Share

Bab4. Menerima tawaran

Author: Shint28
last update Last Updated: 2023-11-25 04:54:10

Pavel mengedikkan bahunya dengan enteng. “Aku hanya menduga, mengingat sikap dan cara bicaramu.“

Dengan mulut yang membentuk huruf O, Liana mengangguk. “Aku juga tidak mempermasalahkan pekerjaan. Lagipula, ini hanya pura-pura. Dan yang penting untukku saat ini adalah meyakinkan orang tuaku bahwa aku sudah memiliki pacar."

"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan menjadi pacar pura-puramu."

"Terima kasih, Pavel.“ Spontan Liana menjabat tangan Pavel dengan erat, merasa bahagia karena akhirnya si pria mau untuk membantunya. “Kamu benar-benar sudah banyak membantuku sejak semalam. Aku pasti akan membalas semua bantuanmu. Katakan saja padaku jika ada yang kamu butuhkan, oke!“

Pavel tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan Liana, meminta imbalan tadi pun hanya bentuk basa-basinya saja, bukan karena dia benar-benar menginginkannya. "Lupakan saja dulu tentang balas membalas. Tapi, pastikan kamu menyelesaikan semuanya dengan benar, karena aku tidak mau ada masalah dengan orang tuamu di kemudian hari.“

“Kamu tenang saja, aku pasti akan mengurus semuanya dengan baik. Setelah aku berhasil terbebas dari pernikahan, maka semuanya akan selesai dan kamu juga akan terbebas.“

“Kamu atur saja bagaimana baiknya, karena aku hanya akan mengikuti sandiwaramu.“ Pavel tidak yakin dengan apa yang baru saja dikatakan Liana, tapi tetap akan mengikuti sandiwara si wanita dengan caranya sendiri.

Liana tersenyum manis, merasa telah berhasil meyakinkan Pavel. “Terima kasih, Pavel. Aku akan mengatur semuanya dengan sebaik mungkin."

Pavel mengangguk singkat dengan ekspresi datar.

“Jadi kapan kamu ingin memulai sandiwara ini, Liana Parker?“ tanyanya, dengan menekankan suara saat menyebut nama lengkap Liana.

“Nanti malam, di rumahku. Bagaimana?“

"Pantas saja orang tuanya begitu khawatir. Wanita ini memang sedikit bodoh, mudah percaya dan mudah dimanfaatkan. Kalau bukan karena keluarganya, malas sekali aku mengurus wanita sepertinya, merepotkan dan membuang-buang waktuku saja!" Pavel menggerutu dalam hatinya dan kemudian mengangguk, manatap Liana dengan tatapan tajam yang seolah memiliki banyak makna. "Ya, nanti malam di rumahmu."

"Bagus, aku akan memastikan semuanya berjalan lancar. Sekali lagi, terima kasih, Pavel,” ucap Liana, dengan senyum manis yang terus mengembang.

Sedari tadi, Liana mengabaikan semua ekspresi, tatapan, ataupun perkataan Pavel yang terasa aneh baginya, karena dia hanya mau segera terbebas dari keinginan orang tuanya dan tidak ingin memperdulikan yang lainnya.

“Kalau begitu kamu bisa segera pulang untuk mempersiapkan segalanya,” ucap Pavel.

Liana memicingkan matanya dengan tajam ke arah si pria. “Apa kamu sedang mengusirku?“

Pavel melihat Liana dengan ekspresi serius. "Tidak, hanya memberitahumu untuk bersiap agar sandiwara kita bisa terlihat meyakinkan. Lagipula ini sudah jam 10 pagi, yang artinya orang tuamu sudah begitu khawatir dengan putrinya yang tidak pulang ke rumah dari samalam.“

Liana tersentak dan menepuk dahinya. “Ya Tuhan! Kenapa aku bisa lupa dengan hal ini?“ Wanita itu segera menatap kesana kemari, mencari keberadaan ponsel miliknya.

“Apa kamu sedang mencari ponselmu?“ tebak Pavel, dengan nada meledek.

“Ya!“ jawab Liana singkat dan tegas.

“Ini.“ Pavel mengulurkan tangannya, memberikan benda yang sedang dicari Liana.

Liana mengambil ponselnya dengan cepat, "Terima kasih, Pavel. Aku harus segera pergi dan memberi kabar pada orang tuaku. Sampai jumpa nanti malam.“ Wanita itu bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Pavel yang masih terdiam dan terus menatapnya.

Namun, baru akan membuka pintu kamar, Liana berbalik dan manatap Pavel. “Ngomong-ngomong apa kamu tau di mana tasku?“ tanyanya kepada pria itu.

“Di sofa ruang tamu. Dan tidak perlu terlalu khawatir, karena temanmu yang bernama Aluna sudah membantumu berbohong kepada orang tuamu.“ Pavel menjelaskan dengan nada menyidir, seolah dia tidak suka jika Liana membohongi orang tuanya.

Liana terlihat bingung dengan penjelasan Pavel. “ Bagaiman kamu bisa tau?“ tanyanya.

“Karena semalam aku mengangkat telfon darinya yang menanyakan di mana keberadaanmu sebenarnya,” jawab Pavel dengan santai, sementara Liana ternganga mendengar penjelasan Pavel.

“Kamu menjawab panggilannya?“ Liana kembali mengkonfirmasi jawaban Pavel.

“Ya.“

“Kenapa?“

“Karena dia terus saja menelfon hingga belasan kali. Dan deringnya, cukup membuatku terganggu,” terang Pavel. “Kalau tidak percaya padaku, kamu bisa mengecek sendiri berapa panggilan tidak terjawab darinya di ponselmu.“

Liana segera mengecek ponselnya, bukan karena tidak percaya pada Pavel tapi dia ingin memastikannya sendiri. Di log panggilan, ada tujuh panggilan tak terjawab dari orang tuanya yang sepertinya khawatir dengannya. Selain itu, ada belasan panggilan tak terjawab dari Aluna dan satu panggilan yang terjawab, sesuai dengan apa yang dikatakan Pavel. Di notifikasi juga ada beberapa pesan masuk dari sahabatnya itu.

Sang sahabat menanyakan di mana keberadaannya dan apa yang sedang Liana lakukan, ada juga pesan yang menanyakan tentang pria yang menjawab telfon. Sang sahabat juga memintanya menjelaskan semuanya.

Liana mengetik balasan untuk sang sahabat dengan mengatakan kalau dia akan menjelaskan semuanya nanti, karena sekarang dia tidak punya cukup waktu untuk menjelaskannya.

“Sudah lihat, kan?“ Pavel menatap Liana sekilas lalu memilih bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan menuju kemejanya yang berada di dekat pintu dan masih dalam keadaan kotor. “Sial, baunya pasti tidak akan hilang dengan cepat karena tidak segera dibersihkan,” gumamnya dengan suara lirih agar tidak bisa didengar Liana.

“Ya aku sudah melihatnya. Dan aku mengerti dengan apa yang kamu lakukan. Terima kasih, Pavel,” ucapnya, yang kemudian menatap Pavel yang berjongkok tidak jauh darinya. “Dan apa yang sedang kamu lakukan?“

“Mengambil kemejaku yang masih penuh dengan muntahanmu.“ Pavel menunjukan keadaan kemejanya kepada Liana, membuat Liana kembali terkejut karena melihatnya.

“Maafkan aku atas semuanya, Pavel. Sini biar aku yang mencucikannya,” ujar Liana, yang merasa bersalah.

“Sudahlah, kamu tidak perlu mencucikannya. Aku bisa membawanya ke loundry,” tolak Pavel. “Lebih baik kamu pulang sekarang, waktu sudah akan menjelang siang. Kasihan orang tuamu pasti sudah sangat khawatir.“

Liana mengangguk mengerti, "Terima kasih, Pavel. Sampai jumpa nanti malam. Oh iya! Jangan lupa untuk datang, ya! Jam 7, di rumahku,“ ucapnya kembali mengingatkan Pavel. Dia juga menyempatkan diri untuk menulis alamatnya di sebuah kertas dan memberikannya pada pria itu, sebelum pergi meninggalkan apartemen milik Pavel.

***

Malam harinya, di saat semua keluarga Liana sudah berkumpul termasuk sang Kakek. Liana justru berjalan mondar mandir sembari terus menatap ke arah pintu masuk rumahnya. Sekarang sudah pukul 07.15 menit, tapi Pavel belum juga datang. Ditambah lagi, dia lupa untuk meminta nomor telfon pria itu.

“Apa kamu yakin kalau kekasihmu itu akan datang, Sayang?“ tanya Sang Mamah, dengan menatap sang Putri yang terlihat cemas.

“Dia pasti tidak akan datang, Mah, percaya pada Papah. Putri kita ini, hanya ingin berbohong agar tidak dinikahkan dengan pria yang kita pilihkan,” timpal Papahnya Liana, dengan nada meledek.

“Apasih, Pah, lagian siapa juga yang mau membohongi Papah sama Mamah. Aku yakin dia akan datang, karena dia sudah berjanji padaku,” protes Liana, seraya kembali duduk di hadapan kedua orang tuanya, walau masih dengan menatap ke arah pintu masuk.

“Ya ya ya, baiklah baiklah. Semoga saja dia datang sebelum calon yang Papah dan Mamah pilihkan datang,” kata sang Papah, membuat Liana terkejut.

“Maksud Papah apa?“ tanya Liana, dengan raut wajah yang berubah.

“Malam ini, Papah ingin mengenalkanmu dengan anak dari temannya. Dan pria itu adalah calon yang Papah dan Mamah pilihkan,” jawab Mamahnya, mencoba menjelaskan maksud dari sang suami.

“Kenapa Mamah dan Papah tidak mengatakannya dulu padaku?“ protes Liana. “Lagipula, Mamah dan Papah 'kan tau kalau malam ini aku mau membawa pacarku ke rumah. Lalu kenapa kalian mengundang orang lain juga?“

“Memangnya kenapa? Kami hanya ingin kau mengenal pria itu saja, Liana. Lagipula, dia bukan orang lain bagi kami,” terang sang Papah.

“Tidak bisa seperti itu dong, Pah." Liana lagi-lagi memprotes sang Papah. “Dia mungkin bukan orang lain bagi Papah, karena Papah memang sudah mengenalnya. Tapi tidak bagiku! Bagiku dia adalah orang asing.“

“Nah itu! Itu kenapa Papah ingin kamu mengenalnya, agar dia tidak lagi menjadi orang asing bagimu.“ Papahnya berucap dengan santai sembari menyeruput kopi di cangirnya.

“Sudah sudah, cukup sampai di sini saja,” sela sang Kakek, sembari menggerakan tangannya memberi isyarat agar semua orang berhenti. “Kalian ini meributkan hal yang itu itu terus, kasian cucu Kakek ini,” lanjutnya membela Liana.

Liana mengerucutkan bibirnya dan mengangguk, menunjukan wajah memelasnya kepada sang Kakek.

“Tenang saja, Sayang. Kakek akan mendukungmu. Siapa pun yang akan kau pilih nanti, Kakek pasti akan berdiri disampingmu untuk melihat pernikahan kalian,” ucap Kakeknya, memberi dukungan sekaligus meledek sang cucu.

“Ih, Kakek! Itu sih sama saja dengan tidak mendukungku,” keluh Liana, yang membuat semua orang tertawa kecil.

“Kakek 'kan Papahnya Papahmu, Liana. Ya sudah pasti sama saja,” canda Kakeknya, sembari tertawa kecil.

“Kalau begitu bagaimana jika kita bertaruh saja, Nak?“ usul sang Papah dengan senyum licik yang mengembang. “Kalau yang datang lebih dulu adalah pacarmu, Maka Papah dan Mamah akan menyetujui keputusanmu. Tapi, kalau yang datang lebih dulu itu calon yang Mamah dan Papah pilihkan, kau harus mau untuk menikah dengannya. Bagaimana? Setuju?“ lanjutnya, menatap sang Putri dengan seksama.

Liana terdiam, memikirkan usulan yang sangat menggiurkan untuknya itu. Namun, di saat dia sedang merenung memikirkan usulan sang Papah, suara berat seseorang membuat dia, Mamah, Papah dan Kakeknya menoleh ke arah pintu.

“Permisi.“

Related chapters

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 5. Sandiwara yang di mulai

    Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”“Hm.” Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.” Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.Liana terdiam sejenak, merasa kesal tap

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 6. Sudah saling kenal sebelumnya

    “Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 7. Pria pilihan orang tua

    Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 8. Menyetujui pernikahan

    “Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 9. Alasan dibalik kesetujuan Pavel

    Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 10. Menawarkan pernikahan kontrak

    “Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 11. Pria itu?

    Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis

    Last Updated : 2024-03-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 12. Wajah itu lagi

    Tangan Liana terasa gemetar, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang dan tak beraturan. Wajah itu, dia tak pernah menyangka akan melihat wajah itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Liana sedikit mengintip, berniat untuk memastikan apa yang dilihatnya. Namun, sayang, dia hanya bisa melihat punggung pria yang semakin menghilang karena masuk ke dalam satu-satunya unit apartemen lain yang berada di lantai itu.Saat punggung si pria sudah tidak lagi terlihat, Liana segera keluar dan menutup pintu apartemen Pavel. Sementara tangannya yang lain sibuk mencari keberadaan ponsel di dalam tas meski masih dengan gemetaran.Liana berniat menghubungi sang sahabat untuk menanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya. Siapa tau sang sahabat tau sesuatu yang tidak diketahuinya. Sayangnya, belum sempat dia menelpon, sebuah panggilan lain sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.“Hallo, Mah,” ucapnya, menjawab panggilan dari sang Mamah.“Dimana kamu, Nak?” Suara sang Mamah terdengar khawatir.

    Last Updated : 2024-03-14

Latest chapter

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 13. Cerita cinta masalalu

    Langkah kaki si pria seakan ingin menghampiri tempat di mana Liana dan Aluna duduk, tetapi langkah itu tiba-tiba terhenti bersamaan dengan ponsel yang diletakan di telinganya. Tak berapa lama, si pria berbalik dan bergegas pergi meninggalkan cafe. Sementara kedua wanita yang tadi ingin dihampiri si pria masih sibuk mengobrol dengan serius.“Lalu, hal lain apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Aluna, menatap Liana penuh rasa penasaran.Liana meremas jari-jarinya sendiri. “Apa kamu tau bagaimana kabar Liam?”“Liam?” Kedua alis Aluna mengerut, matanya menatap penuh tanda tanya.“Iya, Liam. Apa kamu tau kabarnya?“Liam Anderson?” Aluna ingin memastikan kalau dia tidak salah mengira.“Iya, Liam Anderson. Liam yang pernah kita kenal dulu.”Aluna ternganga. Masih teringat betul bagaimana sang sahabat membenci dan menghindari pembicaraan apapun yang bersangkutan dengan Liam, bahkan Liana akan merasa tidak nyaman jika nama pria itu disebut. Namun, sekarang, sahabatnya sendirilah yang tiba

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 12. Wajah itu lagi

    Tangan Liana terasa gemetar, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang dan tak beraturan. Wajah itu, dia tak pernah menyangka akan melihat wajah itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Liana sedikit mengintip, berniat untuk memastikan apa yang dilihatnya. Namun, sayang, dia hanya bisa melihat punggung pria yang semakin menghilang karena masuk ke dalam satu-satunya unit apartemen lain yang berada di lantai itu.Saat punggung si pria sudah tidak lagi terlihat, Liana segera keluar dan menutup pintu apartemen Pavel. Sementara tangannya yang lain sibuk mencari keberadaan ponsel di dalam tas meski masih dengan gemetaran.Liana berniat menghubungi sang sahabat untuk menanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya. Siapa tau sang sahabat tau sesuatu yang tidak diketahuinya. Sayangnya, belum sempat dia menelpon, sebuah panggilan lain sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.“Hallo, Mah,” ucapnya, menjawab panggilan dari sang Mamah.“Dimana kamu, Nak?” Suara sang Mamah terdengar khawatir.

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 11. Pria itu?

    Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 10. Menawarkan pernikahan kontrak

    “Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 9. Alasan dibalik kesetujuan Pavel

    Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 8. Menyetujui pernikahan

    “Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 7. Pria pilihan orang tua

    Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 6. Sudah saling kenal sebelumnya

    “Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 5. Sandiwara yang di mulai

    Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”“Hm.” Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.” Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.Liana terdiam sejenak, merasa kesal tap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status