"Tuan Ken, itu... boleh aku bertanya sesuatu?"Jovanka mendatangi Kenrick ke taman depan, dia merasa gugup saat pria itu memutar badan melihat padanya. Dia menjadi kikuk, takut jika nanti justru membuat masalah baru datang padanya. Tapi... jika dia tetap diam, hatinya tidak akan bisa tenang."Silakan, Nona, apa yang ingin Anda tanyakan?" sahut Ken, melihat Jovanka yang masih tetap diam.Sempat Jovanka mengurunkan niat untuk bertanya, tapi dia kemudian berpikir wajar saja ingin tahu tentang kliennya."Sebenarnya... ini agak sensitif. Aku tidak ingin Anda berpikir macam-macam, tapi aku harus mengatakannya."Tapi bagaimana caranya untuk memulai? Jovanka meremas kedua tangannya untuk menghilangkan rasa canggung.Pria yang kini menjadi bodyguard-nya itu seperti paham apa yang dipikirkan Jovanka, jadi Ken meyakinkannya."Aku mengerti, jadi Anda tak perlu ragu."Baiklah, Jovanka mendapat lampu hijau untuk membuka mulut."Itu... apakah rumah tangga Tuan Rich dan Nyonya Cataline baik-baik saj
Hampir satu jam mereka memutari kota dan Rich selalu menghentikan mobilnya di depan restoran yang mereka lewati. Tapi setiap dia mengajak turun, Jovanka menolak. Entah lah harus berapa restoran lagi yang harus mereka cari."Di sini? Mungkin kau ingin makanan laut?" Rich berhenti lagi, menunjuk restoran sea food di depan sana.Mengarahkan pandangan ke atas, Jovanka kembali menggeleng. "Mereka juga menyiapkan beberapa makanan laut di rumah, tapi itu juga membuat aku mual."Oh God... lantas, makanan seperti apa yang tidak membuatnya mual? Rich membawa mobilnya kembali, menekan rasa kesal ke dalam.Di depan restoran cepat saji mereka kembali berhenti, kali ini Rich berharap Jovanka akan memberi jawaban yang memuaskan."Aku tak yakin makanan cepat saji sehat untuk bayi. Tapi daripada kau menahan lapar, kali ini aku akan mengizinkanmu menikmatinya. Ayo, kita turun sekarang."Bisa saja Jovanka merindukan makanan cepat saji yang menjadi kesukaan semua anak muda jaman sekarang, mengingat belak
Bagaimana bisa pria ini menanyakan hal yang tak masuk akal? Kasih sayang ibu dan bayi katanya? Memangnya, kenapa Jovanka harus menyayangi bayi orang lain? Bahkan Cataline saja tidak mau menerima bayi sendiri, dan Jovanka harus merasakan cinta pada janin itu?Ya, benar. Jovanka memang kerap merasa bertanggung jawab atas bayi di perutnya. Ketika menginginkan makanan cepat saji, dia berusaha menahannya agar janin itu sehat di dalam sana. Jovanka juga sering memikirkan nasib bayi itu jangan sampai seperti dirinya. Tapi bukan berarti hal itu adalah kasih sayang ibu dan bayinya, kan? Dia hanya sarang sementara, bayi itu tetap lah milik orang lain!"Aku masih sangat muda dan hidupku benar-benar berantakan. Kumohon, jangan pernah berpikir Anda akan meninggalkan bayi ini denganku," kata Jovanka kemudian.Bagaimana nasib anak itu nanti bersama Jovanka? Bahkan untuk makan pun dia sering kesulitan."Tidak, Jovanka, jangan berkata demikian." Rich menenangkan Jovanka yang terlihat sangat khawatir d
"Sarah, aku pasti tidak waras!" kata Jovanka tiba-tiba, membuat Sarah mengalihkan wajah pada sahabatnya.Mereka tengah duduk di pelataran kampus sembari menunggu kelas berikutnya. Sarah mendengus kecil sebelum menjawab perkataan sahabatnya."Kau baru sadar? Kau memang sudah gila semenjak memutaskan menjadi ibu pengganti!" Masalah uang kuliah sudah teratasi. Sekarang Jovanka mendapat beasiswa yang akan menanggung semua biaya selama kuliah. Seharusnya Jovanka membatalkan menerima kontrak dengan kliennya, karena tak perlu memikirkan buaya lagi. Sarah sempat kesal menganggap Jovanka terlalu menginginkan uang."Kau bisa bekerja setelah lulus, kenapa tidak kau tolak saja kontrak dengan mereka? Kau begitu ingin uang?" Dia menatap Jovanka dari atas ke bawah sebelum kembali berkata, "Aku tahu kau kesulitan selama ini. Tapi jika demi pakaian mewah ini kau berurusan dengan mereka, itu sangat keterlaluan.""Kau pikir aku membelinya? Bahkan aku belum memakai sedikit pun dari uang mereka. Tuan Ri
Sarah tak bisa percaya. Lihat lah Queena dengan penampilan modis dan segala kemewahannya, sedangkan Jovanka... pakaian saja dia tak punya sebelum menjadi seorang ibu pengganti. Keluarga macam apa mereka ini?Bahkan media tak pernah menyebutkan nama Jovanka sebagai putri keluarga itu. Sarah juga pernah membaca biografi tentang Ferry Hernandez yang disebutkan memiliki tiga anak beserta foto anak istrinya. Lantas kenapa Jovanka menjadi putri Hernandez? Bukankan ini sangat tak masuk akal?"Inikah yang kau katakan, Jova? Ferry Hernandez adalah pemilik perusahaan yang kau sebut ayahmu, tadi?" tanya Sarah untuk memastikan.Jovanka sudah sangat lemas dan takut sampai tak mampu membuka mulutnya lagi, sementara Queena tak senang ketika ada orang lain yang tahu mereka bersaudara."Tutup mulutmu dan jangan pernah katakan apa pun, ini urusan keluarga kami!" kata Queena memperingatkan.Sarah tertawa. Sangat bodoh, dia merasa sudah seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa tentang sahabatnya sendiri
Jovanka tengah duduk balkon kamar sembari mengamati taman bunganya. Tidak. Maksudnya, itu adalah taman bunga di vila milik Rich, yang belakangan ini menjadi tempat kesukaannya. Bunga-bunga yang dulu dia bongkar kini mulai terlihat tumbuh subur dan indah dipandang dari atas vila.Ponselnya berdering tiba-tiba, menarik perhatian Jovanka dari bunga-bunga itu. Dia beralih pada meja kecil di tengah balkon untuk melihat siapa yang meneleponnya."Tuan Rich? Kenapa dia meneleponku?" tanya Jovanka, ketika membaca nama pemanggil yang muncul di ponselnya.Meski sedikit ragu, Jovanka meletakkan ponsel itu di telinganya dan langsung mendengar suara Rich di ujung sana."Jovanka, aku akan pulang sekarang, kau menginginkan sesuatu?"Tentu saja pertanyaan itu membuat Jovanka terkejut. Ada apa ini? Kenapa dia bertanya keinginan Jovanka tiba-tiba? Dia terdiam beberapa saat.Wajar dia menjadi bingung bukan? Bisa saja ternyata Rich berpikir Jovanka menginginkan sesuatu yang berharga, seperti perhiasan tem
"Nona, makan lah meski hanya sedikit." Sudah berulang kali pelayan mendatanginya ke ruang tengah, menyarankan agar Jovanka mengisi perutnya. Tapi gadis itu selalu menggeleng, matanya terus mengarah pada pintu masuk berharap Rich akan datang dari sana. Kendrick yang melihatnya pun menjadi tak tega, namun tak tahu akan melakukan apa sekarang. "Anda di mana, Tuan Rich? kenapa lama sekali?" kata pria itu berbicara sendiri. "Nona, ini sudah terlalu malam. Anda bisa masuk angin jika tidak mengisi perut. Makan lah sedikit." Pelayan itu kembali mengingatkan, tapi Jovanka justru menatap Ken yang bersandar di dekat tangga. "Dia belum ada kabar?" Ken tak tega membuka mulutnya dan hanya menggeleng. "Kalau begitu, kita harus mencarinya." Jovanka berdiri dan bersiap pergi, sementara Ken mengejar gadis itu. "Nona, tenang lah. Mungkin tuan akan kembali sebentar lagi, Anda tak boleh pergi." "Tapi ini sudah tengah malam, sampai kapan aku akan menunggu?" Jovanka menatap tajam pria itu. Ken se
"Di mana? Kau dipukuli di bagian mana lagi? Mereka ramai? Mereka memukulmu sangat banyak?" Hingga mereka memasuki vila, Jovanka terus menanyakan letak luka Rich, bahkan dia berusaha membuka jas yang Rich kenakan untuk memastikan. "Jovanka...." Rich menahan tangan gadis itu tapi Jovanka menepisnya kasar."Kau terluka. Diam lah dan jangan banyak bergerak!" peringat Jovanka keras. Dengan patuh, Rich membiarkan Jovanka membuka jas dan kemejanya untuk memastikan di mana saja luka yang didapatkan. Kemudian dia bernapas lega ketika tak menemukan ada memar di tubuh pria itu. "Baguslah, kau hanya terluka di tanganmu. Astaga, kenapa Ken lama sekali membawa obatnya?" ucapnya lagi, sedikit kesal. Pelayan datang dengan kotak P3K di tangannya, segera Jovanka sambar seperti orang yang tidak sabaran. Dia dengan sigap mengeluarkan alkohol untuk membersihkan luka di tangan Rich sebelum memberinya salep dan betadine. Ini kali pertama Rich mendapat penanganan luka dari seorang gadis, bahkan Catal
Rich turun terburu-buru dari mobilnya dan meraih tangan Cataline. Istri yang bertengkar dengannya tempo hari segera ditarik masuk ke dalam mobil. "Apa yang kau lakukan di sini, Kate? Kau memata-matai aku?" tanya Rich, menatap inti mata istrinya menjadi penjelasan. Namun, mata itu menunduk sendu, sebelum akhirnya menitikkan buliran hangat yang kemudian mengalir di kedua pipi. Cataline menangis? Sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi! Bingung. Begitulah isi kepala Rich sekarang. Mengingat yang terjadi di dalam rumah tangga mereka, seharusnya Cataline datang dengan amarah seperti yang sudah-sudah. Tapi kenapa kali ini dia menangis? "Kate, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Rich sekali lagi. Bukannya menjawab, tangis Cataline semakin besar bahkan dia sesenggukan sekarang. Apakah istrinya sudah memikirkan kembali kenapa Rich menikahi Jovanka? Bagus jika itu benar. Setidaknya Cataline tahu kenapa Rich harus menikahi gadis itu. Tapi... bagaimana jika sesuatu yang buruk
"Halo, Sayangku." "Kau di mana, Brengsek! Kau sengaja menjauhiku?" Sejak tadi malam Cataline mencoba menghubungi pria itu, tetapi hanya layanan operator yang terdengar mengatakan nomornya tidak bisa dihubungi. Dia langsung mengumpat begitu Liam Nelson mengangkat panggilannya. "Hei, kenapa kau sangat marah? Aku baru kembali dari perjalanan bisnis," terang Liam, masih dengan suaranya yang tenang. Cataline semakin kesal oleh jawaban Liam, dia sudah menunggu di rumahnya sejak pagi tapi pria itu belum juga pulang. "Aku di rumahmu, Brengsek. Kau pulang ke mana? Ke hotel menemui gadis-gadismu?" "Benarkah? Aku baru saja memasuki gerbang, kau akan melihatku jika benar kau di rumahku," kata Liam.Cataline langsung berdiri melihat ke jendela, benar saja mobil Liam sedang memasuki garasi terbuka yang ada di sudut kanan. Gadis itu menutup telepon dan menunggu Liam masuk. Kemarahan atas perlakuan Rich masih terus membuatnya tak tenang. Cataline menenggak beer kaleng yang dibelinya saat di pe
[Tuan Rich, Anda marah padaku? Aku sangat menyesal sudah membuatmu tersinggung.]Jovanka membaca ulang pesan yang diketiknya, dan kembali ragu untuk menekan tombol pengirim. Dia menghapus lagi pesan itu dan mengganti dengan yang lain.[Aku hanya bercanda, Tuan Rich, tolong jangan marah padaku.]Sekali lagi, dia hapus pesan itu dan berpikir keras kalimat yang benar untuk meminta maaf."Tapi kenapa aku harus meminta maaf? Dia memang melakukannya," kata gadis itu menggeleng, egonya ikut bermain.Rich sendiri yang lebih dulu menyinggung Jovanka. Pria itu patut mendapat balasan karena sudah menyebut Jovanka sebagai gadis yang tidak menarik."Tapi dia tidak berkata demikian, Jova... dia hanya berkata mempertimbangkan."Kembali Jovanka berkata sendiri.Bisa saja maksud Rich mempertimbangkan bukan karena menganggap Jovanka tidak menarik. Mungkin dia mempertimbangkan karena pria itu adalah suami orang lain sehingga tak seharusnya tidur dengan Jovanka. Apalagi dengan perjanjian pra nikah merek
Jovanka mengganti bajunya untuk ke sekian kali, dan melemparkan baju terakhir ke atas ranjang. Dia menatap tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman, di pantulan cermin."Astaga... semua terasa tidak cocok," keluhnya kecewa.Baru berapa hari yang lalu dia berbelanja pakaian yang sangat banyak, tapi karena tidak teliti, Jovanka melakukan kesalahan. Semua pakaian itu dia beli dengan ukuran dirinya yang belum mengandung, tanpa mencoba terlebih dulu. Bagaimana bisa sesuai? Memang tidak menjadi sempit, hanya saja... perutnya yang mulai membuncit menjadi sedikit terlihat. "Ayolah, Jovanka... kenapa kau pikirkan itu? Ini belum seberapa, bobotmu akan bertambah berkali lipat lagi."Dia akhirnya mengenakan kembali pakaian itu, membuang rasa tak nyaman di kepalanya. Bagaimana pun semua orang di kampus juga akan tahu dirinya sedang mengandung. Hanya menunggu waktu saja.Tak lupa Jovanka memoles wajahnya dengan sedikit riasan, yang ikut dibeli tempo hari. Hanya bedak dan lipgloss tentu saja, sebab
Lihat lah pria itu berdiri dari duduknya. Tentu saja Cataline yang selalu menjadi pemenang. Mendengar istrinya bunuh diri, Rich pasti membujuk dan memohon agar Cataline tidak melompat dari jendela. Kesempatan itu tidak akan Cataline sia-siakan untuk lepas dari semua kejahatannya. Ya, Cataline sudah sering membalikkan kesalahan menjadi kemenangan untuknya, dan Rich selalu mengalah. Tak ubahnya hari ini, Cataline tahu suaminya akan kembali mengalah. Rich pasti memohon, bersujud demi bayi yang sudah lama diidamkan."Jangan mencegahku! Jika kau tidak meninggalkan gadis itu dan menggugurkan bayinya, maka kau akan kehilangan aku dan bayi kita!" Sekali lagi dia mengancam, menatap Rich yang berdiri di sana.Rich tidak bergeming, tetap diam di tempatnya berdiri. Cataline tidak sabar melihat Rich berjalan ke arahnya dan memohon. Tapi sialnya, kenyataan tidak sesuai dengan yang Cataline harapkan."Aku tahu kau hanya mengancam, Kate, sudahlah, kau sudah terlalu sering melakukannya padaku," kata
"Astaga, sudah berapa aku tertidur di sini?"Dia mengenakan pakaian buru-buru untuk mengusir rasa dingin di sekujur tubuh. Jovanka tidak ingat sejak kapan dia tertidur di dalam bath up itu, sehingga telapak tangan dan kakinya sudah mengeriput. Ketika keluar dari kamar mandi, semakin terkejut dia melihat jam digital yang menunjukkan hari sudah sore."Kenapa dia tak membangunkanku?" kata Jovanka menggerutu, mengingat meninggalkan Rich di balkon kamarnya. Mengatahui Jovanka tidak juga keluar, bukankah seharusnya Rich menggedor pintu? Dia keluar untuk mencari Rich di kamar sebelah, tapi pintunya sudah terkunci.Apa Rich sedang tidur? Jovanka mencoba mengintip dari lubang kunci, hanya gelap yang terlihat mata."Apa yang Anda cari, Nona?"Suara Kenrick memaksa Jovanka kembali berdiri, wajahnya sangat terkejut bercampur malu."Eh, itu... Anda melihat Rich, Tuan Ken?" tanya Jovanka, kemudian mengetuk kepala pelan.Sudahlah ketahuan mengintip, sekarang juga dia berkata jujur tengah mencari Ric
"Istriku, kau sudah mandi?""Kau akan ke mana, Istriku?""Kau menginginkan sesuatu, Istriku?""Istriku, hati-hati ketika berjalan.""Hei, Istriku, jangan banyak termenung, itu tidak baik untuk orang hamil."Gila, ini benar-benar gila. Jovanka takut dirinya akan terbawa suasan jika Rich terus melakukannya. Dia menatap pria itu tajam, menunjukkan bibir sinisnya."Jangan memanggilku seperti itu, Tuan, aku tidak suka!""Kenapa? Bukankah kau memang istriku? Terlepas aku tak boleh menyentuhmu, kau tetaplah istriku yang sah."Ya Tuhan... bisa kah Jovanka menutup mulut Rich dengan sepatunya? Bayangkan saja, sejak pagi tadi di dalam kamar, Rich terus memanggil Jovanka dengan sebutan itu, sampai rasanya Jovanka muak mendengarnya. Ke mana pun Jovanka pergi, Rich mengikuti dari belakang memperhatikan gerak-geriknya. Saat Jovanka melakukan apa pun, Rich akan memanggil dengan sebutan istri seperti yang baru saja dia lakukan.Pernikahan ini hanya sebuah status, bukan pernikahan pada umumnya. Jika Ri
Cemas, sedih, bahkan takut sudah menyergap Jovanka sejak dia menandatangi akta pernikahannya di catatan sipil. Ditambah kunjungan ke rumah orang tua Rich, berhadapan dengan wanita yang terlihat tenang tapi juga sinis dan menakutkan, sungguh membuat Jovanka tak bisa tenang.Dia hanya berpura menikmati dua mangkuk es krim untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, dan banyak bertanya membuat wajah ceria agar Rich merasa senang. Tapi sesungguhnya, hanya Jovanka lah yang tahu semua isi kepalanya.Menikah? Sejak kapan Jovanka berpikir akan menikah? Bahkan dia pernah bersumpah tidak akan menikah sampai mati, mengingat begitu malang nasib yang dijalani. Tapi tiba-tiba saja dia menerima tawaran Rich menjadi istri kedua, dan harus berhadapan dengan keluarga kaya raya. Hanya demi seorang bayi yang bahkan bukan miliknya sendiri.Bagaimana jika Nyonya Ruth Cullen tidak menerima Jovanka dan bayinya? Apa yang akan dia lakukan jika wanita itu berwatak sama dengan Cataline, berniat menggugurkan k
"Maaf tidak bisa memberi kesan baik di hari pernikahan kita.""Apa?" Jovanka tertawa kecil. "Kita tidak seperti pasangan pada umumnya, Tuan, kenapa harus meminta maaf? Aku bisa melakukannya kelak jika urusan kita sudah selesai," kata Jovanka enteng, tapi tangannya yang gemetar mengangkat sendok itu cukup bisa menunjukkan getir di dalam dada. Rich bisa melihatnya. Jovanka tengah membohongi diri sendiri untuk terlihat biasa saja, tapi tentu saja gadis itu hanya berpura kuat.Siapa gadis yang tak memiliki pernikahan impian? Semua wanita di dunia ini pasti pernah bermimpi menjadi ratu di hari pernikahannya, yang menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi Jovanka tidak bisa meraskan itu, justru Rich membawanya pada keluarga yang kemudian merusak hari pertama mereka. Jika ditanya, tentu saja Rich menyesal datang terlalu awal. Seharusnya dia menuruti Jovanka untuk memberi jeda dan sedikit waktu. "Tapi bagaimana pun, aku tetap meminta maaf untuk semua yang terjadi hari ini, Jovanka.""Kenap