mau aku hitung atau aku apakan suka-suka!” “Kamu lebih berharap Eve pulang atau Daniel pulang?” “Kalau Daniel pulang, Eve juga pulang. Tentu saja aku berharap keduanya pulang.” “Dexter pasti akan ikut ke mana pun Eve pergi.” Aksa memandang Erick dengan seksama, melihat reaksinya tentang kedekatan anak-anak mereka. Erick mendukung hubungan Dexter dan Eve sebelum masalah kehamilan Aze menjadi duri da
30 September 2018 Daniel akan berumur 3 bulan dalam 1 minggu lagi, artinya Dexter merawat Daniel selama lebih dari 2 bulan. Tentu saja Dexter menyukai Daniel tetapi dia belum yakin kalau dia menyayangi anak itu. Menyukai bisa dibilang tahap awal sebelum menyayangi, itu yang dipercayanya. Dia pasti akan menyayangi darah dagingnya sendiri. Memiliki Daniel juga tidak buruk. Satu hal yang disukainya adalah hubungannya dengan Eve yang makin dekat. Kadang dia membayangkan bagaimana mereka bisa bersembunyi dari Daniel yang lama-lama akan besar saat mereka hanya ingin sekedar berpelukan atau mungkin saat itu mereka sudah harus membuat adik untuk Daniel. Daniel pun rupanya sudah terbiasa dengan Dexter. Senyumnya akan terlihat setiap melihat Dexter di depan matanya. Kerewelannya bisa langsung berhenti saat tangan Dexter membawanya ke dalam gendongan. Sekarang Dexter yang menggendong bayi itu mengikuti Eve ke dapur setelah mereka pulang kerja dan mandi, bukan Ma
Eve melihat kalender di mejanya. Banyak coretan di sana, tanggal datang bulan dan selesainya, tanggal ulang tahun teman-teman dan keluarganya. Dia memandang tanda lingkaran biru di kalendernya menunjukkan tanggal 7 Oktober 2018, itu adalah hari ini. Daniel sudah berumur 3 bulan hari ini. Umur Daniel sudah cukup aman untuk naik pesawat terbang. Seharusnya mereka sedang berada di pesawat sekarang menuju ke Indonesia. Eve sudah berusaha tidak peduli dengan tanggal itu, berharap semua orang tidak ingat. Sampai hari ini ayahnya menelpon dan bertanya. Sebenarnya lebih untuk menuntut kepastian. Ayahnya pasti sangat sibuk dengan kepergian Eve, tidak semua hal bisa dikerjakan online dari tempatnya berada sekarang. Dan dia tidak bisa meninggalkan Daniel lebih dari jam kerjanya karena Daniel akan merajuk dan rewel, mengganggu semua penghuni rumah. Itu juga mengapa dia dan Dexter tidak pernah pergi ke mana-mana melebihi jam kerja mereka sejak Daniel lahir. Eve belum membicarakan
“Kenapa 2 tahun?” tanya Dexter pada Eve saat mereka makan siang bersama di kantor Eve. Sebenarnya dia tidak perlu datang untuk melihat restoran baru di dekat Daveno Market, tetapi dia ingin bertemu Eve. Semalam dia tidak mengobrol lagi dengan Eve karena kesal bercampur cemas. Tetapi semuanya langsung menguap saat dia memeluk lagi tubuh Eve yang hampir tertidur. Jadi sekarang mereka berdua makan sup ayam dengan nasi yang dibeli Dexter di restoran itu. “Masakannya lumayan,” sahut Eve. Dia menyeruput sup dalam mangkuknya. “Kamu suka?” Eve mengangguk. “Kita coba semua masakan mereka mulai hari ini untuk makan siang.” “Kamu akan datang tiap makan siang?” Mata Eve membulat. Dexter mengajukan ide yang aneh, memangnya dia tidak sibuk? Apa karena semalam? “Kenapa? Nggak suka?” tanya Dexter. Dia menyuapkan nasi dan sup ayam ke dalam mulutnya. “Bukan. Kamu nggak sibuk?” “Kalau aku sibuk, tetap aja butuh makan siang. Tinggal