siapa yang udah sebel pas Kelvin kasih nomor ke Calista? Ang Ang Ang ..... đšđđselamat siang..... terima kasih sudah membaca ya đ¤baca juga RAHASIA HATI: TERPERANGKAP MENJADI ISTRI KEDUA CEO DINGIN âşď¸ terima kasih.....
Amaya menunduk, meremas ujung jarinya yang ada di atas paha, menasehati dirinya sendiri agar tak tertawa begitu mendengar nomor yang diberikan dan diketik oleh Kelvin di ponsel milik Calista itu bukanlah nomornya sendiri, melainkan nomor kampus. Amaya merasa bersalah pada prianya itu karena baru saja kesal dan berpikir bahwa Kelvin melakukan sebuah âperselingkuhanâ kecil di depan pucuk hidungnya. âKok nomor customer service-nya kampus, Vin?â tanya Calista, memperjelas pada Kelvin yang baru saja meneguk minuman dingin dari gelas berkaki miliknyaâyang sebenarnya adalah milik Amaya sebab minumannya sendiri sudah habis beberapa saat yang lalu. âBukannya kamu bilang kalau temanmu mau menanyakan beberapa hal soal S2?â tanya Kelvin balik. âKampus akan kasih penjelasan yang lebih detail daripada aku. Makanya aku kasih nomor customer service kampus.â âTapiââ Calista hendak bicara sebelum Amaya menoleh padanya. Dari gelagatnya ... sepertinya Amaya tahu apa yang akan dikatakan oleh wanita di
Bahaya karena Kelvin bisa saja menjadikan sembarang tempat untuk mengajak Amaya berpeluh basah, menuntaskan gairah dan mendesah. Di meja makan, di ruang tamu. Apa ... di balkon juga, jangan-jangan?! Akh! Tidak! "KELVIN!" Amaya berteriak memanggil Kelvin dan 'mengancamnya' dengan mengatakan, 'Kalau Mas Vin ngajakin aku making love di meja makan, nggak akan aku kasih sampai seminggu!' Dan dengan tanpa bebannya Kelvin justru bertanya, 'Kok gitu, Sayang?' 'Di tempat yang normal aja nggak?! Kalau di meja makan, bisa-bisa nanti setiap makan bakal ingat terus loh!' 'Iya-iya ....' jawab Kelvin, menyerah. Sekalipun tak terjadi apa-apa di ruang makan seperti yang âdirencanakanâ oleh Kelvin tepat setelah mereka sampai, tetapi Amaya tahu bahwa bersama dengan Kelvin tidak ada yang tidak mungkin! Contohnya ... mereka tak membicarakan soal akan renang bersama pada sore hari. Amaya juga tak mempersiapkan pakaian renang di dalam koper kecil yang mereka bawa. Tetapi Kelvinâdialah yang memasu
Amaya lupa bagaimana saat ia tiba-tiba telah jatuh di atas ranjang dengan keadaan bibirnya dan Kelvin yang saling menyapa, bertaut saling memagut.âMaaf,â kata Amaya saat Kelvin menarik wajah darinya.Pria itu tengah miring menghadapnya, menjadikan tangannya sebagai bantalan sedangkan matanya yang bening menatap Amaya dengan teduh.âBuat apa minta maaf?â tanya Kelvin.Senyumnya tampak semanis ibu jarinya yang singgah di bibir Amaya dan mengusapnya dengan lembut.âKarena hoodie-nya Mas Vin jadi kotor, âkan? Kayaknya itu Hoodie baru yang dibeliin sama Mama kapan hari deh?âKelvin masih tersenyum, mungkin mendengar suara Amaya yang penuh dengan rasa bersalah. âNggak apa-apa ....â tanggapnya tak keberatan. âNanti kalau dicuci âkan jadi bersih lagi. TapiââKelvin sedikit menunduk untuk memeriksa Amaya, dari bibir atau ke bagian depan tubuhnya yang masih tertutup rapi di balik balutan piyama tidur yang dikenakannya.âTapi kamu baik-baik aja?â tanyanya kemudian. âCokelat panas tadi nggak ken
âAhhââ Suara itu lolos dari bibir Amaya setelah serangkaian pemanasan yang panjang. Saat dirinya dan Kelvin menjadi satu di bawah lampu kamar yang berpendar hangat. Kelvin yang mengganti lampunya tadi sebelum ia juga menanggalkan semua pakaiannya. Sangat mendebarkan saat Amaya mengambil oksigen dari ciuman mereka yang seolah tak akan berhenti di bibirnya. Ia membiarkan lidah mereka untuk bertemu hingga api yang sejak tadi hanya sebesar lilin itu membakar segalanya. âAhhââ Amaya kembali terjaga dari lamunan sesaatnya kala bibir Kelvin menyinggahi bahunya yang terbuka. Prianya ini tak pernah gagal membuatnya mabuk dengan sentuhan-sentuhan yang ia berikan. âKamu suka?â tanya Kelvin dengan terus bergerak di atas Amaya, ia terlihat sangat tampan sekalipun sebagian rambutnya telah basah oleh keringat. âK-kenapa tanyanya begitu sih?â tanya Amaya balik. Batinnya bergumam, âApa dia nggak bisa lihat akan seberapa berantakan aku kalau dia berhenti sekarang?â âCuma ingin mastiin kalau
Setelah akhir pekan dan ditambah oleh satu hari libur, pada akhirnya kesibukan di kampus telah kembali. Pagi ini, di rumah mereka sendiri, Amaya dengan kesadaran penuh bangun lebih awal, ia membuat sarapan untuknya dan Kelvinâanggap saja ini sebagai balasan karena kemarin penuh dengan âprincess treatment.ââJangan pedes-pedes kenapa?â tanya Kelvin saat ia menyuap ayam bumbu yang dibuat oleh Amaya saat akhirnya mereka duduk berseberangan di meja makan.âNggak masuk seleranya Mas Vin ya?â tanya Amaya balik.âMasuk, Sayang. Tapi ini kepedesan, buat pagi di mana perut kita belum terisi apapun, aku kurang setuju.ââK-kalau gitu simpan di kulkas aja nggak sih?â usul Amaya yang mendapat tanggapan dari Kelvin. âBoleh, yang masih ada di mangkuk masukin kulkas, kita cemilin nanti pulang dari kampus.âAmaya mengangguk, ia mengikuti Kelvin yang meneguk minuman dan memang harus ia akui rasanya memang pedas!âTapi terima kasih buat effort kamu,â kata Kelvin setelah ia menyuap ayam bumbu terakhir
"Udah masuk sendiri dia," celetuk Randy sementara mahasiswa lain yang melihat Caecil terperosok kepalanya di dalam tong sampah malah tertawa tanpa henti. "TOLONG!" seru Caecil sekali lagi. Kedua tangannya mengepak-ngepak seperti burung yang terbang sedang kepalanya bertopikan tong sampah. Amaya hampir mendekat, berniat untuk menolongnya karena tidak tega. Akan jadi buruk jika Caecil kehabisan oksigen dan tak bisa bernapas saat kepalanya terperangkap di dalam sana. Sekalipun yang ia lakukan itu adalah karena ulahnya sendiriâyang berkeinginan menyerang Alin tapi gagalâtapi mendengarnya meminta tolong membuat Amaya tergerak hatinya. Tapi, pada langkah pertamanya, ia terhenti sebab teman Caecil datang. Kedua gadis yang dikenal Amaya bernama Sarah dan Oliv itu lebih dulu menghampiri Caecil. Menariknya dan mengangkat tong sampah yang membuat kepalanya terjebak itu. Sampah-sampah yang kebetulannya adalah sampah basah berhamburan ke lantai saat tong tersebut terangkat sehingga memunculk
[MemutuskanâMenetapkan pemberhentian (Drop Out) mahasiswa atas nama Caecilia Harjono sebagaimana tercantum di dalam lampiran sebagai mahasiswa Universitas G....] Caecil membacanya hingga habis setelah ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Tangannya terasa kebas dan gemetar. Jika email ini sudah sampai kepadanya ... artinya surat fisiknya juga bisa saja telah sampai di rumah dan barangkali sudah dibaca oleh Adrian serta Belindaâkedua orang tuanya. âAkh!â Caecil menggeram kesal, matanya berair dan ia mengangkat wajahnya, pergi dari layar ponselnya yang menyala untuk menatap pada Sarah dan Oliv. âKita harus bales ini ke Amaya!â katanya menggebu-gebu. âBener apa yang aku bilang kalau Amaya itu kurang ajar, âkan? Selain ngadu ke Pak Kelvin, dia juga bikin aku di DO dari kampus.â Celotehannya justru membuat kedua bahu Sarah dan Oliv seketika jatuh. Kedua temannya itu secara kompak merotasikan bola mata mereka dengan enggan. âKalian nggak setuju?â tanya Caecil saat menjumpai ra
Amaya yakin kalimat Ziel yang mengatakan âtadinya mau nawarin bareng ke Amaya, tapi kayaknya nggak dulu dehâ yang tadi diucapkannya itu selain karena ingin mengatakan bahwa memang Randy yang akan pulang dengannya, pasti karena Ziel melihat Kelvin sudah ada di sana. Sehingga pemuda itu âlari tunggang-langgangâ. Tapi saat hal itu Ziel lakukan, hal yang seharusnya membuat Amaya aman, dirinya malah melontarkan pujian âkeren bangetâ pada Ziel yang bisa didengar oleh Kelvin. âSuami nggak tuh!â kata Alin seraya berpegangan tangan dengan Naira. Seolah saling menguatkan diri agar tak tiba-tiba berteriak semakin keras atau memeluk tiang listrik. âKamu mau pulang bareng aku nggak?â tanya Kelvin, masih dengan matannya yang tak berpaling dari Amaya. âAku-kamu nggak tuh,â imbuh Naira saat mendengar sebutan Kelvin untuk Amaya. âKatanya mau habisin makanan sebelum pergi ke rumahnya Mama? Jadi?â tanya Kelvin sekali lagi. Amaya bergeming. Benar-benar tak bisa menepis apapun sekarang! âJ-jadi,â
Amaya mendorong Kelvin dengan menggunakan kedua tangannya. Sepasang matanya membola menatap prianya itu yang malah tersenyum dengan tanpa dosanya padahal Amaya dilanda kepanikan.Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tak ada orang yang melihat apa yang mereka lakukan karena memang saat ini mereka ada di tempat umum."Mas Vin apaan sih ah!" tegur Amaya. "Kita di tempat umum loh, jangan main cium-cium begitu dong! Gimana kalau ada yang lihat coba?"Yang mendapat protes justru menoleh ke kiri dan ke kanan, menirukan saat Amaya melakukannya dengan sedikit panik tadi."Oh ya? Siapa?" tanyanya, persis seperti nada bicara Amaya barusan.Amaya yang kesal memukul dadanya, tangan kecilnya itu diraih oleh Kelvin yang menariknya agar mendekat sebelum ia menjawab dengan "Aku nggak menemukan siapapun di sekitar sini yang lihat aku cium kamu, Amaya," katanya. "Penjual lagi sibuk ngejualin orang, pohon sama tanaman sibuk menikmati hidup mereka yang tenang dan dibelai-belai angin, cuma Kelvin aj
'D-dia ngapain sih?' batin Amaya penuh dengan tanya. 'Dia beneran kesel sama aku yang ngomong kalau motornya Ziel keren kemarin? Astaga ... padahal yang aku puji tuh motor barunya, bukan orangnya. Ini model cemburu apa lagi, Kelvin?'Mata Amaya terpejam sesaat. Tak ada kata damai dalam hidupnya jika sikap agresif Kelvin sering kali tak tertebak.Hari ini dengan naik motor, lalu berhenti di hadapannya seolah ia sedang menunjukkan bahwa dirinya adalah suaminya Amaya.'Tadi bukannya dia ngantar kak Gafi ke chiropractor ya?' batinnya lagi. 'Jadi dia pulang dulu buat ngambil motornya terus ke kampus gitu?'Lagi pula kenapa Amaya tak sadar bahwa itu adalah motornya Kelvin?Ia hampir melihatnya setiap hari di garasi.Semua pikiran berkecamuk tanpa henti. Amaya sedikit tersentak saat mendengar Kelvin yang mengatakan, "Ayo."Kepala pria itu sekilas miring ke kiri, meminta Amaya untuk segera naik. Salah satu tangannya mengarah ke depan, menyerahkan helm pada Amaya yang bingung harus bagaimana
âMaaf, Mir,â ucap Rama sekali lagi. âBuat semua kesalahan yang aku lakukan, buat aku yang udah menghancurkan hidupmu dan bahkan berniat membuatmu menghilang.âMiranda tertunduk di tempat ia duduk. Ia meremas jari-jarinya yang ada di atas paha.Hening kembali menghampiri, senja di luar yag menggelap menuntun mereka untuk mengingat, menapaki kembali jalan suram yang pernah mereka ambil.âWaktu itu ...â Miranda akhirnya membuka suaranya. âWaktu kamu dorong aku dari lantai dua Amore, apa itu betulan karena kamu rencanakan?â tanyanya. âApa ... nggak seberharga itu aku buat kamu sekalipun hubungan yang sebelumnya kita lakukan itu salah?âRama tampak menggertakkan rahangnya, ia menggeleng sebelum menjawab Miranda. âNggak,â jawabnya. âAku nggak pernah rencanain itu, Mir. Nggak pernah ada niat sejak awal buat dorong kamu. Aku cuma ... tertekan waktu itu. Aku takut kalau Papaku bakal buang aku ke tempat yang jauh dari sini. Maaf ....âMiranda tersenyum tipis, ia lalu menggigit bibirnya untuk me
Niat hati ingin mengelabui, ternyata malah tertangkap basah!âSiang bolong begini, Vin?â goda Riana setelah Rajendra lebih dulu berdeham dan meninggalkan mereka berdua.âApa sih?â tanya Kelvin, ia menyapukan rambut hitamnya ke belakang saat Amaya menyenggol lengannya, isyarat agar Kelvin menjawab ibunya dengan sedikit lebih masuk akal. âNggak ngapa-ngapain juga. Benerin ikat pinggang emangnya salah? Habis dari kamar mandi tadi.ââOhâââLagian kalau ngapa-ngapain tuh juga kenapa, Mam? Sama istri sendiri juga. Kayak nggak pernah muda aja,â imbuhnya. âMama sama Papa dulu pasti juga seringâaaak!âKelvin berteriak saat Riana mencubit dadanya, ia tarik dan ia puntir. âMamâsakit, MamâââBerani kamu godain Mama hah?ââGodain gimana sih?â tanya Kelvin balik seraya mengusap dadanya. Ia terdorong menyingkir dari hadapan Riana setelah ibunya itu membuatnya hampir terjengkang.âMaaf ya, Sayang ....â kata Riana pada Amaya. Mendekat dan memeluknya. âMaklum di usianya yang udah kepala tiga si Kelvin
Amaya yang mendengar celotehan Arsen yang tengah berjalan di belakang punggungnya tak bisa menahan tawa.Entah kenapa mulut julid Arsen selalu menghibur. Kali ini ... si bapaknya yang tak lolos darinya.Carl Fredricksen ia bilang?Si kakek-kakek tua berambut putih yang ada di film UP.Arsen mengatakan begitu mungkin karena jalan Gafi yang terbungkuk dengan bantuan tongkat.Dan jika Amaya perhatikan lebih jauh, tongkatnya itu sebenarnya adalah gagang sapu yang entah ia dapatkan dari mana.Ditambah dengan dirinya yang bau minyak tawon, maka sempurnalah mulut julid Arsen saat me-roasting bapaknya."Ada apa?" tanya Serena yang berpapasan jalan dengan Amaya.Kakak iparnya itu terlihat baru saja datang karena masih membawa tas di tangannya."Itu, Kak Renaâ" Amaya sekilas menoleh ke belakang, pada Gafi yang dibantu berjalan oleh Kelvin sementara di depannya Arsen menjadi pemandu sorak. "AYO, PAPA! MAJU-MAJU!""Arsen bilang kalau Kak Gafi udah kayak kakek tua ubanan di film UP," lanjut Amaya
Amaya yakin kalimat Ziel yang mengatakan âtadinya mau nawarin bareng ke Amaya, tapi kayaknya nggak dulu dehâ yang tadi diucapkannya itu selain karena ingin mengatakan bahwa memang Randy yang akan pulang dengannya, pasti karena Ziel melihat Kelvin sudah ada di sana. Sehingga pemuda itu âlari tunggang-langgangâ. Tapi saat hal itu Ziel lakukan, hal yang seharusnya membuat Amaya aman, dirinya malah melontarkan pujian âkeren bangetâ pada Ziel yang bisa didengar oleh Kelvin. âSuami nggak tuh!â kata Alin seraya berpegangan tangan dengan Naira. Seolah saling menguatkan diri agar tak tiba-tiba berteriak semakin keras atau memeluk tiang listrik. âKamu mau pulang bareng aku nggak?â tanya Kelvin, masih dengan matannya yang tak berpaling dari Amaya. âAku-kamu nggak tuh,â imbuh Naira saat mendengar sebutan Kelvin untuk Amaya. âKatanya mau habisin makanan sebelum pergi ke rumahnya Mama? Jadi?â tanya Kelvin sekali lagi. Amaya bergeming. Benar-benar tak bisa menepis apapun sekarang! âJ-jadi,â
[MemutuskanâMenetapkan pemberhentian (Drop Out) mahasiswa atas nama Caecilia Harjono sebagaimana tercantum di dalam lampiran sebagai mahasiswa Universitas G....] Caecil membacanya hingga habis setelah ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Tangannya terasa kebas dan gemetar. Jika email ini sudah sampai kepadanya ... artinya surat fisiknya juga bisa saja telah sampai di rumah dan barangkali sudah dibaca oleh Adrian serta Belindaâkedua orang tuanya. âAkh!â Caecil menggeram kesal, matanya berair dan ia mengangkat wajahnya, pergi dari layar ponselnya yang menyala untuk menatap pada Sarah dan Oliv. âKita harus bales ini ke Amaya!â katanya menggebu-gebu. âBener apa yang aku bilang kalau Amaya itu kurang ajar, âkan? Selain ngadu ke Pak Kelvin, dia juga bikin aku di DO dari kampus.â Celotehannya justru membuat kedua bahu Sarah dan Oliv seketika jatuh. Kedua temannya itu secara kompak merotasikan bola mata mereka dengan enggan. âKalian nggak setuju?â tanya Caecil saat menjumpai ra
"Udah masuk sendiri dia," celetuk Randy sementara mahasiswa lain yang melihat Caecil terperosok kepalanya di dalam tong sampah malah tertawa tanpa henti. "TOLONG!" seru Caecil sekali lagi. Kedua tangannya mengepak-ngepak seperti burung yang terbang sedang kepalanya bertopikan tong sampah. Amaya hampir mendekat, berniat untuk menolongnya karena tidak tega. Akan jadi buruk jika Caecil kehabisan oksigen dan tak bisa bernapas saat kepalanya terperangkap di dalam sana. Sekalipun yang ia lakukan itu adalah karena ulahnya sendiriâyang berkeinginan menyerang Alin tapi gagalâtapi mendengarnya meminta tolong membuat Amaya tergerak hatinya. Tapi, pada langkah pertamanya, ia terhenti sebab teman Caecil datang. Kedua gadis yang dikenal Amaya bernama Sarah dan Oliv itu lebih dulu menghampiri Caecil. Menariknya dan mengangkat tong sampah yang membuat kepalanya terjebak itu. Sampah-sampah yang kebetulannya adalah sampah basah berhamburan ke lantai saat tong tersebut terangkat sehingga memunculk
Setelah akhir pekan dan ditambah oleh satu hari libur, pada akhirnya kesibukan di kampus telah kembali. Pagi ini, di rumah mereka sendiri, Amaya dengan kesadaran penuh bangun lebih awal, ia membuat sarapan untuknya dan Kelvinâanggap saja ini sebagai balasan karena kemarin penuh dengan âprincess treatment.ââJangan pedes-pedes kenapa?â tanya Kelvin saat ia menyuap ayam bumbu yang dibuat oleh Amaya saat akhirnya mereka duduk berseberangan di meja makan.âNggak masuk seleranya Mas Vin ya?â tanya Amaya balik.âMasuk, Sayang. Tapi ini kepedesan, buat pagi di mana perut kita belum terisi apapun, aku kurang setuju.ââK-kalau gitu simpan di kulkas aja nggak sih?â usul Amaya yang mendapat tanggapan dari Kelvin. âBoleh, yang masih ada di mangkuk masukin kulkas, kita cemilin nanti pulang dari kampus.âAmaya mengangguk, ia mengikuti Kelvin yang meneguk minuman dan memang harus ia akui rasanya memang pedas!âTapi terima kasih buat effort kamu,â kata Kelvin setelah ia menyuap ayam bumbu terakhir