Eve tidak memiliki maksud lain selain ingin mengundang Maria ke perayaan ulang tahun Daniel. Pesta kecil itu untuk keluarga dan sebenarnya Maria dan Felix juga keluarga Daniel. Meskipun seumur hidup Maria tidak akan pernah mengetahui kalau dia adalah nenek Daniel, tetapi Eve ingin memberikan wanita itu kesempatan untuk sekedar menikmati momen yang berharga itu. Eve sendiri tidak yakin, apakah dia melakukan ini untuk Daniel, untuk Maria atau untuk Frans yang bahkan tidak pernah dikenalnya.
Eve bisa merasakan Felix memandangnya dengan seksama, seakan sedang menilai tetapi dia tidak terlalu peduli. Felix tidak pernah berbuat jahat padanya dan selalu menghargainya, jadi Eve tidak ingin mengetahui apa yang ada di pikiran Felix.
Saat acara inti malam itu yaitu tiup lilin dan potong kue untuk Daniel akan dimulai, Dexter memintanya ditunda dulu. Eve mengerti kalau mereka harus menunggu orang tua Dexter datang. Eve juga menyayangi mereka dan ingin mereka ada di sana.
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Aksa dan Diana tertangkap basah rupanya. Hug and kiss, Josie.
“Kamu yang minta Oma datang?” tanya Eve. Tidak biasanya Eve menyeret Dexter menjauhi kerumunan tamu yang sedang bercengkrama satu sama lain. Eve menggandeng lengan Dexter setelah menitipkan Daniel pada Nanny. Untung saja anak itu tidak marah karena terlalu senang melihat banyak keluarganya berkumpul. Rupanya dia juga mengerti kalau acara ini untuknya, dia rajanya. “Hmmm, kamu suka?” Dexter dan Eve yang berdiri saling berhadapan dan menempel seperti sekarang hanya terlihat seperti siluet yang indah dari tempat para tamu berkumpul. Mereka cukup jauh berdiri berdua sampai tidak akan ada yang mendengar pembicaraan ini. “Apakah kamu juga yang memaksa Mama dan Papa datang ke pesta ulang tahun kejutan buat aku di Singapura?” tanya Eve. Dia menyisipkan jari-jari lentiknya di dada Dexter, meraba bagian yang tadi sempat digigitnya, meninggalkan bekas yang kentara kalau kancing kemeja urutan kedua tidak terpasang. “Hmmm, kamu juga suka itu?” Dexter melirik jemari Eve ya
Maria yang lugu pun bisa merasakan ada rahasia yang disembunyikan oleh Aksa, orang yang mengaku sebagai saudara jauhnya. Anggaplah Maria itu bodoh karena tidak pernah banyak bertanya tetapi Aksa dan Diana benar-benar dipercayanya sebagai saudara. Daripada sebatang kara, memiliki saudara jauh itu terasa lebih baik. Di balik rasa tidak nyaman dengan kenyataan yang baru saja dilihatnya, Maria tidak memiliki rasa benci atau marah pada keduanya. Pasalnya tidak ada juga yang bisa didapat dari berbaik hati pada Maria. Maria itu janda berkecukupan dengan 2 anak laki-laki, sekarang hanya tinggal 1 anak yang hidup. Tidak ada uang atau keuntungan yang akan didapat Aksa dan Diana. Namun kalau boleh Maria mengetahui untuk apa mereka berdua menutupi semua ini, Maria akan merasa lebih lega. Maria masuk ke dalam rumah Eve yang biasa disebut Rumah Besar D oleh Felix. Rumah itu, sesuai gambaran Felix, memang sangat luas tanpa menghitung halaman atau danau buatan dan terlihat sangat in
Eve duduk di sisi ranjang sambil memegangi tangan Maria yang berada di samping tubuhnya. Maria berbaring telentang di salah satu kamar tamu Rumah Besar D dengan infus di tangan satunya. Dia tampak sangat rapuh saat menutup matanya dan pipinya mulai kering dari air mata seperti itu. Wajar saja kalau mungkin Maria malas membuka matanya karena ini memang terlalu mengejutkan untuknya. Dokter sudah memeriksa keadaannya dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya perlu menunggu dia bangun. Kalau Eve bisa melihat masa depan dan ini akan terjadi, dia tidak akan menjalankan rencananya. Rencana bodoh, gerutunya dalam hati. Lalu kenapa kalau Maria tidak pernah menyaksikan Daniel berulang tahun dan bahagia di tengah keluarga yang menyayanginya. Toh Maria tidak akan rugi dengan tidak mengetahui apa-apa soal Daniel. Saat Eve berlari masuk ke dalam rumah setelah mendengar teriakan pelayan, otaknya segera mencerna apa yang terjadi. Salah! Ini salah Eve seorang! Seharusnya dia meny
Dexter duduk di taman belakang bersama dengan Felix, saling berdiam diri. Daniel sudah tidur nyenyak dalam box bayinya, malahan anak itu mungkin sudah berputar pindah arah. Dexter yakin Eve pasti akan menengok Daniel dulu baru mencari Dexter. Rencana mereka malam ini mungkin akan batal, Dexter perlu mengambil hadiahnya besok malam saja, Eve pasti sudah terlalu lelah untuk menghadapinya. “Apa kamu tahu apa yang terjadi?” tanya Dexter. Felix mengedikkan bahunya dan menguncang-guncang kaleng bir yang sudah terbuka di tangannya. Isi kaleng itu pasti sudah hampir habis karena terasa ringan di tangannya. “Eve penuh rahasia.” Itu benar-benar yang dipikirkan Felix saat meninggalkan Eve berdua dengan ibunya. “Bukan. Kadang dia hanya minim bicara. Selama ini, aku harus mengejarnya untuk minta penjelasan. Dia pergi semalaman dengan kamu, dia nggak cerita. Dia kerja dan memasak di apartemen Darwin, dia nggak cerita. Dia ketemu psikiater, dia nggak cerita. Dia akan
Maria teringat sesuatu saat dia pulang ke rumahnya sendiri siang itu. Sopir Eve mengantarnya pulang, sementara Felix dan Dexter langsung ke kantor karena ada masalah dengan salah satu proyek. Masa waspada pada Wenas Harahap masih menjadi perhatian mereka berdua tanpa berniat memberitahukan ini pada Eve. Eve memang lebih sensitif terhadap masalah-masalah pada perusahaan mertuanya itu, kekhawatirannya sungguh beralasan menurutnya. Maria menepuk dadanya lagi pelan, masih saja terasa sesak. Bukan tentang Frans dan Razeena, Eve sudah menjelaskan dan memberikan harapannya, itu sudah cukup untuk Maria. Ini tentang fakta yang ditutupi Aksa dan Diana yang membuat dadanya terasa sesak. Maria bisa saja mencari Aksa atau Diana tetapi dia masih memberikan mereka waktu untuk datang padanya menjelaskan. Dia juga mengerti menutupi rahasia seperti itu pastilah ada alasannya. Tidak tega juga Maria marah pada keluarga jauh yang dikenalnya cukup lama. Meskipun dia sudah mencoba
Eve sudah menunggu Dexter di depan rumah dan bersiap menyerangnya dengan berbagai pertanyaan segera setelah turun dari mobil, tetapi Eve kalah cepat dengan Daniel. “Da-da-da. Cum,” celoteh Daniel. Kedua tangan mungilnya sudah terulur menggapai Dexter. Rupanya anak itu begitu ingin mencium Dexter. “Missed me?” tanya Dexter pada Daniel. Tubuh Daniel yang makin berat itu berada dalam gendongan Dexter dengan nyaman. Ciuman kecil berkali-kali sudah membuat pipi Dexter basah. “Ma-ma,” celoteh Daniel. “Daddy tahu, Mommy yang kangen Daddy, begitu ‘kan?” Mereka berdua terkekeh geli dan membiarkan Eve tersenyum melihat mereka. Mereka berjalan masuk melalui jalan di bawah tangga. Eve hanya tidak suka Dexter naik ke tangga sambil menggendong anak karena Daniel juga mulai belajar berjalan. Anak itu bisa merangkak kalau mengetahui mereka sedang berjalan di atas tangga jadi lebih baik mereka naik melalui lift. “Bagaimana keadaan Tante Maria?” tanya E
Aksa sudah berunding dengan Diana tentang makna kehadiran mereka untuk Maria. Selama ini mereka banyak menyembunyikan banyak hal di depan Maria. Aksa dan Diana merasa tidak nyaman, meskipun mereka juga sadar kalau mereka tulus menyayangi Maria. Maria itu makhluk yang mudah dicintai karena lembut dan lugu, pancaran matanya itu selalu teduh, menjawab semua perasaan mereka dengan tulus juga. “Tante Maria ingin ketemu Papa dan Mama,” kata Dexter saat meminta ijin Aksa untuk membawa Maria ke rumah mereka. Dexter, Darren dan Aksa baru saja mengakhiri pembicaraan mereka tentang sengketa lahan yang membuat mereka sibuk akhir-akhir ini. “Iya, Boy,” sahut Aksa setelah cukup lama diam dan berpikir. Kalau mau buka rahasia, sekalian saja, rumah ini menjadi tempat yang tenang untuk pembicaraan mereka, begitu saja menurut Aksa. “Kapan, Pa?” “Jumat malam aja sekalian ini waktunya keluargamu menginap di rumah. Ajak Felix juga,” kata Aksa. Lalu dia melanjutkan, “ Darre
12 Juli 2019 “Del, I missed you so much. And I always miss you,” bisik Eve sambil memeluk Darren yang berdiri di ruang keluarga rumah Aksa. Eve tidak peduli yang lain memandangnya seperti apa saat dia berlari menghampiri Darren. Darren saja terlihat bingung melihat Eve seperti itu. Sudah berbulan-bulan dia mengatakan ingin bertemu dengan Darren bersamaan dengan ingatannya yang mulai kembali. Dia merindukan kakak laki-lakinya yang paling tenang dan selalu memeluknya itu. Darren tersenyum dan memeluk Eve tidak kalah erat. Del, itu nama panggilan Eve untuk Darren karena dia kesulitan menyebut nama Darren. Eve juga memberikan nama Ex untuk Dexter karena kesulitan yang sama. Dada Eve terasa sesak, matanya terasa panas dan tenggorokannya tercekat lalu tanpa bisa ditahan bulir-bulir air mata itu terjatuh begitu saja di pipinya. Darren hanya bisa mendengar isak tangis Eve lirih di telinganya bersamaan dengan pelukannya yang mengetat. “Baby, don’t cry,” bisik