Aily melangkahkan kakinya dengan cepat, demi menyamakan langkahnya dengan pria tinggi yang sudah berjalan di depannya. Sungguh, Aily benar-benar ingin menarik kerah kemeja pria itu saat ini juga dan membuat pria itu terjatuh. Sayangnya, Aily sadar diri kalau tenaganya tidak sebesar itu. Tubuh kecilnya tidak mungkin bisa menarik tubuh Leo yang cukup kekar."Hey! Tunggu, aku mau bicara!" seru Aily saat dia terus mengejar Leo saat langkah lebar lelaki itu tidak dapat ia capai. Membuat ia kini hanya bisa merasakan lelah. Sampai pada akhirnya, Leo telah berbalik dan menghentikan langkahnya, menatap Aily yang segera mengambil kesempatan untuk mendekat ke arahnya."Apa? Mau bicara apa memangnya?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.Sementara Aily sudah melipat kedua tangannya di depan dada begitu ia sudah berhadapan dengan pria itu. "Maksudnya bagaimana? Kenapa jadi pernikahan? Bukannya kita sepakat untuk berpura-pura menjadi pacar saja? Kenapa malah jadi harus menikah?!" tanya A
Hari yang telah berlalu membawa Aily ke dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Dimana dengan gaun pernikahan yang telah dia gunakan, Aily telah ditetapkan sebagai istri dari seorang pria yang baru dia temui dua minggu lalu. Membuat mereka berdua pada akhrinya telah sah menjadi sepasang suami istri di tengah pesta pernikahan sederhana yang baru saja usai."Jadi, malam ini setidaknya kalian tidur di sini kan?" tanya Mama dari Leo yang kini sudah berdiri di hadapan Leo dan juga Aily.Belum sempat Aily menjawab pertanyaan itu, Leo justru lebih cepat menganggukkan kepalanya sebagi sebuah jawaban untuk Ibunya sendiri."Ya, aku dan Aily akan tidur di sini malam ini sebelum akhirnya besok pindah ke apartemen baru kita," jawab Leo menjelaskan."Kalau begitu, masuklah ke kamar. Kalian pasti perlu beristirahat setelah melewati hari yang panjang," ucap Mama Leo lagi pada keduanya.Dimana hal itu membuat Leo menyunggingkan senyumnya di sana. Senyuman yang mampu membuat Aily jadi b
Menatap wajah Aily dengan lekat, Leo merasakan deru nafasnya sendiri telah memburu. Ia benar-benar menginginkan Aily sekarang. Apalagi, saat bibir tipis Aily yang terbuka itu terlihat begitu menggodanya."Aku bisa memakai kontrasepsi atau mengeluarkannya di luar kalau kamu memang takut hamil. Ada cara agar kamu tidak hamil, Aily," ucap Leo berusaha meyakinkan Aily dengan segala cara yang mungkin bisa mereka gunakan saat melakukannya.Namun, Aily masih tetap menggelengkan kepalanya. Dengan kepala yang kembali tertunduk, ia masih tidak ingin kalau hal seperti ini dilanjutkan. Ia masih benar-benar tidak siap dengan hal seperti ini.Pun begitu, Leo juga tidak mungkin memaksanya. Pria itu kini lebih memilih untuk mundur dan menjauh dari Aily. Lelaki itu memilih untuk melepaskan gadis tersebut. "Maaf membuat kamu takut," ucap Leo pada akhirnya.Ya, dia masih memiliki rasa bersalah saat dia sadar kalau apa yang dia lakukan sempat membuat Aily takut. Sementara Aily kini lebih memilih mengang
"Kamu yakin acara pestanya di sini?” ujar Aily. Pertanyaan itu terlontar dari bibirnya saat ia memasuki gedung hotel bersama dua temannya. Kedua temannya itu juga sudah menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Aily."Iya, kamu ikut saja sama kita. Memangnya kamu mau dibicarakan oleh teman-teman yang lain kalau kamu tidak datang ke acaranya?" tanya Gea, salah satu temannya. "Betul, kamu gak bisa kalau gak datang!" timpal Bella ikut bersuara, sementara Aily kini hanya bisa terdiam di tempatnya dan merasa kebingungan.Sebenarnya, dia juga bingung kenapa harus tiba-tiba ikut dengan mereka berdua. Terlebih lagi Aily juga sudah didandani dengan secantik mungkin dengan mini dress merah yang dipinjamkan oleh Bella."Aily, ayo masuk," ajak Bella begitu mereka sudah membuka salah satu pintu kamar hotel yang nyaris berada di bagian paling atas gedung tersebut. Sebenarnya, Aily cukup ragu saat mereka malah membawanya ke salah satu pintu kamar tersebut, tapi dia hanya men
Menatap wajah Aily dengan lekat, Leo merasakan deru nafasnya sendiri telah memburu. Ia benar-benar menginginkan Aily sekarang. Apalagi, saat bibir tipis Aily yang terbuka itu terlihat begitu menggodanya."Aku bisa memakai kontrasepsi atau mengeluarkannya di luar kalau kamu memang takut hamil. Ada cara agar kamu tidak hamil, Aily," ucap Leo berusaha meyakinkan Aily dengan segala cara yang mungkin bisa mereka gunakan saat melakukannya.Namun, Aily masih tetap menggelengkan kepalanya. Dengan kepala yang kembali tertunduk, ia masih tidak ingin kalau hal seperti ini dilanjutkan. Ia masih benar-benar tidak siap dengan hal seperti ini.Pun begitu, Leo juga tidak mungkin memaksanya. Pria itu kini lebih memilih untuk mundur dan menjauh dari Aily. Lelaki itu memilih untuk melepaskan gadis tersebut. "Maaf membuat kamu takut," ucap Leo pada akhirnya.Ya, dia masih memiliki rasa bersalah saat dia sadar kalau apa yang dia lakukan sempat membuat Aily takut. Sementara Aily kini lebih memilih mengang
Hari yang telah berlalu membawa Aily ke dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Dimana dengan gaun pernikahan yang telah dia gunakan, Aily telah ditetapkan sebagai istri dari seorang pria yang baru dia temui dua minggu lalu. Membuat mereka berdua pada akhrinya telah sah menjadi sepasang suami istri di tengah pesta pernikahan sederhana yang baru saja usai."Jadi, malam ini setidaknya kalian tidur di sini kan?" tanya Mama dari Leo yang kini sudah berdiri di hadapan Leo dan juga Aily.Belum sempat Aily menjawab pertanyaan itu, Leo justru lebih cepat menganggukkan kepalanya sebagi sebuah jawaban untuk Ibunya sendiri."Ya, aku dan Aily akan tidur di sini malam ini sebelum akhirnya besok pindah ke apartemen baru kita," jawab Leo menjelaskan."Kalau begitu, masuklah ke kamar. Kalian pasti perlu beristirahat setelah melewati hari yang panjang," ucap Mama Leo lagi pada keduanya.Dimana hal itu membuat Leo menyunggingkan senyumnya di sana. Senyuman yang mampu membuat Aily jadi b
Aily melangkahkan kakinya dengan cepat, demi menyamakan langkahnya dengan pria tinggi yang sudah berjalan di depannya. Sungguh, Aily benar-benar ingin menarik kerah kemeja pria itu saat ini juga dan membuat pria itu terjatuh. Sayangnya, Aily sadar diri kalau tenaganya tidak sebesar itu. Tubuh kecilnya tidak mungkin bisa menarik tubuh Leo yang cukup kekar."Hey! Tunggu, aku mau bicara!" seru Aily saat dia terus mengejar Leo saat langkah lebar lelaki itu tidak dapat ia capai. Membuat ia kini hanya bisa merasakan lelah. Sampai pada akhirnya, Leo telah berbalik dan menghentikan langkahnya, menatap Aily yang segera mengambil kesempatan untuk mendekat ke arahnya."Apa? Mau bicara apa memangnya?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.Sementara Aily sudah melipat kedua tangannya di depan dada begitu ia sudah berhadapan dengan pria itu. "Maksudnya bagaimana? Kenapa jadi pernikahan? Bukannya kita sepakat untuk berpura-pura menjadi pacar saja? Kenapa malah jadi harus menikah?!" tanya A
"Bagaimana? Saya kenal pria yang ada di dalam kamar dengan kamu tadi, dan saya tahu kalau dia akan mengejar kamu lagi. Jadi, saran saya kamu lebih baik menuruti apa yang saya minta ini. Maka, dia tidak akan berani lagi mengganggu kamu," ucap Leo yang sudah kembali menatap Aily dengan satu alisnya yang terangkat.Aily menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, tangannya sudah kembali meremat dress yang ia kenakan malam ini. Ia juga telah menatap Leo dengan berusaha mencari jawaban apa yang dapat ia berikan padanya."Hanya diperkenalkan saja, Aily. Ini bukan seperti saya akan benar-benar menikahi kamu. Saya juga tidak gila untuk menikahi gadis seperti kamu. Di kota ini masih banyak wanita dewasa yang bisa bersanding dengan saya," tambah Leo yang melihat kebingungan Aily.Leo sendiri berusaha meyakinkan Aily di sana. Dimana ia juga berusaha menjelaskan kalau ia hanya membutuhkan bantuan Aily untuk malam ini saja. "Lalu, kenapa tidak wanita lain saja? Bukan aku," ucap Aily yang akhirnya
"Kamu yakin acara pestanya di sini?” ujar Aily. Pertanyaan itu terlontar dari bibirnya saat ia memasuki gedung hotel bersama dua temannya. Kedua temannya itu juga sudah menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Aily."Iya, kamu ikut saja sama kita. Memangnya kamu mau dibicarakan oleh teman-teman yang lain kalau kamu tidak datang ke acaranya?" tanya Gea, salah satu temannya. "Betul, kamu gak bisa kalau gak datang!" timpal Bella ikut bersuara, sementara Aily kini hanya bisa terdiam di tempatnya dan merasa kebingungan.Sebenarnya, dia juga bingung kenapa harus tiba-tiba ikut dengan mereka berdua. Terlebih lagi Aily juga sudah didandani dengan secantik mungkin dengan mini dress merah yang dipinjamkan oleh Bella."Aily, ayo masuk," ajak Bella begitu mereka sudah membuka salah satu pintu kamar hotel yang nyaris berada di bagian paling atas gedung tersebut. Sebenarnya, Aily cukup ragu saat mereka malah membawanya ke salah satu pintu kamar tersebut, tapi dia hanya men