"Kamu yakin acara pestanya di sini?” ujar Aily. Pertanyaan itu terlontar dari bibirnya saat ia memasuki gedung hotel bersama dua temannya. Kedua temannya itu juga sudah menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Aily.
"Iya, kamu ikut saja sama kita. Memangnya kamu mau dibicarakan oleh teman-teman yang lain kalau kamu tidak datang ke acaranya?" tanya Gea, salah satu temannya. "Betul, kamu gak bisa kalau gak datang!" timpal Bella ikut bersuara, sementara Aily kini hanya bisa terdiam di tempatnya dan merasa kebingungan.Sebenarnya, dia juga bingung kenapa harus tiba-tiba ikut dengan mereka berdua. Terlebih lagi Aily juga sudah didandani dengan secantik mungkin dengan mini dress merah yang dipinjamkan oleh Bella."Aily, ayo masuk," ajak Bella begitu mereka sudah membuka salah satu pintu kamar hotel yang nyaris berada di bagian paling atas gedung tersebut. Sebenarnya, Aily cukup ragu saat mereka malah membawanya ke salah satu pintu kamar tersebut, tapi dia hanya mencoba untuk percaya kepada dua temannya itu.Namun, saat dia melangkah masuk ke dalam sana, tiba-tiba saja Bella dan Gea menutup pintunya. "Gea! Bella! Apa yang kalian lakukan?! Buka pintunya!" teriak Aily, ia memukul kencang pintu itu berkali-kali. Tentu saja gadis itu sedang ketakutan sekarang, karena ia dikunci di dalam sebuah kamar hotel."Bella, aku mohon, buka pintunya!" Aily berteriak untuk yang kesekian kalinya, namun yang dilakukan dua temannya itu sekarang malah tertawa. Sebuah tawa yang begitu puas hingga terdengar di telinga Aily."Sudahlah, Aily. Kamu nikmati saja waktu kamu di dalam sana. Aku dan Gea hanya berniat memberikan kamu kesenangan, lagipula kamu juga lagi butuh uang bukan? Jadi layani saja pelanggan pertama kamu malam ini," ucap Bella yang berbicara di luar sana.Mendengar hal itu, Aily semakin ketakutan, apalagi saat tiba-tiba saja seseorang sudah berjalan di belakangnya. Hal tersebut membuat Aily lantas berbalik dan bersandar pada pintu tersebut."Oh, jadi kamu yang dikatakan Bella? Cantik juga, tidak sia-sia aku membayar mahal untuk malam ini," ucap pria tersebut. Tubuh Aily bergetar melihat laki-laki berumur 40 tahun di depannya, bahkan tangannya sudah meremat dressnya sendiri."S–siapa kamu?! Menjauh dariku!" tegas Aily pada pria tersebut. "Hei, kamu itu sudah aku bayar mahal. Sekarang kamu harus memuaskan aku di atas ranjang!" ujar laki-laki itu sambil tersenyum mesum.Aily menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak! Aku tidak akan menjual tubuhku. Pergi kamu!" tegas Aily sekali lagi. Namun, pria tersebut terus tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan oleh Aily, Seolah dia sama sekali tidak peduli dengan apapun yang dikatakan oleh gadis di hadapannya."Bella! Gea! Aku mohon buka pintunya sekarang. Aku mohon!" teriak Aily. Ia pun merasa tertekan meski telah menggedor pintu tersebut, tapi teman-temanya tidak memberikan respon apapun, bahkan Aily sama sekali tidak mendengar suara dua temannya lagi di luar sana."Berhenti berteriak manis. Kamu hanya akan membuat tenggorokan kamu sakit, jadi lebih baik kamu gunakan suaramu itu untuk mendesahkan namaku. Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh mungil kamu itu, Sayang," ujar pria itu sambil mendekat. Aily pun semakin gencar memukul pintu itu berkali-kali, bahkan ia juga sudah berteriak histeris sebelum pada akhirnya satu tangannya berhasil diraih pria tersebut, dan pria itu menariknya menjauh dari pintu dengan paksa."Lepaskan aku! Aku mohon, Tuan. Lepaskan aku. TOLONG!" teriak Aily. Apalagi saat pria itu berusaha mencium bibirnya, Aily pun terus memalingkan wajahnya dan menangis sekeras mungkin, bahkan dia juga terus berteriak berharap seseorang akan menolongnya.Plak!"Sialan! Berani sekali kamu melawan aku, padahal aku sudah membayarmu mahal!" ujar laki-laki itu dengan geram. Aily bisa merasakan pipinya memanas, tepat setelah pria itu menamparnya dengan cukup keras hingga meninggalkan bekas merah di sana."Sudah aku bilang aku tidak pernah menjual tubuhku! Aku bukan seorang jalang!" teriak Aily di hadapannya. Akan tetapi, yang dia dapatkan setelahnya hanyalah jambakan dari pria itu.Aily terus berusaha meloloskan diri dan mendorong tubuhnya, meskipun pada akhirnya usahanya gagal. Aily kini malah ditarik paksa dan dibaringkan ke atas ranjang yang ada di sana.Pria itu pun kembali menunjukan senyuman miringnya dan berkata, "Suka kekerasan, ya? Biar aku nikmati tubuh kecilmu ini dengan kekerasan, Gadis pembangkang!"Aily kembali menangis saat dia dipaksa, sebelum pada akhirnya pintu itu tiba-tiba saja terbuka. Ya, pintu itu terbuka di tengah keputusasaan yang dirasakan Aily bersamaan dengan ketakutan terdalamnya."Menyingkir darinya," ujar seseorang yang kini telah berdiri di depan sana sembari melangkahkan kakinya mendekat. Aily memanfaatkan kelengahan pria yang berada di atas tubuhnya, ia mendorong tubuh itu dengan kuat dan berlari menuju pria dengan leather jaket hitam yang baru saja masuk ke dalam kamar tersebut."Tolong aku, dia berusaha memperkosaku," mohon Aily dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya. "Siapa kamu?!" tanya pria itu pada pria muda yang ada di dekat Aily sekarang.Pria muda yang sekarang sudah menjadi tameng untuk tubuh Aily pun menyunggingkan senyuman miringnya. Dengan satu alis yang sudah terangkat, ia pun berkata, "Leo Divankara. Kurasa kamu pasti tahu siapa saya."Pria di depan mereka itu membelalak tak percaya. Sudah dapat dipastikan kalau dia memang mengenal Leo. "T–tuan Leo? Kenapa kamu—" ujarnya dengan terbata-bata.Leo tertawa kecil dan berkata, "Apa yang kamu lakukan ini benar-benar membuat saya muak. Berani-beraninya memperkosa seorang wanita di tempatku!""Tidak, Tuan. Dengarkan penjelasan. Aku hanya—" ujar pria tua tersebut. "Bicara saja dengan orangku. Saya malas menghadapi orang seperti kamu di sini," potong Leo sambil berbalik dan menarik salah satu tangan Aily dengan lembut saat berkata,"Ayo, biar saya bawa kamu pergi dari sini."Aily mengangguk, ia pun dapat bernafas dengan lega saat menatap tangannya yang sudah berada di dalam genggaman tangan Leo. Hal ini membuatnya tersenyum lega dengan mata yang berbinar. Aily benar-benar bersyukur saat dia telah diberikan penolong seperti ini, karena siapa pun Leo, Aily benar-benar akan sangat berterima kasih padanya."Terima kasih… Terima kasih sudah menyelamatkan aku," ucap Aily saat mereka sudah keluar dan sedikit menjauh dari kamar tersebut. Leo menghentikan langkah kakinya, ia berbalik menatap Aily dan melepaskan tangannya dari gadis itu saat bertanya, "Apa kamu seorang wanita malam?"Aily menggeleng dengan cepat dan berkata, "Tidak. Aku sama sekali bukan wanita seperti itu. Aku bahkan adalah seorang mahasiswi. Aku juga tidak pernah—""Siapa nama kamu?" potong Leo dengan pertanyaannya, saat dia juga telah menatap Aily dengan penasaran. "Aily," ujarnya dengan pelan.Leo mengangguk paham. "Apa kamu sangat berterima kasih pada saya sekarang?"Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, Aily pada akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia pun berkata, "T–tentu saja! Kamu menyelamatkan aku, Tuan. Terima kasih. Aku akan membalas kebaikanmu ini dan—""Kalau begitu, bisakah kamu ikut saya untuk bertemu orangtua saya? Saya akan memperkenalkan kamu pada mereka sebagai calon istri saya. Lakukan itu kalau kamu memang merasa sangat berterima kasih pada saya," ujar Leo dengan tegas,"Bagaimana? Saya kenal pria yang ada di dalam kamar dengan kamu tadi, dan saya tahu kalau dia akan mengejar kamu lagi. Jadi, saran saya kamu lebih baik menuruti apa yang saya minta ini. Maka, dia tidak akan berani lagi mengganggu kamu," ucap Leo yang sudah kembali menatap Aily dengan satu alisnya yang terangkat.Aily menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, tangannya sudah kembali meremat dress yang ia kenakan malam ini. Ia juga telah menatap Leo dengan berusaha mencari jawaban apa yang dapat ia berikan padanya."Hanya diperkenalkan saja, Aily. Ini bukan seperti saya akan benar-benar menikahi kamu. Saya juga tidak gila untuk menikahi gadis seperti kamu. Di kota ini masih banyak wanita dewasa yang bisa bersanding dengan saya," tambah Leo yang melihat kebingungan Aily.Leo sendiri berusaha meyakinkan Aily di sana. Dimana ia juga berusaha menjelaskan kalau ia hanya membutuhkan bantuan Aily untuk malam ini saja. "Lalu, kenapa tidak wanita lain saja? Bukan aku," ucap Aily yang akhirnya
Aily melangkahkan kakinya dengan cepat, demi menyamakan langkahnya dengan pria tinggi yang sudah berjalan di depannya. Sungguh, Aily benar-benar ingin menarik kerah kemeja pria itu saat ini juga dan membuat pria itu terjatuh. Sayangnya, Aily sadar diri kalau tenaganya tidak sebesar itu. Tubuh kecilnya tidak mungkin bisa menarik tubuh Leo yang cukup kekar."Hey! Tunggu, aku mau bicara!" seru Aily saat dia terus mengejar Leo saat langkah lebar lelaki itu tidak dapat ia capai. Membuat ia kini hanya bisa merasakan lelah. Sampai pada akhirnya, Leo telah berbalik dan menghentikan langkahnya, menatap Aily yang segera mengambil kesempatan untuk mendekat ke arahnya."Apa? Mau bicara apa memangnya?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.Sementara Aily sudah melipat kedua tangannya di depan dada begitu ia sudah berhadapan dengan pria itu. "Maksudnya bagaimana? Kenapa jadi pernikahan? Bukannya kita sepakat untuk berpura-pura menjadi pacar saja? Kenapa malah jadi harus menikah?!" tanya A
Hari yang telah berlalu membawa Aily ke dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Dimana dengan gaun pernikahan yang telah dia gunakan, Aily telah ditetapkan sebagai istri dari seorang pria yang baru dia temui dua minggu lalu. Membuat mereka berdua pada akhrinya telah sah menjadi sepasang suami istri di tengah pesta pernikahan sederhana yang baru saja usai."Jadi, malam ini setidaknya kalian tidur di sini kan?" tanya Mama dari Leo yang kini sudah berdiri di hadapan Leo dan juga Aily.Belum sempat Aily menjawab pertanyaan itu, Leo justru lebih cepat menganggukkan kepalanya sebagi sebuah jawaban untuk Ibunya sendiri."Ya, aku dan Aily akan tidur di sini malam ini sebelum akhirnya besok pindah ke apartemen baru kita," jawab Leo menjelaskan."Kalau begitu, masuklah ke kamar. Kalian pasti perlu beristirahat setelah melewati hari yang panjang," ucap Mama Leo lagi pada keduanya.Dimana hal itu membuat Leo menyunggingkan senyumnya di sana. Senyuman yang mampu membuat Aily jadi b
Menatap wajah Aily dengan lekat, Leo merasakan deru nafasnya sendiri telah memburu. Ia benar-benar menginginkan Aily sekarang. Apalagi, saat bibir tipis Aily yang terbuka itu terlihat begitu menggodanya."Aku bisa memakai kontrasepsi atau mengeluarkannya di luar kalau kamu memang takut hamil. Ada cara agar kamu tidak hamil, Aily," ucap Leo berusaha meyakinkan Aily dengan segala cara yang mungkin bisa mereka gunakan saat melakukannya.Namun, Aily masih tetap menggelengkan kepalanya. Dengan kepala yang kembali tertunduk, ia masih tidak ingin kalau hal seperti ini dilanjutkan. Ia masih benar-benar tidak siap dengan hal seperti ini.Pun begitu, Leo juga tidak mungkin memaksanya. Pria itu kini lebih memilih untuk mundur dan menjauh dari Aily. Lelaki itu memilih untuk melepaskan gadis tersebut. "Maaf membuat kamu takut," ucap Leo pada akhirnya.Ya, dia masih memiliki rasa bersalah saat dia sadar kalau apa yang dia lakukan sempat membuat Aily takut. Sementara Aily kini lebih memilih mengang
Menatap wajah Aily dengan lekat, Leo merasakan deru nafasnya sendiri telah memburu. Ia benar-benar menginginkan Aily sekarang. Apalagi, saat bibir tipis Aily yang terbuka itu terlihat begitu menggodanya."Aku bisa memakai kontrasepsi atau mengeluarkannya di luar kalau kamu memang takut hamil. Ada cara agar kamu tidak hamil, Aily," ucap Leo berusaha meyakinkan Aily dengan segala cara yang mungkin bisa mereka gunakan saat melakukannya.Namun, Aily masih tetap menggelengkan kepalanya. Dengan kepala yang kembali tertunduk, ia masih tidak ingin kalau hal seperti ini dilanjutkan. Ia masih benar-benar tidak siap dengan hal seperti ini.Pun begitu, Leo juga tidak mungkin memaksanya. Pria itu kini lebih memilih untuk mundur dan menjauh dari Aily. Lelaki itu memilih untuk melepaskan gadis tersebut. "Maaf membuat kamu takut," ucap Leo pada akhirnya.Ya, dia masih memiliki rasa bersalah saat dia sadar kalau apa yang dia lakukan sempat membuat Aily takut. Sementara Aily kini lebih memilih mengang
Hari yang telah berlalu membawa Aily ke dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Dimana dengan gaun pernikahan yang telah dia gunakan, Aily telah ditetapkan sebagai istri dari seorang pria yang baru dia temui dua minggu lalu. Membuat mereka berdua pada akhrinya telah sah menjadi sepasang suami istri di tengah pesta pernikahan sederhana yang baru saja usai."Jadi, malam ini setidaknya kalian tidur di sini kan?" tanya Mama dari Leo yang kini sudah berdiri di hadapan Leo dan juga Aily.Belum sempat Aily menjawab pertanyaan itu, Leo justru lebih cepat menganggukkan kepalanya sebagi sebuah jawaban untuk Ibunya sendiri."Ya, aku dan Aily akan tidur di sini malam ini sebelum akhirnya besok pindah ke apartemen baru kita," jawab Leo menjelaskan."Kalau begitu, masuklah ke kamar. Kalian pasti perlu beristirahat setelah melewati hari yang panjang," ucap Mama Leo lagi pada keduanya.Dimana hal itu membuat Leo menyunggingkan senyumnya di sana. Senyuman yang mampu membuat Aily jadi b
Aily melangkahkan kakinya dengan cepat, demi menyamakan langkahnya dengan pria tinggi yang sudah berjalan di depannya. Sungguh, Aily benar-benar ingin menarik kerah kemeja pria itu saat ini juga dan membuat pria itu terjatuh. Sayangnya, Aily sadar diri kalau tenaganya tidak sebesar itu. Tubuh kecilnya tidak mungkin bisa menarik tubuh Leo yang cukup kekar."Hey! Tunggu, aku mau bicara!" seru Aily saat dia terus mengejar Leo saat langkah lebar lelaki itu tidak dapat ia capai. Membuat ia kini hanya bisa merasakan lelah. Sampai pada akhirnya, Leo telah berbalik dan menghentikan langkahnya, menatap Aily yang segera mengambil kesempatan untuk mendekat ke arahnya."Apa? Mau bicara apa memangnya?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.Sementara Aily sudah melipat kedua tangannya di depan dada begitu ia sudah berhadapan dengan pria itu. "Maksudnya bagaimana? Kenapa jadi pernikahan? Bukannya kita sepakat untuk berpura-pura menjadi pacar saja? Kenapa malah jadi harus menikah?!" tanya A
"Bagaimana? Saya kenal pria yang ada di dalam kamar dengan kamu tadi, dan saya tahu kalau dia akan mengejar kamu lagi. Jadi, saran saya kamu lebih baik menuruti apa yang saya minta ini. Maka, dia tidak akan berani lagi mengganggu kamu," ucap Leo yang sudah kembali menatap Aily dengan satu alisnya yang terangkat.Aily menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, tangannya sudah kembali meremat dress yang ia kenakan malam ini. Ia juga telah menatap Leo dengan berusaha mencari jawaban apa yang dapat ia berikan padanya."Hanya diperkenalkan saja, Aily. Ini bukan seperti saya akan benar-benar menikahi kamu. Saya juga tidak gila untuk menikahi gadis seperti kamu. Di kota ini masih banyak wanita dewasa yang bisa bersanding dengan saya," tambah Leo yang melihat kebingungan Aily.Leo sendiri berusaha meyakinkan Aily di sana. Dimana ia juga berusaha menjelaskan kalau ia hanya membutuhkan bantuan Aily untuk malam ini saja. "Lalu, kenapa tidak wanita lain saja? Bukan aku," ucap Aily yang akhirnya
"Kamu yakin acara pestanya di sini?” ujar Aily. Pertanyaan itu terlontar dari bibirnya saat ia memasuki gedung hotel bersama dua temannya. Kedua temannya itu juga sudah menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Aily."Iya, kamu ikut saja sama kita. Memangnya kamu mau dibicarakan oleh teman-teman yang lain kalau kamu tidak datang ke acaranya?" tanya Gea, salah satu temannya. "Betul, kamu gak bisa kalau gak datang!" timpal Bella ikut bersuara, sementara Aily kini hanya bisa terdiam di tempatnya dan merasa kebingungan.Sebenarnya, dia juga bingung kenapa harus tiba-tiba ikut dengan mereka berdua. Terlebih lagi Aily juga sudah didandani dengan secantik mungkin dengan mini dress merah yang dipinjamkan oleh Bella."Aily, ayo masuk," ajak Bella begitu mereka sudah membuka salah satu pintu kamar hotel yang nyaris berada di bagian paling atas gedung tersebut. Sebenarnya, Aily cukup ragu saat mereka malah membawanya ke salah satu pintu kamar tersebut, tapi dia hanya men