Seorang lelaki berwajah tampan dengan garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis kemerahan sedang mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi.
Lelaki itu memarkirkan mobilnya di lapangan parkir rumah sakit. Lalu ia berjalan dengan langkah yang besar. Rahangnya mengeras tanda kemarahannya memuncak. Lelaki itu berjalan menelusuri lorong rumah sakit.Ingatannya berputar saat dirinya sedang memimpin rapat direksi. Saat itu sekretarisnya memberikan kabar bahwa nenek Emeline mengalami kecelakaan bersama seorang gadis dan sekarang berada di rumah sakit Kartini.Mendengar berita tersebut, Carlo langsung menghentikan rapat yang begitu penting. Meski begitu, para petinggi direksi memaklumi kekalutan yang dirasakan Carlo selaku cucu sulung dari keluarga Keris Jaya.‘Siapa gadis itu? atau jangan-jangan gadis murahan yang mau nenek jodohkan ke aku?" ujar Carlo di dalam hatinya ketika mengendarai mobil.'Jika aku tahu dalang dari kecelakaan ini adalah gadis itu, maka jangan salahkan aku akan menghancurkan hidupnya' Carlo kembali bicara dalam hatinya sambil menyetir mobil menuju rumah sakit. Kini isi kepalanya hanya penuh dengan kecurigaan pada gadis itu.Langkah besarnya kini membawa ia berdiri di depan ruang rawat inap kelas dua. Kini alam pikiran Carlo telah kembali pada kenyataan yang ada di hadapannya. Tulisan 'Ruang rawat inap' tertera di atas pintu. Carlo memandang ruangan tersebut dengan mata elangnya. Ada keinginan untuk menendang pintu ruangan itu karena rasa kesalnya.Carlo membuka pintu ruangan itu dengan kasar. Dirinya melihat sosok gadis berambut ikal berwarna coklat dan manik mata berwarna coklat muda. Sedang terbaring dengan kondisi tangan kiri di perban dan tangan kanan di infus. Carlo sempat terdiam, melihat kecantikan alami dari gadis itu.“Maaf, tuan siapa?” tanya Kayla dengan sopan ketika melihat seorang lelaki tidak ia kenal berada di hadapannya.“Kamu pikir dengan cara ini aku bisa suka dengan kamu, terlalu licik cara kamu,” ucap Carlo tanpa basa-basi.Kayla mengerutkan dahinya. Dirinya bingung dengan ucapan dari lelaki yang tidak ia kenal.“Bapak salah orang,” ucap Kayla pelan karena dirinya baru saja sadar dari pingsan.“Kamu pikir dengan berpura-pura polos begini, aku jadi simpati, begitu?” ucap Carlo dengan nada tingginya.Carlo kini berjalan mendekat ke arah Kayla, namun langkah kakinya berhenti ketika suara yang ia kenal terdengar di telinganya.“Sudah kak! cukup! Jangan buat keributan ini rumah sakit," ujar Steven sambil berjalan mendekat ke Carlo dari belakang punggungnya.Steven sedang sibuk mengurus administrasi di ruangan nenek Emeline. Tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari sekretaris Carlo tentang kemarahan Carlo pada seorang gadis yang dicurigai menjadi penyebab nenek mereka mengalami kecelakaan. Steven melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan Kayla.Dugaan Steven, ternyata benar. Bahwa kakaknya menemui Kayla lalu menyerangnya dengan lisan yang pedas.Carlo menolehkan kepalanya ke arah belakang. Terlihat sosok lelaki yang ia kenal akrab. Steven, adiknya.“Kak lebih baik temui nenek, dia sudah sadar,” ucap Steven sambil menepuk pundak kakaknya itu.Carlo menoleh sekilas ke arah gadis itu lalu memalingkan wajahnya. Carlo merasa urusan mereka belum selesai. Carlo dan Steven pergi meninggalkan gadis itu sendiri.Kayla teringat dengan wanita tua yang ia selamatkan tadi, saat dua lelaki yang tidak ia kenal berada di ruangannya.‘Apa mungkin tadi itu keluarga korban ya?’ tanya Kayla dalam hati.Kayla mencoba turun dari tempat tidurnya dengan infus yang di dorong pelan mengikuti langkah kaki dua lelaki itu.Kayla tidak bisa menandingi langkah kaki dua orang lelaki itu karena kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih.Kayla terus mengikuti langkah kaki kedua lelaki itu yang berjalan menuju ruang rawat inap berkelas VIP. Kayla mendorong infusnya dengan pelan. Kedua lelaki itu masuk ke ruangan pertama dekat dengan ruang dokter jaga.Carlo mendekat ke arah neneknya yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri.“Sayang, kenapa kamu lama sekali?” tanya nenek dengan lembut ketika tangannya di genggam oleh Carlo.“Tadi aku-” ucapan Carlo di potong oleh Steven."Kak, tadi sedang mengurus proyek yang ada di luar negeri, jadi dia datangnya lebih lambat" Ucap Steven mengalihkan perhatian neneknya.“Iya nek, Steven lambat memberi tahu aku bahwa nenek sudah sadar, tapi tidak mengapa yang penting sekarang keadaan nenek sudah membaik," ucap Carlo dengan senyuman.Nenek Emeline membalas ucapan cucunya dengan senyuman."O... ya nek, aku mau tanya, kenapa nenek bisa bersama dengan seorang gadis? Atau jangan-jangan ini rencana jahat gadis itu?” tanya Carlo sambil menyipitkan matanya untuk mencari kebenaran dari mulut nenek Emeline.“O... gadis itu ya?” tunjuk nenek ke arah ambang pintu hanya dengan lirikan mata. Ternyata Kayla telah berada di sana.“Itu gadis yang menyelamatkan nenek, dia yang mengeluarkan nenek dari mobil. Ya tuhan! begitu cantiknya kamu. ayo! ke sini! mendekat ke nenek,” ucap nenek Emeline memerintahkan Kayla untuk mendekatinya. Carlo melihat ekspresi neneknya yang tidak ada kebohongan di dalamnya.Dugaan Kayla benar, dua lelaki itu adalah keluarga dari nenek yang ia selamatkan. Namun muncul kebingungan di benak Kayla, tentang Carlo yang tiba-tiba marah dengannya.Kayla mendekat ke arah nenek yang terbaring lemas di atas kasur, dengan tangan sebelah kiri di infus dan kepala di perban.“Terima kasih banyak ya ... Jika tidak ada kamu, nenek tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan nenek sekarang,” ujar nenek Emeline yang kini beralih meraih tangan kiri Kayla yang di perban. Kondisi Kayla sendiri tidak begitu baik, tangan kanannya di infus sedangkan tangan kirinya di perban.Nenek Emeline ingat, bahwa yang menyelamatkannya hanya gadis yang ada di hadapannya ini tidak ada orang lain.“Apa ini sakit sayang?” tanya nenek Emeline dengan raut wajah sedih sambil menggenggam tangan Kayla setelah Kayla berada di samping tempat tidurnya."Ini sudah di obati ...,” ucap Kayla sopan."Sayang, kamu boleh kok panggil nenek sebut nenek juga, nenek juga senang dengarnya," ujar nenek Emeline dengan nada lembut.Steven dan Carlo hanya bisa menyaksikan percakapan mereka berdua.‘Ya tuhan! aku salah menduga. Ternyata dia adalah orang yang menyelamatkan nenek’ batin Carlo sambil mengamati reaksi nenek Emeline yang senang berjumpa dengan Kayla.“Siapa namamu sayang?” tanya nenek Emeline.“Namaku Kayla nek,” ucap Kayla dengan lembut.‘Akhirnya mereka tahu bahwa aku bukan orang yang ingin mencelakai orang lain,’ batin Kayla yang tahu lelaki yang marah-marah padanya tadi mungkin punya pikiran negatif terhadapnya.Kayla ketika sampai di depan pintu ruangan sedikit mendengar pertanyaan Carlo kepada neneknya tentang kemungkinan dirinya ada niat jahat kepada sang nenek.“Nama yang indah,” ucap nenek Emeline lalu melemparkan pandangannya ke arah Carlo. Steven juga sama melihat ke arah kakaknya itu.“Maaf, saya tadi-” ucapan Carlo di potong kembali oleh Steven.Steven memotong ucapan Carlo. “Maafkan kami Kay, sudah mencurigai kamu,” ujar Steven dengan senyuman manis.Kayla merasa tersipu mendapatkan keramahan Steven. Wajahnya memerah mendengar ucapan maaf dari Steven lelaki tampan di hadapannya.“Iya, tidak jadi masalah yang penting ke depannya kalian bisa jaga nenek kalian dengan baik,” ucap Kayla lembut.“Dasar anak baik. Kecantikanmu bukan hanya di wajah saja, ternyata hatimu juga begitu cantik,” ujar nenek Emeline.Kayla hanya bisa tersenyum membalas pujian dari mereka.Nenek Emeline kemudian terdiam sejenak dan bertanya, “Sayang, apa kamu sudah menikah?”“Sayang, apa kamu sudah menikah?” Kayla terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba nenek Emeline. “Saya belum menikah nek,” ucap Kayla pelan namun terdengar. Nenek Emeline kembali melempar pandangannya ke arah Carlo. Wajah Carlo sedikit memerah karena kode yang di berikan oleh nenek Emeline terhadap dirinya. Nenek Emeline memberikan kode untuk mendekati Kayla. Wajah Carlo memerah hanya melihat tatapan manik mata neneknya yang bergerak memandang dirinya dan Kayla bergantian. “Kay, kamu lihat cucu sulung nenek ini,” ujar nenek Emeline menatap Carlo di sampingnya. “Dia sedang mencari pasangan hidup, tapi sayangnya dia tidak laku,” ujar sang nenek dengan mata mengejek. Manik mata hitam pekat milik Carlo membesar mendengar ucapan nenek Emeline yang mempermalukannya di depan gadis kecil ini. Kayla tertawa kecil ketika mendengar ucapan sang nenek. Pandangan Carlo tertuju pada kedua wanita yang sedang tertawa di hadapannya. Pikiran Carlo melayang pada peristiwa sebelum kecelakaan itu t
Sudah seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak berjumpa dengan nenek Emeline dan cucunya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Tok – Tok “Pasti mau menagih kontrakan,” ujar Kayla yang sedang menyisir rambutnya yang basah. “Selamat pagi,” ucap Steven yang telah berada di depan pintu kontrakan Kayla. “Pak Steven,” ucap Kayla bingung. Steven meminggirkan tubuhnya ke arah kanan memberi jalan untuk seseorang di belakangnya maju. Nenek Emeline berada di belakang Steven tanpa perban di kepalanya. Kayla terkejut dengan kehadiran nenek Emeline di rumah kontrakannya. “Nenek,” ucap Kayla dengan mimik wajah terkejut. “Iya, kenapa sayang? Kamu terkejut ya?” tanya nenek Emeline dengan senyumannya. “Silakan masuk nek,” ujar Kayla mempersilahkan nenek Emeline masuk ke rumahnya sambil mendekat ke arah nenek Emeline dan meraih tangannya untuk menyalaminya. Kayla mencium tangan nenek Emeline sebagai bentuk dirinya menghormati orang yang lebih tua. Nenek Emeline masuk dan bingu
Tampak jelas wajah Kayla tanpa senyuman, bimbang dengan tawaran sang nenek. “Begini saja. Nenek jam 10 ini mau bertemu dengan dokter pribadi nenek untuk membicarakan penyakit ibumu, dan tindakan yang tepat untuk pengobatan penyakit ibumu. Jika kamu memutuskan untuk menikah dengan Carlo, maka hari ini juga kita akan melakukan tindakan dan hari ini juga kamu akan menikah dengan Carlo,” ujar nenek Emeline dengan wajah seriusnya. ‘Maaf kan nenek Kay, telah mendesak kamu di kala kamu sedang merasa kesusahan, tapi nenek lakukan semua ini demi kebaikan kamu dan demi kebaikan cucu nenek’ ujar nenek dalam hati dengan rasa sedih yang tidak ia perlihatkan. “A—Aku setuju,” ujar Kayla tanpa daya. Suara Kayla jelas terdengar serak dan matanya mulai mengeluarkan air yang tidak bisa tertampung. ‘Mungkin ini yang bisa Kay lakukan demi kesehatan ibu. Kay gagal jadi anak berbakti kepada ibu untuk tidak mengenal lelaki selagi masih belajar. Sekarang bukan sekedar mengenal... Kay akan menyerahkan hidup
“Nek, aku nanti hanya bisa mengantar kalian sampai depan perusahaan ya, tidak bisa sampai dalam. Karena kelasku sebentar lagi akan di mulai,” ucap Steven sambil memainkan ponselnya di depan mobilnya sebelum masuk ke dalam mobil. “Ya tidak apa-apa Steven. Kamu mengajar dulu saja,” ujar nenek Emeline lalu masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil mereka pun pergi menuju kantor Carlo. Steven hanya bisa mengantar Kayla dan nenek sampai pintu utama perusahaannya lalu pergi meninggali dua wanita itu. Jam menunjukkan waktu makan siang, Nenek menawarkan Kayla makan bersamanya dengan Carlo. “Kay. Nanti kita makan siang dulu ya sebelum kecatatan sipil, melakukan pendaftaran pernikahanmu,” ujar nenek. Sambil berjalan masuk ke dalam perusahaan. Di lantai dasar mereka bertemu satpam yang memberi hormat kepada mereka berdua. Kayla sebenarnya sangat bingung dengan keputusannya apakah tepat atau tidak. Kayla memutuskan untuk tidak banyak bicara. Nenek Emeline mengajak Kayla menuju lanta
Setelah 30 menit di perjalanan, akhirnya sampai juga di sebuah rumah makan jepang. Kayla dari kaca mobil melihat interior bergaya jepang menghias halaman dan rumah makan tersebut. "Ayo turun!" ujar Carlo yang membukakan pintu mobil. Kayla terpana dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya, meski lebih dewasa darinya lelaki di hadapannya itu memiliki wajah yang begitu tampan sehingga bisa menggoda hati seorang wanita. Kayla baru ini mengamati wajah Carlo dengan jarak yang kurang dari 100cm. "Kamu lihat apa? ayo turun!" ucap Carlo dengan sebelah alis di angkatnya. "Em... tidak bisa melihat orang senang sebentar," rutuk Kayla dengan bibir yang hampir bisa di kuncit. Nenek yang telah berada di luar mobil tersenyum melihat perilaku mereka yang menurut nenek cepat atau lambat akan menyatu. Setelah Kayla keluar, Carlo berjalan mendahului Kayla dan menggandeng sang nenek yang telah berjalan lebih dahulu di depan. "Silakan masuk ibu" ucap seorang pelayan wanita dengan intonasi suara y
Kayla memanggil taksi untuk pergi ke kontrakan lamanya, dia membayar taksi dengan uang yang Carlo kasihkan. Sedangkan Carlo kembali ke kantornya menggunakan mobilnya sendiri.Sesampainya di kontrakan Kayla segera membereskan beberapa baju dia dan ibunya. Total koper yang ia bawa ada 3 koper. Barang yang lain ia tinggalkan karena milik tuan rumah. Kayla sejenak membaringkan dirinya di atas kasur, di bukanya ponselnya lalu di lihatnya ada pemberitahuan bahwa ada pesan WA dari nomor yang tidak ia kenal.“Simpan nomor ini...suamimu.” Pesan itu singkat namun bisa membuat Kayla tersenyum.Meski sikap dingin Carlo yang seperti Drakula namun dia sebenarnya baik hati.Kayla ingin membayar tunggakan kontrakannya sebelum ia pergi namun uang yang di kasih oleh Carlo tidak cukup untuk membayar tunggakan tersebut.Sambil memejamkan matanya Kayla berpikir apa dia harus menggunakan ATM Carlo untuk memba
Carlo memejamkan matanya sejenak. 10 menit kemudian Carlo merasa ada embusan nafas yang harum menerpa wajahnya. Carlo merasa seperti sedang mimpi, tangannya meraih tengkuk leher seseorang yang ada di hadapannya, dengan mata yang masih tertutup Carlo mencoba mendekatkan wajahnya ke arah sumber keharuman yang ia cium. Di tempelkannya bibirnya ke bibir seseorang yang ada di hadapannya. Rasa lembut dan manis dari bibir seseorang di hadapannya sangat terasa. Tangan kiri Carlo mulai liar meraba pinggul seseorang di hadapannya. Kayla terkejut dengan perilaku Carlo yang telah di luar batas. Kayla menggigit bibir Carlo hingga berdarah. Carlo yang mendapatkan gigitan itu langsung tersadar dan mendorong Kayla menjauh darinya. “Aduh!” teriak Kayla yang terjatuh di lantai. “Apa-apaan sih kamu ini,” ucap Carlo marah. “Hay! Mas! Yang harus marah itu aku, bukan kamu. Yang korban itu aku bukan kamu,” ucap Kayla yang mulai berdiri dari
“Ya siapa yang mengantar kamu tadi, kalau bukan pacar kamu, bolehlah kamu kenali ke aku. Siapa tahu dia suka dengan aku,” ujar Klara dengan mata genitnya memohon kepada Kayla. “Dia adiknya Carlo. Ya nanti aku kenali,” ucap Kayla lalu mengeluarkan bukunya yang ada di tas. “Siapa Carlo Kay?” tanya Klara kepada Kayla. “Suami,” jawab singkat Kayla yang mengejutkan Klara. “Apa?” tanya Klara merasa ia tidak salah dengar dengan ucapan sahabatnya itu.“Ya suami,” ucap Kayla sengaja dengan wajah nahan tertawa. “Kamu serius Kay?” tanya Klara menyelidik.“Ya tidak mungkin Klara, aku sudah punya suami, kapan nikahnya coba?” tanya Kayla berbohong.“Iya juga ya,” ucap Klara yang mengiyakan ucapan Kayla.“Jadi siapa Carlo itu Kay?” tanya Klara bingung.“Pacarku,” ucap Kayla singkat.“Kapan kamu punya
Carlo menolehkan kepalanya sekedar melihat keberadaan Kayla yang ia pikir duduk tidak jauh darinya. Carlo terkejut melihat Kayla telah menjauh darinya dengan Steven berada di sampingnya. Carlo langsung permisi untuk menjauh dari para teman-teman lamanya itu namun tangan Carlo di tahan oleh Melisa dan di soraki oleh teman-teman lamanya. “Kalian itu pasangan yang serasi. Jadian kembali saja Car!” ujar seorang lelaki sahabat Carlo.“Aku tidak bisa terima dia, karena dia tidak mencintaiku!” ujar Carlo yang menolak ucapan teman-temannya. Dari kejauhan Kayla memperhatikan Carlo dan teman-teman lama Carlo.Carlo tahu Kayla sedang mengamatinya meski berjalan bersama Steven. “Aku tadi pergi dengan seseorang maka aku harus menemuinya dulu!” ujar Carlo bingung mau menolak ucapan teman-temannya.“Sudah! Tinggalkan saja temanmu tadi. Lagian dia terlalu kecil untuk kelas kita, iyakan teman-teman?” ujar salah sa
Carlo mengambil ponselnya dan mencari nomor Kayla di teleponnya setelah itu ia menghubungi Kayla, namun Kayla tidak mengangkat teleponnya. Carlo keluar dari kamar lalu pergi menuju resepsionis untuk mencari tahu Kayla keluar dari hotel atau hanya berjalan-jalan di halaman hotel. “Permisi—” ujar Carlo yang terputus karena Kayla memukul pundak Carlo. “Mas,” panggil Kayla. Carlo langsung memeluk Kayla dengan erat. Ada rasa takut kehilangan di hati Carlo. “Mas kenapa?” tanya Kayla yang tidak mengerti apa yang terjadi dengan suaminya. “Mas hanya takut kamu di culik atau tersesat. Jangan pergi sendirian lagi ya!” ujar Carlo sambil mencium dahi Kayla. Kayla hanya tersenyum dan mereka bersama-sama masuk ke dalam kamar hotel. Carlo menuju kamar mandi terlebih dahulu karena menyadari bau parfum Melisa sangat menyengat menempel di tubuhnya. Sedangkan Kayla mencoba m
Setelah pertempuran pagi ini, Carlo dan Kayla kembali membersihkan diri dan menyantap makanan yang telah di siapkan oleh orang hotel.“Mas,” panggil Kayla sambil menyiapkan bubur ayam yang masih hangat.“Em....” Carlo hanya berkesempatan karena matanya kini tertuju dengan laptop yang ia bawa. “Mas kita istirahat dulu saja ya habis makan, aku ingin tidur! Badanku terasa remuk,” ujar Kayla yang merasa remuk badannya.“Ya Kay,” ucap Carlo singkat. Ponsel Carlo berdering dan terlihat tampilan nama Melisa di ponselnya. Dengan cepat Carlo mengangkat telepon tersebut sebelum Kayla melihatnya karena Kayla sedang sibuk dengan ponselnya sendiri.“Ya kenapa?” tanya Carlo dengan nada malas.“Kamu di mana Car. Aku kesakitan Car sekarang! Tolong Car!” ujar Melisa dengan tangisan. Carlo menghentikan aktivitasnya di laptop dan segera menutup laptopnya.“Kamu di m
Kayla menjerit terkejut melihat bagian belakang Carlo yang polos tanpa sehelai benang. "Mas! Kenapa harus di lepas?" tanya Kayla sambil menutup mata karena merasa malu. "Kenapa harus di tutup? ini akan jadi hak milikmu Kay," ucap Carlo yang kini menghadap Kayla. Carlo menurunkan secara perlahan-lahan tangan Kayla. "Bukalah Kay matamu," ujar Carlo yang menginginkan istri kecilnya menatap dirinya. Kayla perlahan - lahan membuka matanya dan menatap wajah Carlo yang kini menatapnya seperti singa sedang kelaparan. “Mas, kenapa menatapnya begitu?” ucap Kayla takut. “Semua kesepakatan kita telah aku batalkan Kay malam ini,” ujar Carlo sambil menarik dagu Kayla untuk lebih dekat dengan wajahnya. “Maksud mas? Mas sudah mencintaiku?” tanya Kayla dengan tatapan yang penuh harapan. “Aku belum tahu Kay! Tapi aku hanya ingin kamu terus berada di
Setelah menyiram wajah berapa kali, akhirnya Kayla keluar dari kamar mandi dan membantu Carlo menggunakan kaos yang ada di kopernya. Setelah Carlo dan Kayla telah siap pergi dari ruang inap tersebut, Melisa telah berdiri di ambang pintu dengan wajah marah. “Mau ke mana kalian?” tanya Melisa kepada Carlo dan Kayla. Kayla hanya diam tanpa kata sedangkan Carlo menggenggam tangan Kayla kencang. Kayla menolehkan kepalanya ke arah tangan kirinya yang di genggam Carlo. “Kami akan melanjutkan perjalanan kami, kamu boleh pulang Mel. Terima kasih atas kepedulianmu,” ucap Carlo dengan nada dingin. “Aku tidak peduli kamu mau usir aku atau apalah! Yang aku inginkan adalah dekat dengan kamu!” ucap Melisa tanpa malu. “Kamu sendiri yang bilang kita bisa jadi sahabat,” ucap Melisa dengan nada memelas. “Aku akan pergi dengan Kayla bulan madu, jadi aku harap kamu tidak perl
Di lapangan parkir Kayla berjumpa dengan Steven. Namun kali ini Steven hanya sendirian tanpa Melisa.Steven yang melihat Kayla segera menghampirinya. Kayla tidak sempat mengelak karena saat itu jalanan terlalu sepi.“Kay. Mau ke mana? Mau aku antar?” tanya Steven.“Mau cari makanan, oh ya Melisa?” tanya Kayla yang tidak lengkap namun di mengerti oleh Steven.“Dia di hotel,” ucap Steven sambil tersenyum.“Boleh aku temani kamu makan?” tanya Steven lembut.Kayla hanya mengangguk yang artinya boleh. ‘Dari pada makan sendirian, lebih baik jika ada yang menemani’ pikir Kayla.Mereka makan di rumah makan yang ada di seberang rumah sakit. Sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan jika menuju ke sana.“Kay, kamu yakin mau melanjutkan pernikahan ini?” tanya Steven serius. Kayla tersedak makanannya ketika mendengar ucapan Steven yang menurutnya
Carlo tahu istrinya berbohong karena ada kecemasan di wajah Kayla."Baterai ponselku benar-benar akan habis sebelum insiden itu terjadi," ujar Carlo yang membelah istrinya.Kayla tersenyum kepada Carlo. Steven mendekat ke arah Kayla lalu memegang tangan Kayla sambil melihat Kayla dari bawah hingga ke atas. “Apakah kamu ada yang terluka?” tanya Steven sambil menggenggam tangan Kayla.“Steven berhenti menggenggam tangan istriku begitu!” teriak Carlo dengan nada tinggi karena tidak senang melihat Steven khawatir dengan Kayla.Melisa melihat perilaku Carlo yang begitu peduli dengan Kayla sehingga dirinya merasa tersaingi dengan kehadiran Kayla di sisi Carlo.“Car cepat sehat ya, nanti aku akan temani kamu selama di luar negeri. Hitung-hitung mengajari Kayla karena yang sangat tahu tentang dirimu adalah aku,” ucap Melisa dengan bangganya. Steven melihat rasa kesal Kayla sang
Kayla menoleh ke pramugari yang menghampirinya untuk memberikan buku menu tadi. Mata Kayla mengedip ke pramugari itu dan menyadari pramugari itu bahwa ini hanya pura-pura saja. Pramugari itu diam-diam pergi menuju ke kabin pesawat. Kayla menoleh ke pramugari yang menghampirinya untuk memberikan buku menu tadi. Mata Kayla mengedip ke pramugari itu dan menyadari pramugari itu bahwa ini hanya pura-pura saja. Pramugari itu diam-diam pergi menuju ke kabin pesawat. Ketika di dalam kabin terdapat lima pembajak lagi tertawa-tawa. Ketika melihat pramugari tersebut para pembajak itu langsung menodongkan senjata ke hadapan pramugari itu. “Saya di utus bos kalian, untuk membantunya di luar menangkap orang sakit jiwa,” ucap pramugari itu dengan wajah serius. Maka semua pembajak itu segera keluar dan menemukan bosnya telah di ikat pakai sabuk pinggang dengan kaki yang telah di lumpuhkan, sama seperti halnya dengan dua temannya juga telah di lumpuhkan Carlo dengan tembakan di kaki dan tangan. L
Kayla duduk berdampingan dengan Carlo di pesawat. Selama di pesawat mata Kayla di pejamkannya karena sejujurnya ia belum pernah naik pesawat. Ketika pesawat lepas landas, di cengkeramnya dengan kuat tangan Carlo yang ada di sampingnya sambil menahan nafas karena ketakutan. Carlo tersenyum melihat sang istri yang begitu menggemaskan di matanya.Carlo memberikan Kayla permen karet agar dirinya lebih rileks dan meminta Kayla untuk menyenderkan kepalanya di kursi serta coba pejamkan mata sambil dengarkan headset yang di pasang Carlo di telinganya. Kayla memejamkan mata sambil menikmati lagu yang di setel oleh Carlo hingga tidak terasa pesawat sudah dalam posisi normal. Carlo telah memejamkan matanya karena malam telah tiba. “Mas, aku mau pipis, bagaimana? Kapan kita sampai di tujuan?” tanya Kayla yang membangunkan Carlo dari tidurnya. “Permisi tuan dan nyonya maaf mengganggu waktu kalian. Silakan ma