Share

2. Kabur dari Akad?

Penulis: Mami Mochi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 22:11:30

Pernikahan turun ranjang, orang menyebutnya begitu. Pernikahan yang terjadi ketika suami atau istri menikah dengan adik atau kakak iparnya sendiri karena suami atau istrinya sudah meninggal. Bagi orang awam, istilah pernikahan turun ranjang adalah hal yang jarang terjadi.

Biasanya karena polemik masalah internal keluarga, pernikahan turun ranjang dapat terjadi. Banyak hal dan alasan di balik terjadinya pernikahan turun ranjang. Bahkan, alasan tersebut terdengar tidak masuk akal. Namun, inilah fakta yang terjadi.

Saras mengalaminya sendiri.

Hari ini, tepat satu bulan setelah perdebatan yang tiada jalan keluar untuk Saras. Perempuan itu terpaksa menikah dengan mas iparnya sendiri. Tanpa cinta, tanpa resepsi, tanpa sahabatnya, bahkan tanpa impian pernikahan yang selama ini Saras inginkan.

Malam setelah acara tahlilan empat puluh hari meninggalnya mendiang Mbak Saras, besok paginya acara akad digelar. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah Saras inginkan. Rasanya Saras sangat frustasi dan depresi.

"Mbak Saras kok cemberut sih, padahal sebentar lagi mau nikah loh. Harusnya senyum, biar makin cantik."

"Supaya aura pengantinnya itu keluar, pasti Mas Rehan kesemsem sama Mbak Saras."

Dengan suara ramahnya, Mbak Ema sebagai rias pengantin berusaha membuat suasana di kamar Saras menjadi hidup. Semenjak subuh, Mbak Ema hanya mendapati wajah muram Saras. Tanpa ekspresi tanpa senyum.

"Kalau Mbak Ema ada di posisi Saras, Mbak Ema gimana?"

Satu pertanyaan yang keluar dari bibir Saras membuat Mbak Ema terdiam. Kabar pernikahan turun ranjang yang sudah tersebar menjadi bahan perbincangan hangat oleh ibu-ibu komplek. Banyak yang tidak menyangka, lalu menjelekkan keluarga Saras. Menganggap kedua orang tua Saras keterlaluan dengan menikahkan putri kedua mereka dengan mantan menantunya.

Namun, ada juga yang memaklumi. Karena memang, kematian Laras saat proses melahirkan membuat bayi tanpa dosa harus kehilangan sosok ibu. Berat mengurus bayi tanpa ibu, menjadi orang tua tunggal. Apalagi Rehan dan Laras baru menikah belum lama.

"Mbak Saras, saya--"

"Berat Mbak, rasanya. Kenapa harus Saras? Apa salah Saras?"

Mbak Ema terdiam sejenak, "Mbak, saya doakan apapun yang Mbak Saras lalui hari ini pasti akan ada keindahan yang menanti. Percaya sama rencana Allah, Mbak."

Dengan perlahan, Mbak Ema menghapus air mata yang mulai mengalir agar tidak merusak riasan.

"Kita, sebagai manusia pasti memiliki banyak rencana. Tapi, Allah sebagai penentu rencana kita, Mbak. Allah akan menjaga kita agar kita tidak kecewa dikemudian harinya."

Mbak Ema tersenyum, kemudian berkata, "Saya tidak bisa bantu apa-apa, tapi jika Mbak Saras keberatan dengan pernikahan ini Mbak Saras bisa gagalkan. Saya akan bantu Mbak Saras untuk pergi, meninggalkan acara hari ini. Masih ada waktu."

Seolah waktu terhenti, Saras menatap Mbak Ema dari balik pantulan kaca.

"Saya tidak mau mengulang kesalahan untuk yang kedua kalinya." Tambah Mbak Ema.

"Maksud Mbak Ema apa?"

Terlihat Saras menatap penuh keheranan, dengan helaan napas panjang, Mbak Ema berusaha menggali ingatan masa lalu. Dimana saat dirinya di pilih sebagai MUA untuk pernikahan Laras dan Rehan.

"Melihat Mbak Saras menangis seperti ini, membuat saya teringat mendiang Mbak Laras."

"Mbak Laras? Kenapa sama Mbak Laras?"

"Rasanya, saya seperti dejavu."

Kemudian Mbak Ema bercerita, "Dulu, saat saya mendandani mendiang Mbak Laras. Mbak Laras juga menangis, tatapannya kosong. Seperti tidak memiliki kehidupan. Saya melihat tatapan putus asa di balik riasan yang saya poles. Waktu itu, saya diam saja. Namun, lama-lama saya juga risih,"

"Saya berusaha mengajak Mbak Laras ngobrol, tapi Mbak Laras tetap diam saja. Sesekali air mata menetes dari matanya. Dan disaat itu pula, Mbak Laras tidak bisa membendung air matanya."

"Mbak Laras menangis?" Tebak Saras.

Mbak Ema mengangguk, "Mbak Laras menangis dalam diam, saya berusaha menenangkan. Tapi tidak bisa, jadi saya biarkan Mbak Laras meluapkan emosinya. Bahkan, saat pintu diketuk, saya menahan agar tidak ada orang yang masuk. Saya minta waktu lebih lama untuk meriasnya lagi."

"Kenapa Mbak Laras menangis?" Tanya Saras.

Seingat Saras, saat acara pernikahan Mbak Laras semuanya baik-baik saja. Bahkan, Mbak Laras tampak bahagia sekali. Senyum ceria selalu terpancar di wajahnya.

Mbak Ema menggeleng, "Mbak Laras hanya berkata, jika Mbak Laras ingin pergi sejauh mungkin. Katanya pernikahannya salah, semuanya terpaksa."

Saras semakin bingung mendengar cerita dari Mbak Ema, "Gak mungkin, Saras tau sendiri. Gimana bahagianya Mbak Laras waktu nikah sama Mas Rehan."

Mbak Ema berusaha membantah, "Saya yang bersama Mbak Laras sebelum acara dimulai. Bahkan, Mbak Laras pernah ingin melarikan diri. Padahal acara akan dimulai, tentu saya panik. Saya cegah, saya bujuk, saya berusaha membuat Mbak Laras tenang. Hingga akhirnya, Mbak Laras bisa diajak bekerja sama. Dan saya mengantar Mbak Laras menuju pelaminan untuk memulai acara akad."

Saras terdiam sejenak, rasanya tidak mungkin Saras percaya dengan cerita Mbak Ema.

"Kalau Mbak Saras tidak percaya dengan apa yang saya ceritakan, ya tidak apa-apa. Saya mengerti." Kata Mbak Ema.

Kemudian Mbak Ema melanjutkan, "Untuk Mbak Saras, jika Mbak Saras tidak mau menikah dengan Mas Rehan, tidak masalah. Saya bisa bantu untuk melarikan diri."

Mbak Ema melihat arloji di tangannya, "Acara akad dimulai jam delapan, masih ada sepuluh menit. Sepertinya bapak penghulu juga belum datang."

"Untuk kali ini, saya tidak akan mencegah Mbak Saras jika Mbak Saras merasa berat untuk menikah dengan Mas Rehan. Saya akan bantu sebisa saya. Jujur Mbak, saya merasa bersalah. Apalagi sempat saya dengar Mbak Laras mengalami masalah rumah tangga bersama Mas Rehan."

"Masalah rumah tangga? Mbak Ema tau dari siapa?"

Mbak Ema mendelik, "Mbak Saras tidak tau? Keluarga Mas Rehan kan tidak suka dengan Mbak Laras. Bahkan, ibunya Mas Rehan tidak mau mengakui cucunya sendiri."

"Apa?" Sungguh, Saras terkejut mendengarnya.

"Rumor ini sering dibicarakan ibu-ibu di tukang sayur Mbak, makanya saya denger. Jadi, kalau memang Mbak Saras tidak mau menikah dengan Mas Rehan, saya akan bantu."

"Lalu, apa kata Mas Rehan?" Kali ini Saras benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kurang tau saya Mbak, rumor itu ada ketika kabar Mbak Laras hamil setelah menikah. Dan saat itu, saya sibuk ikut seminar kecantikan untuk nambah keahlian. Bahkan, saya baru kembali sekitar tiga Minggu lalu."

"Mbak Saras, mumpung masih ada waktu sebelum akad nikah."

Pikiran Saras berkecamuk, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin.

Cantik sekali.

Lengkap dengan riasan pengantin dan ronce bunga melati, tak lupa kebaya warna putih membuat tubuhnya semakin memukau anggun. Berbeda dengan tatapannya yang entah tak bisa ia artikan sendiri.

Setelah mendengar cerita dari Mbak Ema, Saras menjadi penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi?

Sibuk dengan pikirannya. Suara pintu terdengar, Mbak Ema memegang kedua tangan Saras.

"Ayo Mbak, saya bantu untuk keluar dari sini diam-diam."

***

Bab terkait

  • Pernikahan Turun Ranjang   3. Suami Bekas Mbak Laras

    "Saya terima nikah dan kawinnya Saras Zafnia Gutomo dengan mas kawin berupa uang tunai sepuluh juta rupiah dibayar tunai!" "Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" "Alhamdulillah.""Hari ini, kalian sudah sah sebagai sepasang suami dan istri. Menjalani ibadah terlama sepanjang usia." Ucap bapak penghulu, kemudian memberikan dua buku nikah. "Ini, buku berwarna merah untuk suami. Warna hijau untuk istri. Silahkan, bisa disimpan dengan baik."Kedua buku itu disimpan oleh Mas Rehan. Saras menatap dalam diam. Acara pernikahan yang terpaksa Saras jalani, akan kah Saras sanggup? Rasanya mustahil. "Saya berharap, buku ini akan kembali ke KUA sebagai syarat menjalankan ibadah di tanah suci. Jangan sampai ke Pengadilan Agama." Mas Rehan tersenyum, "Insya Allah, kami minta doanya, Pak." Setelah akad, diadakan sesi foto bersama keluarga inti. Bahkan, Saras tidak sempat mengundang teman kampusnya, SMA nya, atau teman Saras yang lain. Acara hanya berlangsung sebentar, sebelum jam dua belas siang p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pernikahan Turun Ranjang   4. Jaminan Harta KDRT

    Apa yang diharapkan dengan sebuah pernikahan terpaksa? Keharmonisan?Atau justru kehancuran?Itulah yang saat ini ada di pikiran Saras. Kemana muara dari pernikahan yang ia dan suaminya jalani? Benarkan menuju sebuah kebahagiaan atau kesengsaraan?Baru beberapa jam menikah saja Saras mendapat sebuah tamparan, tak akan pernah Saras sangka jika Mas Rehan dengan begitu mudahnya main tangan. Saras jadi menduga-duga jika Mbak Laras meninggal karena tertekan hidup bersama Mas Rehan. Mengingat profesi Mas Rehan sebagai dosen, sangat disayangkan dengan sikapnya yang kasar. Apa sebelum ini Mbak Laras juga merasakan diperlakukan kasar oleh Mas Rehan?Jika benar, Saras tidak akan membiarkan keponakannya diasuh oleh bapaknya. Saras akan melindungi keponakannya dari bapaknya sendiri. Meski bingung dengan jalan pernikahannya, namun Saras akan bertahan demi keponakannya. "Semua ini demi Jasmin, aku gak mau Jasmin diasuh sama bapaknya yang kasar. Kalau bisa, aku akan cari bukti buat gugat cerai Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pernikahan Turun Ranjang   4. Bertemu Baby Jasmine

    Sesuai perjanjian, hari ini Saras mengikuti Mas Rehan untuk tinggal bersama dirumah pribadi suaminya. Rumah yang dulu ditempati mendiang Mbak Laras dan Mas Rehan. Kini, Saras tempati.Rumah pribadi Mas Rehan tidak begitu besar, namun berlantai dua. Pertama kali masuk Saras disambut dengan ruang tamu yang terlihat klasik dengan kursi kayu yang di plitur. Vas bunga, lukisan alam, serta permadani menjadi pelengkap. Semakin melangkah masuk, Saras melihat dapur dengan segala perlengkapan memasak. Dapurnya sangat bersih dan rapi. Di meja makan terdapat aneka buah yang sangat lebih dari cukup untuk dua orang. Sepintas, rumah ini sangat jauh dari kata kotor. Melihat Saras yang mengamati rumahnya, Rehan berkata, "Jika kamu tidak suka dengan desain rumah ini, kamu bisa merubahnya. Merombak sesuai keinginan mu. Aku tidak masalah."Saras mengangkat alis, "Yakin? Selera Mas Rehan beda sama selera ku." "Rumah ini adalah tempat tinggal kamu sekarang, dengan merombaknya sesuai selera kamu, saya be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pernikahan Turun Ranjang   1. Menikahi Kakak Ipar

    "Mas Rehan akan menikahi kamu sebagai pengganti mendiang Mbak Laras." Kalimat dari Papa membuat tubuh Saras membeku. Tatapan terkejut tak bisa ia sembunyikan, dirinya sungguh terkejut mendengar ucapan dari Papa. Pasukan oksigen seolah menghilang, membuat dadanya sesak teramat sangat. "Maksud Papa apa? Menikah? Sama Mas Rehan?" Masih basah kuburan Mbak-nya, kini Papa memintanya menikah dengan Mas iparnya sendiri. Dimana pikiran sehat Papanya?! Saras benar-benar tak bisa menerima ucapan Papanya. "Nak..." Suara Mama memanggil, mendekati tubuh Saras yang mematung terkejut. Disentuhnya pundak Saras, "Semua ini demi kebaikan kita semua." Saras menoleh, "Maksud Mama? Mama setuju Saras dan Mas Rehan menikah?" Mama mengangguk mantap, "Mama yakin, Mas Rehan bisa menjaga kamu sama seperti mendiang Mbak Laras." Mendengar hal tersebut membuat Saras naik pitam, "Ma! Saras bukan Mbak Laras! Saras ya Saras! Jangan samakan kami, Ma!" "Nak, kamu salah paham." "Salah paham gimana maksud Mama?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Turun Ranjang   4. Bertemu Baby Jasmine

    Sesuai perjanjian, hari ini Saras mengikuti Mas Rehan untuk tinggal bersama dirumah pribadi suaminya. Rumah yang dulu ditempati mendiang Mbak Laras dan Mas Rehan. Kini, Saras tempati.Rumah pribadi Mas Rehan tidak begitu besar, namun berlantai dua. Pertama kali masuk Saras disambut dengan ruang tamu yang terlihat klasik dengan kursi kayu yang di plitur. Vas bunga, lukisan alam, serta permadani menjadi pelengkap. Semakin melangkah masuk, Saras melihat dapur dengan segala perlengkapan memasak. Dapurnya sangat bersih dan rapi. Di meja makan terdapat aneka buah yang sangat lebih dari cukup untuk dua orang. Sepintas, rumah ini sangat jauh dari kata kotor. Melihat Saras yang mengamati rumahnya, Rehan berkata, "Jika kamu tidak suka dengan desain rumah ini, kamu bisa merubahnya. Merombak sesuai keinginan mu. Aku tidak masalah."Saras mengangkat alis, "Yakin? Selera Mas Rehan beda sama selera ku." "Rumah ini adalah tempat tinggal kamu sekarang, dengan merombaknya sesuai selera kamu, saya be

  • Pernikahan Turun Ranjang   4. Jaminan Harta KDRT

    Apa yang diharapkan dengan sebuah pernikahan terpaksa? Keharmonisan?Atau justru kehancuran?Itulah yang saat ini ada di pikiran Saras. Kemana muara dari pernikahan yang ia dan suaminya jalani? Benarkan menuju sebuah kebahagiaan atau kesengsaraan?Baru beberapa jam menikah saja Saras mendapat sebuah tamparan, tak akan pernah Saras sangka jika Mas Rehan dengan begitu mudahnya main tangan. Saras jadi menduga-duga jika Mbak Laras meninggal karena tertekan hidup bersama Mas Rehan. Mengingat profesi Mas Rehan sebagai dosen, sangat disayangkan dengan sikapnya yang kasar. Apa sebelum ini Mbak Laras juga merasakan diperlakukan kasar oleh Mas Rehan?Jika benar, Saras tidak akan membiarkan keponakannya diasuh oleh bapaknya. Saras akan melindungi keponakannya dari bapaknya sendiri. Meski bingung dengan jalan pernikahannya, namun Saras akan bertahan demi keponakannya. "Semua ini demi Jasmin, aku gak mau Jasmin diasuh sama bapaknya yang kasar. Kalau bisa, aku akan cari bukti buat gugat cerai Ma

  • Pernikahan Turun Ranjang   3. Suami Bekas Mbak Laras

    "Saya terima nikah dan kawinnya Saras Zafnia Gutomo dengan mas kawin berupa uang tunai sepuluh juta rupiah dibayar tunai!" "Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" "Alhamdulillah.""Hari ini, kalian sudah sah sebagai sepasang suami dan istri. Menjalani ibadah terlama sepanjang usia." Ucap bapak penghulu, kemudian memberikan dua buku nikah. "Ini, buku berwarna merah untuk suami. Warna hijau untuk istri. Silahkan, bisa disimpan dengan baik."Kedua buku itu disimpan oleh Mas Rehan. Saras menatap dalam diam. Acara pernikahan yang terpaksa Saras jalani, akan kah Saras sanggup? Rasanya mustahil. "Saya berharap, buku ini akan kembali ke KUA sebagai syarat menjalankan ibadah di tanah suci. Jangan sampai ke Pengadilan Agama." Mas Rehan tersenyum, "Insya Allah, kami minta doanya, Pak." Setelah akad, diadakan sesi foto bersama keluarga inti. Bahkan, Saras tidak sempat mengundang teman kampusnya, SMA nya, atau teman Saras yang lain. Acara hanya berlangsung sebentar, sebelum jam dua belas siang p

  • Pernikahan Turun Ranjang   2. Kabur dari Akad?

    Pernikahan turun ranjang, orang menyebutnya begitu. Pernikahan yang terjadi ketika suami atau istri menikah dengan adik atau kakak iparnya sendiri karena suami atau istrinya sudah meninggal. Bagi orang awam, istilah pernikahan turun ranjang adalah hal yang jarang terjadi. Biasanya karena polemik masalah internal keluarga, pernikahan turun ranjang dapat terjadi. Banyak hal dan alasan di balik terjadinya pernikahan turun ranjang. Bahkan, alasan tersebut terdengar tidak masuk akal. Namun, inilah fakta yang terjadi. Saras mengalaminya sendiri. Hari ini, tepat satu bulan setelah perdebatan yang tiada jalan keluar untuk Saras. Perempuan itu terpaksa menikah dengan mas iparnya sendiri. Tanpa cinta, tanpa resepsi, tanpa sahabatnya, bahkan tanpa impian pernikahan yang selama ini Saras inginkan. Malam setelah acara tahlilan empat puluh hari meninggalnya mendiang Mbak Saras, besok paginya acara akad digelar. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah Saras inginkan. Rasanya Saras sangat frusta

  • Pernikahan Turun Ranjang   1. Menikahi Kakak Ipar

    "Mas Rehan akan menikahi kamu sebagai pengganti mendiang Mbak Laras." Kalimat dari Papa membuat tubuh Saras membeku. Tatapan terkejut tak bisa ia sembunyikan, dirinya sungguh terkejut mendengar ucapan dari Papa. Pasukan oksigen seolah menghilang, membuat dadanya sesak teramat sangat. "Maksud Papa apa? Menikah? Sama Mas Rehan?" Masih basah kuburan Mbak-nya, kini Papa memintanya menikah dengan Mas iparnya sendiri. Dimana pikiran sehat Papanya?! Saras benar-benar tak bisa menerima ucapan Papanya. "Nak..." Suara Mama memanggil, mendekati tubuh Saras yang mematung terkejut. Disentuhnya pundak Saras, "Semua ini demi kebaikan kita semua." Saras menoleh, "Maksud Mama? Mama setuju Saras dan Mas Rehan menikah?" Mama mengangguk mantap, "Mama yakin, Mas Rehan bisa menjaga kamu sama seperti mendiang Mbak Laras." Mendengar hal tersebut membuat Saras naik pitam, "Ma! Saras bukan Mbak Laras! Saras ya Saras! Jangan samakan kami, Ma!" "Nak, kamu salah paham." "Salah paham gimana maksud Mama?

DMCA.com Protection Status