Cahaya matahari menyusup masuk dari celah tirai jendela yang sedikit terbuka, membangunkan Liana dari alam mimpinya. Wanita itu membuka mata perlahan, merasakan kepala yang masih agak berat sembari meraba-raba sekeliling.
“Ini … apa ini?” Tangan Liana terasa menyentuh sesuatu yang aneh dan hangat, membuatnya perlahan menoleh ke samping dan menemukan kehadiran seorang pria yang masih tertidur tepat di sampingnya. Dengan tubuh bagian atas si pria yang tidak tertutup sehalai benang pun.“Oh Tuhan!“ Liana terduduk dan spontan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Di menghela nafa lega saat melihat tubuhnya masih memakai pakaian lengkap.“Syukurlah! Tapi apa yang sudah terjadi semalam?" Liana mencoba mengumpulkan ingatan tentang kejadian malam sebelumnya. Perlahan dia menyadari kalau semalam ia mabuk dan Pavel lah yang mengantarnya pulang, bersamaan dengan momen-momen lain yang mulai muncul dibenaknya seperti sebuah puzel.“Tunggu, apa semalam aku menciumnya?“ Liana bertanya pada diri sendiri dengan kaget, tidak menyangka kalau dirinya bisa senakal itu ketika mabuk. Sekarang bagaimana dia harus menghadapi pria itu? Haruskah dia meminta maaf, atau dia pura-pura lupa saja.“Baiklah Liana tenang! Itu hanya ketidak sengajaan saat kamu mabuk. Jadi tidak apa-apa, oke!“ Liana berusaha untuk menenangkan diri sendiri agar tidak terlalu khawatir. “Tapi, itu adalah ciuman pertamaku,” imbuhnya, mulai merasa frustasi.“Saat mabuk, kamu benar-benar seperti seorang wanita nakal, Liana!“ Dia mengacak rambutnya kasar. Namun, dia harus tetap sadar kalau semua itu sudah terlanjur terjadi, sekarang yang harus dia pikirkan adalah apa yang akan dilakukan selanjutnya.Dengan hati-hati Liana menggeser tubuhnya, berusaha agar tidak membangunkan Pavel. Dia ingin keluar dari kamar sebentar untuk memikirkan semuanya.Namun, setelah beberapa saat Liana berusaha bangkit, Pavel mulai membuka mata dan menatap si wanita dengan tatapan yang penuh tanda tanya. “Kamu sudah bangun?“ Pavel mendudukan diri.Liana sedikit tersentak, mencoba tersenyum sebaik mungkin, “Iya, aku baru saja bangun. Maaf jika aku membangunkanmu. Oh iya! terima kasih banyak atas bantuannya, Pavel. Aku sungguh minta maaf kalau aku banyak merepotkanmu semalam.”“Jadi kamu ingat dengan semua kelakuanmu?“ Pavel memicingkan matanya, memastikan apa wanita itu ingat dengan semuanya atau tidak.Liana menggeleng pelan. “Entahlah, aku sendiri tidak terlalu yakin, karena yang ku ingat hanya kejadian samar. Eum, Pavel … kalau boleh tau memangnya apa saja yang sudah kulakukan semalam?“Pavel merenggangkan bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya menghela nafas. "Yah, setelah aku meninggalkan kamar, kamu tiba-tiba bangun dan keluar dari kamar. Saat aku mencoba membawamu kembali ke dalam, kamu terus merengek dan memelukku, tapi—"Liana memotong tak sabar. "Tapi? Apa yang terjadi setelah itu?“Pavel memandang Liana dengan sedikit kesal, "Setelah itu, kamu memuntahkan isi perutmu di kemejaku. Dan saat aku ingin pergi untuk membersihkannya kamu menahanku dan tidak mau melepaskanku. Hingga akhirya, aku hanya bisa melepasnya di sini dan berakhir dengan tidur di tempat yang sama denganmu tanpa mengenakan baju."Liana membulatkan mata, kedua telapak tangannya menutup mulutnya sendiri. “Maaf, Pavel, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud—"“Sudahlah, aku tidak marah dengan itu. Aku mengerti, jadi lupakan saja,” ucap Pavel, seolah sedang menangkan Liana, namun dengan ekspresinya yang datar.Liana begitu merasa menyesal. Kalau tau akan seperti itu, dia pasti tidak akan meminum minuman seperti semalam. Yang diingatnya dengan samar saja sudah cukup memalukan, sekarang di tambah dengan apa yang diceritakan Pavel, membuatnya semakin merasa malu. "Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tau kalau semalam bisa seburuk itu."“Sudah ku bilang lupakan saja. Aku tidak akan mempermasalahkannya,” ucap Pavel dengan acuh tak acuh.“Terima kasih, Pavel. Tapi, bisakah aku meminta pertolonganmu yang lain?“ tanya Liana.Pavel memandang Liana dengan heran. “Apa?““Bisakah kamu menjadi pacar pura-puraku untuk sehari ini saja?“ Liana mengantupkan tangannya untuk memohon pada Pavel, berharap pria itu mau membantunya.“Jadi kamu memintaku menjadi pacarmu semalam adalah untuk pacar pura-pura saja?“Liana mengangguk dengan cepat. “Iya, begitu. Apa kamu mengira aku benar-benar memintamu untuk menjadi pacarku?““Tidak juga. Hanya tidak menyangka bahwa aku akan mendapatkan tawaran seperti ini, tapi kenapa kamu butuh pacar pura-pura?" tanya Pavel, penasaran dengan alasan dibalik permintaan Liana, karena dari semalam wanita itu terus saja mengatakannya.Liana mengehela nafas, sebelum menjelaskan. “Karena orang tuaku ingin menikahkanku dengan pria pilihan mereka. Dan karena tidak mau, aku terpaksa mengatakan kalau aku sudah memiliki pacar.“Pavel menggumam, "Apa yang salah dengan itu? Bukankah bagus?""Apanya yang bagus. Itu sama sekali tidak bagus, karena aku belum mau untuk menikah," ungkap Liana.“Kalau belum siap untuk menikah, tinggal katakan saja pada mereka yang sejujurnya.“ Pavel berbicara dengan ekspresi datarnya.“Itu sudah kulakakukan, tapi apa kamu tau apa yang terjadi setelah aku mengatakannnya?“Pavel mengangkat kedua bahunya dengan acuh tak acuh. “Tidak.“Liana menghembuskan nafas dalam, sebelum memberi penjelasan kepada pria tampan di sampingnya. “Mereka, justru semakin menginginkanku untuk segera menikah. Kata mereka, jika dibiarkan mungkin aku tidak akan pernah menikah dan itu membuat mereka khawatir dengan masa depanku.“Mendengar penjelasan Liana, membuat sebelah sudut bibir Pavel sedikit terangkat, seperti ingin menertawakan tapi ditahannya. “Walau begitu, kamu tetap tidak bisa meminta sembarang pria yang baru kamu kenal untuk menjadi pacarmu.““Tapi, kamu bukanlah sembarang pria,” tutur Liana, dengan menatap serius Pavel. “Kamu memiliki nama yang sama dengan pria yang aku karang sebagai pacarku pagi tadi. Kamu adalah Pavel,” lanjutnya.“Hah?“ Pavel memandang Liana dengan mata terkedip-kedip, berusaha mencerna informasi yang baru saja dituturkan Liana.“Kebetulan sekali, nama pacar yang ku sebutkan kepada orang tuaku sama dengan namamu, yaitu Pavel.“Pavel menatap Liana dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. "Jadi, kamu ingin menjadikanku bagian dari cerita palsumu hanya karena namaku?“Liana mengangguk sambil menahan kepalanya yang semakin pusing. "Iya. Jadi apa kamu mau untuk menjadi pacar pura-puraku? Aku ingin meyakinkan orang tuaku untuk tidak menikahkanku.“Pavel terdiam sejenak, seperti sedang memikirkannya lebih dulu. “Kenapa kamu membuat situasinya menjadi rumit? Padahal kamu bisa saja memilih untuk setuju menikah dengan pria pilihan orang tuamu dan ajaklah dia untuk menikah kontrak denganmu.““Hanya cara ini yang bisa aku pikirkan saat itu, lagi pula aku memang tidak memiliki niat untuk menikah walau hanya pernikahan kontrak saja,” ucap Liana, mengutarakan apa yang dipikirkannya. “Tolonglah, Pavel. Ini bukan hanya masalah pernikahan. Ini tentang kebebasanku, tentang hidupku. Aku butuh bantuanmu, jadilah pacar pura-puraku, ya?““Keuntungan apa yang akan aku dapatkan dari menjadi pacar pura-puramu?“Dengan sorot mata penuh harap, Liana mencoba mencari kata yang tepat untuk meyakinkan si pira agar mau menjadi pacar pura-puranya. "Aku belum tau keuntungan apa yang akan kamu dapatkan, tapi aku berjanji akan mencari cara untuk membalas bantuanmu. Aku akan mengabulkan satu permintaan yang kamu inginkan, apapun itu akan aku usahakan. Aku hanya butuh bantuanmu untuk meyakinkan orang tuaku bahwa aku tidak perlu segera menikah."Pavel tertawa garing mendengarnya, seperti sedang mengejek wanita yang berdiri dihadapannya itu. “Apa kamu yakin? Kita baru saja bertemu, kamu tidak tau siapa aku sebenarnya dan apa pekerjaanku. Tapi, kamu sudah menawarkan hal- hal seperti itu.“Liana mengangguk dengan pasti. “Ya aku yakin.“Memang benar bahwa Liana belum mengenal Pavel dengan baik, tapi situasinya saat ini tidak memungkinkan untuk mengenali siapapun dengan lebih baik bukan? Jadi dia harus tetap yakin dengan keputusannya, toh semua ini hanya sandiwara saja. Dan mungkin hanya akan berlangsung dihari ini, karena setelah dia bebas dari pernikahan yang diatur orang tuanya, semua akan selesai.Liana pikir, tidak mengenal dengan detail siapa pria yang akan dia jadikan pacar pura-pura tidak akan menjadi masalah.Sementara Pavel terlihat ragu. Dia menyipitkan mata, menatap Liana dengan seksama. “Setidaknya kamu harus tau nama lengkapku dan pekerjaanku, agar kamu bisa meyakinkan orang tuamu. Bukankah serharusnya begitu?“Liana terdiam sejenak. “Benar juga apa yang kamu katakan,” gumamnya. “Jadi siapa nama panjangmu dan apa pekerjaanmu?““Pavel Romanov. Aku bekerja sebagai Customer Service di sebuah hotel di kota ini,” jelas Pavel, menatap Liana penuh selidik.“Oh, cukup bagus juga namamu. Dan sepertinya aku sering mendengar nama itu, tapi aku tidak yakin di mana aku pernah mendengarnya,” ucap Liana, mencoba mengingat di mana dia pernah mendengar nama itu. Namun, dia tetap tidak bisa mengingatnya. "Ah entahlah!" Dia memilih untuk mengabaikannya.Liana kemudian menatap Pavel dengan serius. "Kalau begitu, apa kamu setuju untuk menjadi pacar pura-puraku?““Apa kamu tidak masalah dengan pekerjaanku?“ Pavel belum ingin menjawab, dia masih ingin bertanya pada si wanita.“Memangnya kenapa dengan pekerjaanmu?“ tanya Liana yang tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Pavel. Dia merasa tidak ada yang salah dengan pekerjaan yang disebutkan pria itu.“Aku hanya seorang Customer Service, apa itu tidak apa-apa?““Tentu, tidak apa-apa dong. Orang tuaku tidak akan mempermasalahkan pekerjaan orang. Mereka menilai seseorang dari sikap dan perilakunya, bukan sekedar dari harta dan latar belakangnya saja. Apalagi jika mereka yakin bahwa kita saling mencintai, mereka tidak akan mungkin menolak,” tutur Liana."Lalu bagaimana denganmu? Kamu kan seorang pewaris dan anak tunggal, apa kamu tidak apa-apa dengan itu?"Liana memicingkan matanya. "Dari mana kamu tau aku anak tunggal? Bukankah aku belum mengatakan tentang hal itu padamu?"Pavel mengedikkan bahunya dengan enteng. “Aku hanya menduga, mengingat sikap dan cara bicaramu.“Dengan mulut yang membentuk huruf O, Liana mengangguk. “Aku juga tidak mempermasalahkan pekerjaan. Lagipula, ini hanya pura-pura. Dan yang penting untukku saat ini adalah meyakinkan orang tuaku bahwa aku sudah memiliki pacar.""Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan menjadi pacar pura-puramu.""Terima kasih, Pavel.“ Spontan Liana menjabat tangan Pavel dengan erat, merasa bahagia karena akhirnya si pria mau untuk membantunya. “Kamu benar-benar sudah banyak membantuku sejak semalam. Aku pasti akan membalas semua bantuanmu. Katakan saja padaku jika ada yang kamu butuhkan, oke!“Pavel tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan Liana, meminta imbalan tadi pun hanya bentuk basa-basinya saja, bukan karena dia benar-benar menginginkannya. "Lupakan saja dulu tentang balas membalas. Tapi, pastikan kamu menyelesaikan semuanya dengan benar, karena aku tidak mau ada masalah dengan orang tuamu di
Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”“Hm.” Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.” Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.Liana terdiam sejenak, merasa kesal tap
“Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen
Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad
“Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki
Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela
“Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni
Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis
Langkah kaki si pria seakan ingin menghampiri tempat di mana Liana dan Aluna duduk, tetapi langkah itu tiba-tiba terhenti bersamaan dengan ponsel yang diletakan di telinganya. Tak berapa lama, si pria berbalik dan bergegas pergi meninggalkan cafe. Sementara kedua wanita yang tadi ingin dihampiri si pria masih sibuk mengobrol dengan serius.“Lalu, hal lain apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Aluna, menatap Liana penuh rasa penasaran.Liana meremas jari-jarinya sendiri. “Apa kamu tau bagaimana kabar Liam?”“Liam?” Kedua alis Aluna mengerut, matanya menatap penuh tanda tanya.“Iya, Liam. Apa kamu tau kabarnya?“Liam Anderson?” Aluna ingin memastikan kalau dia tidak salah mengira.“Iya, Liam Anderson. Liam yang pernah kita kenal dulu.”Aluna ternganga. Masih teringat betul bagaimana sang sahabat membenci dan menghindari pembicaraan apapun yang bersangkutan dengan Liam, bahkan Liana akan merasa tidak nyaman jika nama pria itu disebut. Namun, sekarang, sahabatnya sendirilah yang tiba
Tangan Liana terasa gemetar, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang dan tak beraturan. Wajah itu, dia tak pernah menyangka akan melihat wajah itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Liana sedikit mengintip, berniat untuk memastikan apa yang dilihatnya. Namun, sayang, dia hanya bisa melihat punggung pria yang semakin menghilang karena masuk ke dalam satu-satunya unit apartemen lain yang berada di lantai itu.Saat punggung si pria sudah tidak lagi terlihat, Liana segera keluar dan menutup pintu apartemen Pavel. Sementara tangannya yang lain sibuk mencari keberadaan ponsel di dalam tas meski masih dengan gemetaran.Liana berniat menghubungi sang sahabat untuk menanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya. Siapa tau sang sahabat tau sesuatu yang tidak diketahuinya. Sayangnya, belum sempat dia menelpon, sebuah panggilan lain sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.“Hallo, Mah,” ucapnya, menjawab panggilan dari sang Mamah.“Dimana kamu, Nak?” Suara sang Mamah terdengar khawatir.
Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis
“Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni
Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela
“Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki
Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad
“Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen
Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”“Hm.” Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.” Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.Liana terdiam sejenak, merasa kesal tap